Sebelum meletus pada April 1815, Gunung Tambora (Tomboro) adalah
gunung tertinggi kedua setelah Puncak Jaya (Carstensz Piramid 4884 m dpl) di
Papua.
Sebelum meletus, Gunung Tambora
memiliki ketinggian 4.300 m dpl tetapi setelah letusan dahsyat, separuh puncak
gunungnya ambruk dan menyisakan ketinggian 2.851 m dpl dengan kaldera seluas 7
km, keliling 16 km, serta jarak antara puncak dengan dasar kawahnya sedalam 800
meter. Peneliti gunung dunia menjuluki Tambora sebagai “The Greatest Crater in
Indonesia” atau gunung api dengan kawah terbesar di Indonesia.
Gunung Tambora mendominasi semenanjung utara Pulau Sumbawa seakan
ingin menunjukan kepada siapa pun bagaimana dahsyat letusannya pada April 1815,
lebih awal dari letusan Gunung Krakatau (1883). Saat Gunung Tambora bererupsi
diyakini tiga kerajaan kecil di Pulau Sumbawa telah punah tak bersisa.
Pada 2004, penggalian arkeologi menemukan sisa kebudayaan yang
terkubur akibat letusan Tambora di kedalaman 3 meter dengan posisi sama ketika
terjadi letusan sehingga temuan itu sering disebut sebagai Pompeii dari timur.
Sebuah catatan dari laman Wall Street Journal, Sabtu 24 April
2010, mengutarakan bahwa letusan Gunung Tambora di Sumbawa Indonesia pada 5
April 1815 sore adalah bencana yang memengaruhi dunia saat itu.
Letusannya saat itu mengguncangkan bumi hingga jarak ratusan mil
dan berikutnya mengganggu pandangan ke langit karena kabut dan mengakibatkan
gagal panen di China, Eropa, dan Irlandia.
Sumber Instagram: @pendaki_gunung
#pendakigunung #gunungtambora
0 comments:
Tulis komentar yang baik-baik, supaya komentar Anda bermanfaat bagi banyak orang. Terima Kasih :)