Saat ini aktivitas mendaki gunung semakin meningkat jumlahnya. Rasio kecelakaan yang relatif kecil dibandingkan olahraga alam bebas lainnya menjadikan pendakian gunung sebagai kegiatan yang paling digemari anak zaman melenial saat ini, selain fakta bahwa Indonesia memang punya banyak bukit dan gunung untuk didaki.
Namun, tak sedikit yang hanya ikut-ikutan bermain di alam bebas
tanpa mempersiapkan kemungkinan terburuk, termasuk disorientasi medan atau tersesat di jalur pendakian.
Salah satu cara yang bisa kamu gunakan untuk mengantisipasi disorientasi
atau tersesat adalah membawa penerima GPS sewaktu di alam bebas. Bukan berarti
kamu harus membeli perangkat seperti handheld Garmin.
Di zaman digital ini, ponsel pintar yang kamu genggam sehari-hari bisa kamu
jadikan penerima sinyal GPS.
Sejak kemunculannya, ponsel pintar sudah dibekali dengan hardware GNSS
(Global Navigation Satellite System). Setiap perangkat sudah dibekali
dengan system penerima sinyal satelit seperti GPS (Amerika), GLONASS (Rusia),
dan BeiDou (Tiongkok) yang mengorbit di angkasa.
Ada banyak pilihan aplikasi yang bisa kamu gunakan untuk
mengoptimalkan penggunaan GNSS di ponsel pintar. Tentunya masing-masing punya
kelebihan dan kekurangan.
Berikut beberapa pilihan aplikasi yang bisa teman-teman gunakan di
perjalanan:
Dengan GPX Viewer kamu bisa tahu info detail mengenai lokasi di
mana kamu berada. Selain itu, kamu juga bisa tahu seberapa jauh kamu dari
tujuan, profil penampang samping buat ngintip kemiringan, dan waypoint. Namun,
terkadang basemap tidak mucul.
Dengan Maverick Pro kamu bisa membuat jalur dan melihat peta
kontur secara offline. Kelebihan aplikasi ini adalah tampilannya yang
sederhana. Namun, kekurangan dari aplikasi ini adalah track
record dari aplikasi lain tidak terbaca oleh aplikasi ini.
Kelebihan aplikasi ini adalah fitur yang cukup lengkap
dibandingkan aplikasi-aplikasi GPS lainnya. Sayangnya, kita harus menyimpan
basemap di gawai, yang lumayan memakan memori.
Selain tiga aplikasi di atas, sebenarnya masih banyak lagi
aplikasi yang bisa kamu manfaatkan, seperti Orux Maps, View Ranger, dan
lain-lain. Fiturnya relatif sama, seperti menggambar (track record) dan
mengikuti rute yang sudah ada (track back).
Kalau ingin mengikuti rute yang sudah ada, kamu tinggal mengimpor
file jalur/rute berekstensi .gpx atau .kml di gawaimu. Kamu bisa mencarinya di
forum-forum atau web penyedia file .gpx dan .kml, seperti KASKUS.co.id,
gunungbagging.com, wikiloc.com, everytrail.com, navigasi.net, dan gpsies.com.
Atau, kamu juga bisa mencarinya di Google dengan kata kunci seperti “slamet
.gpx.”
Kamu bisa mencoba dan membandingkan sebelum memilih mana yang
paling sesuai dengan kebutuhanmu. Buat memakainya di gunung, misalnya, kamu
bisa mengatur ponselmu dalam keadaan airplane mode.
Manfaat
Aplikasi Navigasi Offline di Smartphone
Aplikasi navigasi offline akan sangat bermanfaat saat kamu
berjalan menembus kabut tebal. Sewaktu mendaki Gunung Welirang, saya pernah
mengalami hal ini. Untuk bertahan di trek, saya mengandalkan ponsel yang sudah
dilengkapi aplikasi navigasi offline.
Dalam keadaan tersesat, aplikasi navigasi offline bisa membantu
seorang survivor memberikan posisi pada tim SAR. Sebab, ada beberapa kasus di
mana survivor sebenarnya berada pada lokasi di mana terdapat sinyal SMS namun
mereka tidak mengetahui lokasi persis di mana mereka berada.
Dengan aplikasi navigasi offline, survivor bisa memberikan titik
koordinat saat tersesat, sehingga akan lebih mudah dicari oleh tim SAR. (Fitur
titik koordinat ini tersedia di semua aplikasi navigasi.)
Maka, tak ada salahnya untuk melengkapi ponselmu dengan aplikasi
navigasi offline. Meskipun handheld GPS memang lebih akurat, buat kita yang
jarang atau hanya sesekali ke gunung saya rasa fitur penerima GPS di ponsel
pintar saja sudah cukup, asal digunakan dengan sebaik-baiknya.
Inshaallah bermanfaat…😁😁😁
Sumber: pendakiindonesia.com
Sumber: pendakiindonesia.com
0 comments:
Tulis komentar yang baik-baik, supaya komentar Anda bermanfaat bagi banyak orang. Terima Kasih :)