Sudah 200
tahun lebih berlalu sejak Gunung Tambora meletus. Letusannya yang mengubah arah
sejarah dan peradaban dunia, masih menyisakan kenangan, dan undangan untuk
mengeksplorasinya dari sisi ilmu pengetahuan. Belum lama ini, ada petisi global
untuk menetapkan tanggal 10 April (hari meletusnya Tambora pada 1815)
sebagai Hari Gunung Api Internasional.
Sebelum
1815, Gunung Tambora adalah gunung tertinggi di pulau Sumbawa yang
puncaknya menjulang hingga ketinggian sekitar 4.300 meter di atas permukaan laut.
Begitu tingginya sehingga ia pun terlihat jelas dari pantai timur pulau
Bali meski tempat itu berjarak 300 km lebih. Dalam catatan Global Volcanism Program
Smithsonian Institution, letusan Gunung Tambora yang terakhir (sebelum 1815) dan
tergolong besar terjadi sekitar tahun 740 merujuk pada pertanggalan karbon
radioaktif. Selepas itu selama lebih dari 1000 tahun kemudian Tambora
terlihat kalem dan bersahabat.
Semua berubah secara
dramatis pada April 1815.
Kita
tentu sering membaca tentang letusan dahsyat Tambora. Tapi tak ada dari kita
yang bisa membayangkan kengerian dari letusan terbesar dari sejarah modern
dunia tersebut.
Waktu itu, gunung
api yang tingginya mencapai 4.300 m dpl meletus dengan hebat,
setara dengan lebih dari 52.000 bom atom Hiroshima. Volume yang
dihembuskannya sebanyak 150 km3, mengubur tiga kerajaan Tambora,
Pekat dan Sanggar, tanpa sisa.
Tinggi
kolom letusannya 43 km, menyebabkan cahaya matahari terhalang, suhu di
Bumi turun, yang menyebabkan kerusakan hingga lain benua .
Waktu itu, gunung api yang
tingginya mencapai 4.300 m dpl meletus dengan hebat, setara dengan
lebih dari 52.000 bom atom Hiroshima. Volume yang dihembuskannya sebanyak 150
km3, mengubur tiga kerajaan Tambora, Pekat dan Sanggar, tanpa
sisa.
Tinggi
kolom letusannya 43 km, menyebabkan cahaya matahari terhalang, suhu di
Bumi turun, yang menyebabkan kerusakan hingga lain benua.
Gelegar alam
dari letusan Tambora pada 10-11 April 1815 itu memangkas sepertiga tinggi
gunung tersebut dan membuat sebuah kaldera berdiameter 6 km dan sedalam 1.1
km menjadi penanda sejarahnya sejarahnya. Inilah gunung api dengan
kaldera terdalam di muka bumi.
Apa yang ada di dasar
kaldera terdalam tersebut?
Dasar
kalderanya berupa hamparan pasir dan rerumputan. Di sisi timur dasar kaldera
terdapat danau Motilahalo yang berukuran 800 x 200 m2, kedalamannya mencapai 15
m. Dipagari dinding-dinding kaldera yang menjulang tinggi dan keras, danau
ini tak memiliki saluran pengeluaran seperti halnya sungai atau
sejenisnya. Sehingga airnya hanya bisa meninggalkan danau dengan cara menguap
maupun meresap ke dalam tubuh gunung.
Antara 1847-1913, dari dasar
kaldera sisi barat daya terbentuk kawah baru, Doro Api Toi, yang garis
tengahnya 100 m dan tingginya sekitar 100 m diukur dari dasar kaldera.
Kini,
Gunung Tambora telah kembali ke tabiat tenangnya. Tak ada dari kita yang
menjadi saksi apa yang pernah diperlihatkan gunung ini di masa lalu. Yang bisa
kita lakukan adalah terus mempelajari salah satu kekayaan alam ini, dan terus
menjadinya sumber kesadaran dan kewaspadaan, bahwa suatu saat nanti, entah
kapan, Tambora akan menggeram kembali.
Inshaallah Bermnafaat...😀😀😀
Sumber: goodnewsfromindonesia.id
0 comments:
Tulis komentar yang baik-baik, supaya komentar Anda bermanfaat bagi banyak orang. Terima Kasih :)