Tuesday, December 18, 2018

Kenal Lebih Dekat Dengan Gore-Tex

Tips & Trik




Saat ingin membeli jaket anti air (waterproof) untuk keperluan kegiatan luar ruang (outdoor), anda tentunya ingin memastikan terlebih dahulu jika jaket yang akan anda beli terbuat dari bahan yang benar-benar mampu menahan partikel air meresap masuk dan juga mampu mengeluarkan panas yang dihasilkan tubuh (breathable)    .

Untuk memenuhi pilihan tersebut, ada banyak sekali produk berkualitas yang tersedia di pasaran baik dalam maupun luar negeri. Namun, dari sekian banyak bahan/produk anti air, hanya satu nama yang cukup terkenal dan telah dipercaya memiliki kualitas terbaik olah banyak pihak. Produk tersebut bernama GORE-TEX.

GORE-TEX terkenal sebagai produsen bahan pakaian yang paling tahan air (waterproof), tahan angin (windproof) dan memiliki sistem respirasi yang baik (breathable). Karena kualitas terbaik di setiap produknya, GORE-TEX telah banyak dipercaya oleh banyak brand peralatan outdoor dunia.

Jangan heran jika anda akan dapat menemukan logo GORE-TEX pada hampir semua peralatan mendaki gunung seperti jaket, sarung tangan atau sepatu gunung.

Secara garis besar, kita sudah tahu dan mengenal GORE-TEX, tapi sebenarnya apa sih yang membuat bahan kain anti air ini begitu istimewa? Dalam tulisan ini saya akan coba membagikan informasi tentang beberapa fakta yang perlu anda tahu tentang GORE-TEX.

1. Apa itu GORE-TEX?

GORE-TEX adalah bahan pakaian atau kain yang kuat, awet, tahan air, tahan angin dan sangat breathable yang biasa ditemukan di banyak pakaian, sepatu dan aksesoris, terutama untuk kegiatan luar ruangan.

GORE-TEX terbuat dari pengembangan polytetrafluoroethylene (atau disingkat ePTFE), yang diciptakan oleh Bob Gore pada tahun 1969 ketika ia dengan cepat mengembangkan PTFE dalam suatu kondisi tertentu. Hasilnya adalah bahan yang sangat kuat, material mikro yang memiliki daya serap air yang rendah dan sifat pelapukan yang cukup baik - sebuah solusi sempurna untuk bahan pakaian luar.

Pada tahun 1978, W.L. Gore & Associates secara resmi meluncurkan produk pertama GORE-TEX, bahan pakaian pertama di dunia yang benar-benar tahan air, tahan angin dan breathable. Bahan pakaian baru ini mampu menahan air dan hujan tidak menembus masuk, dan juga memungkinkan keringat dan panas tubuh untuk keluar dari dalam.

Kain yang mampi menghalangi air untuk tidak menembus relatif sederhana dan mudag dibuat. Namun, menciptakan kain yang menghalangi air sementara memungkinkan keringat dan suhu tubuh untuk keluar dengan mudah, tentu jauh lebih sulit. 



Rahasia sukses GORE-TEX terletak pada beberapa fitur berikut ini:

Membran inti
Inti teknologi GORE-TEX adalah membran yang sangat tipis. Membran ini berisi lebih dari 9 miliar pori-pori mikroskopis, sekitar 20.000 kali lebih kecil dari setetes air, tetapi 700 kali lebih besar dari molekul uap air. Ini berarti bahwa air dalam bentuk cairan tidak dapat lolos ke dalam membran, tapi air sebagai uap air dari keringat diperbolehkan untuk lolos ke luar.

Laminasi
Fitur lain dari GORE-TEX adalah bagian laminasi. Laminasi ini adalah bagian yang merekatkan membran inti dengan kain utama, biasanya bahan sintetis seperti nilon.

Jahitan tersegel
Jahitan yang disegel dengan baik membuat seluruh bagiam luar jaket benar-benar tahan air dan tak mungkin mengalami kebocoran. Jika anda melihat jaket tahan air dengan lebih seksama, anda akan menemukan strip dari pita yang digunakan untuk menutup setiap celah di sekitar jahitan.

2. Tipe-tipe  GORE-TEX 


Seiring dengan berjalannya waktu, teknologi GORE-TEX terus berkembang pesat, dan saat ini ada berbagai jenis kain GORE-TEX yang tersedia. 3 diantaranya adalah:

GORE-TEX

Seperti telah dibahas sebelumnya, GORE-TEX adalah kain serbaguna yang dapat digunakan sebagai bahan peralatan untuk semua jenis kegiatan, dari mulai aktivitas luar ruangan hingga pakaian sehari-hari. Bahan GORE-TEX sangat kuat dan awet, tahan angin, tahan air dan breathable. GORE-TEX bisa dirancang dengan dua atau tiga lapisan, tergantung untuk kegiatan seperti apa bahan ini akan digunakan.

GORE-TEX Active

Seperti namanya, GORE-TEX Active lebih cocok digunakan untuk kegiatan yang lebih energik seperti ski, bersepeda atau mendaki gunung. Tipe ini memiliki keunggulan bahan yang lebih breathable dan kuat, sehingga akan tetap nyaman dipakai saat tubuh anda aktif bergerak dan menghasilkan banyak panas. GORE-TEX Active sangat ringan, memiliki sistem breathable yang sangat baik dan dibuat dengan konstruksi tiga lapisan bahan untuk perlindungan tambahan.

GORE-TEX Pro

GORE-TEX Pro dirancang dan dimodifikasi sedemikian rupa hingga menghasilkan bahan yang sangat kuat, tahan lama dan mampu digunakan dalam kondisi ekstrim untuk jangka waktu yang panjang. GORE-TEX Pro akan memberikan perlindungan maksimal untuk digunakan pada kegiatan outdoor yang lebih ekstrem, seperti mendaki gunung yang butuh waktu berhar-hari dengan kondisi cuaca yang sangat ekstrem.

3. Metode Konstruksi Kain

Multiple fabric dan metode konstruksi mencakup diantaranya: yang insulated (terisolasi), non-insulated (yang tidak terisolasi), 2-layer, 3 layer dan Z-Liner. Konstruksi 2-layer adalah peruntukan untuk kegiatan luar ruang yang lebih luas cakupannya, dengan konstruksi ini membrane Gore-Tex hanya diikatkan/dipasangkan pada bagian luar dari bahan saja (outer fabric). Konstruksi ini bisa di kombinasikan dengan tambahan isolasi yang akan membuat pengguna kering dan hangat. Gore-Tex Pro dan Gore-Tex Active menggunakan konstruksi 3-layer, tidak seperti konstruksi 2-leyer, konstruksi ini mengikatkan membrane Gore-Tex pada kedua permukaan kain bagian dalam dan luar. Manfaatnya, tidak ada gerakan antara lapisan, yang berarti kurang keausan dan daya tahannya lebih ditingkatkan.

Walaupun jika ada dua jaket yang menggunakan tipe membrane Gore-Tex dan liner yang sama, pabrikan bisa memilih permukaan kain yang berbeda. Permukaan kain, sebagai lapisan terluar dari hardshell garment memainkan peran mendasar dalam keseluruhan kinerjanya, khususnya pada daya tahannya, breathability dan tahan airnya.

Denier yang berbeda, benang tenun yang rumit, benang yang kuat dan perawatan DWR tingkat lanjut secara drastik meningkatkan harga permungkaan kain ini. Karena inilah yang menjadi alasan kenapa hardshell dari beberapa merek lebih mahal dibandingkan dengan beberapa merek lainnya, meskipun sama-sama menggunakan membrane Gore-Tex Pro.

4. Membrane
Membrane sPTFE yang sangat tipis adalah jantung dari kain Gore-Tex dan itulah yang membuatnya menjadi lebih tahan air, tahan angin dan breathable. Satu inci kotak dari membrane memiliki lebih dari 9 miliar pori-pori. Bagian yang menakjubkan adalah bahwa pori-pori ini sebenarnya 20.000 kali lebih kecil dari tetesan air, namun 700 kali lebih besar dari molekul uap air. Itulah yang membuat membran Gore-Tex secara fungsional tahan air, sementara pada saat bersamaan bahan membiarkan keringat melayang dari dalam keluar.


Semua membrane Gore-Tex kecuali Gore-Tex Pro memiliki oleophobic (oil-hating) dari Polyurethane yang sangat tipis di bagian dalam untuk melindungi pori-pori dari keringat dan minyak tubuh yang bisa menyumbatnya. Tidak seperti semua membran Gore-Tex lainnya, Gore-Tex Pro menggunakan membran ePTFE 100% dengan dua lapisan tipis laminasi ePTFE yang berlapis, ePTFE ini sangat tipis dengan mikrostruktur yang berbeda, bukan seperti lapisan PU dan oleh karena itu menawarkan daya tahan hingga 28% lebih banyak.

Jadi bagi teman-teman ingin membeli jaket tahan air, tahan angin dan mudah mengeluarkan panas tubuh sudah pasti produk dengan label Gore Tex series adalah pilihan terbaik. Sebagai contoh beberapa jaket outdoor yang menggunakan Gore Tex yaitu The Nort Face, Mont Bell, Collumbia, Millet, dll. Dan setau gua sampai saat ini produk outdoor dalam negeri masih belum ada yang memakai produk Gore Tex.


Semoga Bermanfaat...😀😀😀


Sumber: berbagai sumber

Wednesday, November 21, 2018

Layak Di BELI!, Realme C1 Ponsel Murah Bukan Murahan

Tekno

Review Realme C1, Si Ponsel Worth It Entry Level


Produk ini diklaim akan menjadi game changer dan standar baru untuk produk entry level. Produk ini juga akan menjadi saingan utama ponsel sejuta umat Xiaomi. Produk itu adalah Realme C1.

Realme C1 mengusung spesifikasi yang terbilang menarik untuk smartphone dengan harga dibawah Rp. 1,5 jutaan. Bagaimana tidak spesifikasi yang ditawarkan ponsel ini terbilang menarik, mulai dari layar besar 6,2 inc sampai processor yang digunakan juga bukan untuk entry level. So langsung aj gua bahas satu-satu spek dari Realme C1 ini.

Design 


Realme C1 mengusung desain belakang yang tampil modern dan halus, terlihat seperti cermin yang dapat memantulkan cahaya dari pergerakan pengguna. Material yang digunakannya adalah plastik polycarbonate dengan tampilan seperti kaca. Sebagai pelindung, panel bagian luar dilapisi 12 lapis Corning Gorilla Glass dengan material nano.

Besarnya layar juga menjadi unggulan Realme C1 yang memiliki bentang layar jumbo sebesar 6,2 inch dengan resolusi Full HD dan rasio layar 19:9 dengan bezel 88%. Realme C1 telah menggunakan layar kekinian yang mempunyai notch (jidat). Desain layar tersebut sama seperti kembarannya yakni Realme 2.

Untuk ketebalan hp ini bisa gua bilang Tebel banget! tapi ketebalan itu membuat Realme C1 tampak solid. Menurut gua hape ini kga bisa dipegang untuk navigasi dengan satu tangan, karna layarnya yang besar dan ketebalannya.

Camera

Ini yang menurut gua menjadi salah satu andalan Realme C1 layak dibeli. Kamera, Realme C1 memiliki dua kamera di belakangnya dengan masing-masing ukuran 13 MP dan 2MP, yak bener duaaa! (2) yang membuat hape ini jadi salah satu dikelas entry level yang paling unggul. Ya boleh dibilang hasil dari dual kamera ponsel ini ga bagus-bagus banget. tapi lumayan lah untuk hasil di luar ruangannya kalian bisa melihat hasilnya dibawah ini :

  

sedangkan untuk kondisi low light hape ini jauh dari harapan, ya namanya juga hape di kelas bawah. Jadi wajarlah hasil kamera low light nya standart yang masih banyak noise. Ini hasilnya di bawah

 

Dibagian depan terdapat kamera 5MP saja. Kamera C1 memberikan banyak fitur di antaranya mode potrait, AI beauty dan smart image editing. Eits meski ada mode potrait ternyata pas saya coba fitur ini hanya terdapat pada kamera bekalang saja loh! klo mode kameranya pindah ke depan mode Potrait dipilihannya akan hilang. berikut hasil dari kamera depannya :

Performance

Ini fitur terpenting yang membuat hape ini laris manis dipasar Indonesia dan Asia Tenggara. Realme C1 menggunakan processor SoC Octa Core Snapdragon 450 1,8 GHz yang menjadi ponsel termurah saat ini yang menggunakan chipset tersebut. Prosesor Qualcomm ini disebut-sebut dapat mempercepat kinerja grafis perangkat hinga 25% dan dapat menghemat daya hingga 35%. Tidak hanya itu Realme C1 juga dibekali memori internal sebesar 16 GB dan RAM 2 GB.





Salah satu fitur andalan Realme C1 juga ada di sektor baterai. Realme C1 diberikan kapasitas baterai besar 4.320 mAh yang diklaim bisa bertahan belasan jam, antara lain bisa digunakan hingga 18 jam untuk mendengarkan musik, 10 jam bermain game serta browsing-browsing internet sampai 18 jam.

Kemampuan baterainya dilengkapi dengan AI Power Manager untuk mengoptimalkan konsumsi daya dari aplikasi dan mengontrol jumlah core pada prosesor untuk menghindari daya yang terbuang. Menurut gua ini sih keren banget udah murah kita dapet fitur canggih lagi.

Untuk lihat performa gamingnya untuk main PUGB dan Mobile Legend kalian bisa nonton video dari kang gogon GontaGantiHape Disini.

Harga

Udah kalo soal harga ga usah ditanya lagi bro, murah banget!. Realme Indonesia membanderol Realme C1 dengan harga Rp 1.499.000 yang secara eksklusif dijual online store Lazada dengan cara Flash Sale. 

Males sih sebenernya kalo udah denger dijual flash sale pasti barangnya dalam hitungan detik cepet habis. Haha 

Tapi menurut kabar yang gua denger Realme Indonesia akhir tahun nanti akan menjual deretan smartphonenya di offline store, entah di Erafone atau Global Phone. Yah kita tunggu ajalah ya kabar selanjutnya dari Realme Indonesia.

[UPDATE] Sekarang Realme C1 sudah bisa dibeli dibeberapa toko offline besar di seluruh Indonesia. 




Kesimpulan

Kalo kalian ingin beli smartphone keren yang low budget tapi pengen punya layar kekinian, punya dual kamera, baterai yang kuat seharian dan jugabisa buat main Mobile Legend, AOV atau game-game ringan lainnya ponsel ini sangat layak untuk dibeli.

Jadi gitu aja review smartphone super murah dari Realme. Semoga bermanfaat... 😁😁😁

Berikut foto-foto unboxing paket penjualan Realme C1 yang gua dapat dari toko online Lazada:





 






Tuesday, November 20, 2018

Story Of 3075 Mdpl (Part 2)

Celoteh Kata Gua

Puncak Tertinggi Jawa Barat 3075 Mdpl




Cerita sebelumnya...👉👉 [Part 1]

Tapi setelaahh itu gua teriakkk lagi dan gua keram lagi, karena memang kaki gua udah lelah banget dan lapar sekali, karena dari basecamp saya belum makan siang. Sampai akhirnya beberapa barang bawaan saya dibawakan oleh teman-teman yang lain. Beban ditubuhku pun berkurang tapi tidak dengan betis dan kedinginan hebatku yang sudah tidak ada obatnya selain berhenti dan mendirikan tenda.

Dan setelah berjalan kurang lebih satu jam, akhirnya keinginannku terkabul. Tibalah kami di pos 4 Paguyangan Badak, disini kami langsung mendirikan tenda dan langsung memasak teh hangat dan kopi untuk menhangatkan tubuh. Ternyata yang mengalami kedinginan bukan hanya gua aja, banyak dari rombongan kami yang kedinginan juga.

Ketika teman rombongan mulai memasak the, langsung dengan cepat gua menghampiri sumber api untuk mendapatkan kehangatan, sampai-sampai tanganku pun langsung memegang gelas yang masih panas dan baru dituangkan teh. Dan tanganku sudah tidak merasakan lagi rasa panas teh itu karena tanganku sudah mati rasa!.

Setelah meminum segelas teh hangat yang tidak hangat-hangat banget dan tenda sudah kami didirikan langsung saya disuruh mengganti baju yang sudah basah kuyup.

Oiya ada yang menarik dari tenda yang kami bawa. Tenda punya teman gua ini adalah tenda camping untuk anak-anak yang biasa dijual dipinggir jalan, framenya terbuat dari paralon yang disambung dan ukurannya juga tidak besar, kaki gua aja tidak bisa lurus dan kalua tidur harus ditekuk. *ketawa gua kalo inget ini, sumpah..Hahaaa

Oke lanjut, setelah berganti pakaian gua dan teman-teman yang sudah kedinginanpun langsung tidur, mengistirahatkan tubuh yang sudah sangat lelah dan mudah runtuh.

Pagi harinya kami bangun dengan keadaan yang tidak biasa, tenda kami seakan berubah dari tempat awal kami dirikan pada malam hari kemarin. Penyebabnya adalah jumlah orang yang terdapat dalam tenda yang melebihi kapasitas. Tenda tersebut idealnya hanya untuk 3 orang, tapi malam kemarin ada 5 orang dan 2 orang berbadan besar Hahaha.

Penyebabnya tidak hanya itu saja, ternyata tenda kami tidak dipasangkan pasak sehingga mudah berpindah posisi. Dan ada satu teman gua yang tidurnya tidak bisa diam yang membuat semua orang yang di dalam tenda posisi tidurnya berubah-ubah.

Setelah keluar tenda dan melihat keadaan tenda yang tidak biasa, kami langsung membenarkan posisi tenda kembali. Selagi membereskan tenda yang sudah acak kadul istilahnya gua melihat sebuah papan nisan tepat berada di belakang tenda. Dan teman gua yang mendirikan tenda pun tidak tahu kalau tepat di belakang tenda kami ada sebuah batu nisan.

Tapi gua dan teman-teman tidak memperdulikan batu nisan itu, menurut gua ga usah dipikirin macem-macem lah yang begitu berpikir positif aja.

Tenda sudah diposisi semula dan gua langsung memasak untuk mengisi perut yang sudah keroncongan. Teman-teman yang lain pun langsung bergabung ke luar tenda mencium bau masakan yang sedang kami masak bersama dengan bang kumis. Teh hangat dan kopi menjadi sajian utama pagi itu, karena memang tubuh kami masih butuh kehangatan.

Tidak lupa disaat yang lain lagi sarapan gua dan teman-teman gua tidak lupa untuk menjemur baju dan celana yang sudah basah semalam. Adapun cara mengeringkannya cukup unik yaitu dipanggang di atas bara api unggun sisa semalam 😂.


Setelah sarapan, gua dan teman-teman mulai bergegas untuk jalan ke puncak Ciremai. Kata bang kumis, dari Pos 4 sampai ke puncak diperkirakan memakan waktu sekitar 6-7 jam perjalanan santai.

Tepat jam 08.00 kami pun mulai berjalan menuju puncak. Pada perjalanan ke puncak tidak semua rombongan ikut hanya kami ber 4 dari Bekasi, bang kumis dan 3 temannya, jadi total yang ikut ke puncak hanya kami ber 7. Dan teman-teman kami yang lain sudah malas berjalan dan terhanyut dalam pelukan sleeping bag di dalam tenda.

Diperjalan menuju puncak tidaklah kami lewati dengan mudah. Terutama cuaca yang mudah berubah-ubah, kadang berkabut dan juga cerah. Hujan rintik-rintik juga menemani perjalanan kami melewati trek yang dipenuhi dengan tanjakan dan juga akar pepohonan. Ya trek setelah pos 4 memang tidak selandai pos dari pos 1 ke pos 4 di dominasi oleh tanyakan licin dan akar pepohonan yang melintang disetiap jalurnya.

Di tengah perjalanan kami beristirahat untuk makan siang, menu makan siang kala itu tidaklah mewah hanya beberapa mie instan yang tidak direbus hanya dikremes-kremes lalu diberi bumbu.



Saat menikmati makan siang awan diatas kami mulai menghitam, kabut juga menyapa, rintik air pun jatuh dari atas langit dengan perlahan, yang menandakan sebentar lagi akan kembali turun hujan. Di sela-sela itu kondisi tersebut gua mulai berpikir tentang melanjutkan perjalanan ini atau tidak, bahkan teman gua berkata:

“lo masi kuat ga klo hujan lagi?, kan semalem lo udah kedinginan banget tuh terus kaki lo juga sering keram kalo hujan”

“klo hujan lagi mending lo balik ada ke tenda daripada kaki lo keram lagi”

Ya teman-teman menyuruh gua untuk tidak melanjutkan perjalanan ke puncak disaat cuaca yang berkabut dan turun hujan rintik-rintik. Di saat itu pun bang kumis berucap:

“kita tunggu aja dulu disini hujan gede lagi apa gak”

“klo hujan lagi kita buka flysheet disini, klo Cuma rintik-rintik kayak gini mending kita lanjut biar ga kemaleman balik ke tenda pas turun dari puncak”

Di saat bang kumis bilang begitu, gua masih mikir apa lanjut atau tidak melihat kondisi gua semalam yang begitu parah hampir terkena hypothermia. Pikiran pun campur aduk saat itu antara takut dan ambisi sampai ke puncak.

Kami pun menunggu beberapa saat melihat kondisi cuaca. Dan beberapa saat menunggu bang kumis pun memutuskan untuk melanjutkan perjalanan di tengah cuaca yang masih gerimis rintik-rintik. Dia pun bertanya kepada gua dan teman-teman yang lain.

“gimana masi mau ikut ke puncak ga?”

Gua pun berpikir keras tentang resiko yang harus gua tanggung jika ingin melanjutkan perjalanan. Rasa takut dan ego ingin sampai ke puncak mulai berkecamuk di dalam otak gua. Dan gua memilih untuk tetap ikut melanjutkan perjalanan ke puncak. Let’s Go..

Mulailah kami berjalan kembali ditemani hujan rintik-rintik yang membasahi kepala kami. Jalur menanjak dan pepohonan yang mulai terlihat rendah menandakan bahwa puncak telah dekat. Dan yang membuat gua gembira saat itu adalah cuaca yang mulai bersahabat!. Cuaca cerah menemani kami sampai di pos 6 Pesanggrahan, ini merupakan pos terakhir vegetasi hutan di jalur Palutungan.



Sekitar jam 14.30 kami telah tiba di Pos 6 Pasanggarahan. dan tempat ini biasanya menjadi camp site para pendaki yang melewati jalur Palutungan. Karena dari pos 6 ini perjalanan menuju puncak tinggal 1 jam lagi dan didominasi oleh batu-batu besar.

Di pos 6 ini kami beristirahat sebentar dan gua sambil meminum air dari beberapa daun dan genangan air di sela-sela batu besar yang ada di sekitarnya.

Kenapa minum air dari situ? Emang ga bawa air?

Jawabannya adalah bawa tapi kehabisan saat perjalanan menuju pos 6 ini. Terpaksa gua harus minum dari daun dan genangan air yang ada di sekitar pos 6 ini karena sudah haus sangat. Ditambah perjalanan gua belum usai menuju puncak bahkan nambah parah karena trek bebatuan yang terus ke atas tanpa ada bonus sekali pun.


Perjalanan dilanjutkan, kaki gua mulai menapaki bebatuan terjal menuju puncak ceramai. Stamina yang sudah mulai menurun mengharuskan kaki gua melangkah tinggi melewati setiap jengkal perjalanan ini. Di tengah perjalanan gua juga minum air dari genangan yang ada dibebatuan yang seakan menjadi penyelamat hidup di trek yang melelahkan ini.

Sampai akhirnya gua bertemu dengan pendaki lain yang sedang mendirikan tenda sebelum sampai di puncak gunung ciremai. Disini gua beristirahat sebentar sambil mengumpulkan napas yang tersisa dari pendakian melelahkan ini.

Akhirrrnyaaa..puncak Ciremai pun gua gapai dengan penuh perjuangan. Gua sampai puncak sekitaran jam 16.00 dan gua langsung tepar di atas puncak tertinggi di Jawa Barat. Di atas puncak gua hanya bisa duduk terdiam merenung tidak bisa berkata-kata. 



Di atas puncak Ciremai gua dan teman-teman tidak lupa eksis untuk mengabadikan foto. Dulu sih gua foto cuma pakai kamera hape yang belum canggih-canggih amat kualitas yang dihasilkan masih VGA. Jadi ya bisa dilihat sendiri hasilnya banyak yang blur 😂.

Sambil gua dan teman-teman yang lain foto-foto, bang kumis dan temannya memasak kopi dan teh. menurut bang kumis kalau sudah di puncak ga ngopi kurang lengkap rasanya. 

Tapi sebelumnya gua dan teman-teman dari jakarta lainnya di ajak mengambil air di sebuah gua yang berada di puncak ciremai. Gua tersebut bernama gua walet, yang ternyata di gua itu banyak mitosnya dan salah satunya menjadi tempat bertapa. Tapi untuk menuju kesana treknya harus melewati tebing curam dan menurun dan gua mikir dua kali untuk ikut mengambil air disana 😂.



Sekitar jam 17.00, setelah puas berfoto-foto, istirahat sebentar dan ngopi-ngopi di ketinggian 3000 mdpl, kami mulai perjalanan turun untuk kembali ke tenda yang berada di pos 4. Dan perjalanan turun dari puncak menuju ke tenda dipenuhi dengan cerita misterius 😨. 


To be Continue... 

Monday, November 12, 2018

Tips Memilih Jasa Open Trip untuk Berpetualang

Tips Pendaki


Tips Memilih Jasa Open Trip Pendakian Gunung dan Travelling




Tidak seperti dulu ketika naik gunung dianggap sebagai kegiatan eksklusif karena hanya kelompok tertentu saja yang menekuninya, sekarang pendakian gunung jadi trend. Namun, seiring bermunculannya film-film bertema pendakian—dan media sosial—aktivitas pendakian gunung jadi populer.
Tujuan orang mendaki gunung pun beragam. Matthew Tandioputra, pendaki termuda Indonesia, misalnya. Ia naik gunung sebagai bagian dari terapi karena didiagnosis “kelebihan energi.” Ketimbang kegiatan lain seperti meniti pematang dan berjalan di tanah rata, ternyata naik gunung lebih mengakselerasi proses terapinya. Sebagai bonus, ia malah menorehkan prestasi sebagai pendaki termuda yang menyelesaikan tujuh puncak tertinggi di Indonesia. 
Banyak pula pendaki yang mengusung “idealisme” dengan membawa sendiri seluruh perlengkapannya tanpa bantuan porter. Di sisi lain, ada juga pendaki yang memerlukan bantuan porter demi efektivitas pendakiannya. Lebih lanjut, keterbatasan tenaga, waktu, dan skill membuat beberapa kelompok pendaki memilih menggunakan jasa agen pendakian.
Semenjak pendakian booming di Indonesia, jasa operator pendakian pun semakin menjamur. Konsepnya pun beragam, dari mulai layanan private trip (all-included yang menyediakan semua keperluan pendaki by-request) sampai penawaran trip besama rombongan (open trip).
Bagi penyelenggara, usaha jasa open trip ini memang menggiurkan. Namun, terkadang operator hanya memikirkan keuntungan semata dan mengabaikan keselamatan dan kenyamanan klien. Sebab, orientasi keberhasilan seolah hanya ditentukan oleh berhasil atau tidaknya klien ke puncak. Tidak bermaksud menyudutkan jasa open trip, namun nyatanya kasus klien tidak terpantau oleh guide penyedia jasa open trip sangat sering terjadi.
Contoh berikut ini jamak terjadi. Sebuah operator open trip sedang membawa klien. Pemandu terpisah dari rombongan, sementara operator tidak mempersiapkan asisten yang bisa menangani klien—sesuai rasio pemandu/klien. Akhirnya, beberapa klien kebingungan saat berjalan, sebagian lain bermasalah dalam hal kesehatan tapi tak ada yang menangani. Kisah lain yang juga sering terdengar adalah masalah kekurangan logistik seperti air dan makanan. 
Tips Memilih Jasa Open Trip
Karena open trip lebih murah dibanding private trip, banyak yang lebih berminat ikut trip jenis pertama. Itu wajar dan sah-sah saja. Meskipun demikian, ada beberapa hal yang perlu jadi pertimbangan saat memilih jasa open trip, yakni:
1.   Siapa Penyelenggara Open Trip Tersebut
Sebelum mendaftar, teliti dulu siapa pengelenggara open trip itu, apakah operator berpengalaman atau tidak. Vendorberpengalaman pasti memberikan rasa nyaman. Agar lebih mengenal vendornya, kamu bisa melihatnya di website atau media sosialnya. Lihat portofolio serta review yang diberikan klien-klien yang pernah menggunakan jasa mereka.
2.   Harga Yang Ditawarkan
Kamu juga mesti menimbang-nimbang dan membandingkan kewajaran harga yang ditawarkan. Jangan sampai terlalu mahal, tapi juga jangan terlalu murah. Kalau mahal, berarti vendornya mengambil margin terlalu tinggi. Terlalu murah, jangan-jangan ada biaya yang benar-benar ditekan—upah porter misalnya. Untuk apa murah tapi ujung-ujungnya membuat kamu tidak nyaman? Pokoknya, jangan sampai tertipu dengan harga.
3.   Fasilitas Yang Diberikan
Karena pendakian gunung adalah kegitan yang berisiko, kamu mesti memilih vendor yang kompeten. Pilih yang profesional. Kalau perlu yang pemandunya sudah memiliki sertifikat pemandu gunung. (Di Indonesia sendiri, sertifikasi profesi dikeluarkan oleh Badan Sertifikasi Nasional Profesi/BNSP).
Open trip dengan harga rendah biasanya hanya menemani pendakian, menyediakan tenda dan alat masak di campsite, dan mengurus transportasi serta akomodasi saja. Makan biasanya hanya disediakan sebelum dan setelah pendakian.
Tapi ada juga yang menawarkan makanan selama pendakian, air mineral, serta air panas, lengkap dengan kursi dan meja makan. Nggak sedikit juga yang menyediakan kasur angin dan tenda toilet. Tentu yang terakhir ini lebih mahal. Karena itu, pilihlah paket yang sesuai dengan kebutuhan dan kondisi kantong kamu.
4.   Cari Informasi Tentang Penyelenggara Open Trip Tersebut
Menyelenggarakan trip berarti menjalankan sistem. Ada orang-orang yang terlibat dalam kegiatan itu, misalnya porter. Pastikan vendor yang kamu pilih mengupah porternya secara manusiawi. Sebagai perbandingan, rata-rata upah porter adalah Rp 225.000/hari dengan beban angkut 18 kilogram.


Inshaallah Bermanfaat...😁😁😁


sumber: pendakiindonesia.com
==============================================


English Translate

Climber Tips

Tips for Choosing Mountain Climbing and Traveling Open Trip Services

Unlike before when riding a mountain, it was considered an exclusive activity because only certain groups did it, now mountain climbing is a trend. However, along with the emergence of climbing-themed films and social media — mountain climbing activities became popular.

The purpose of people climbing mountains is also diverse. Matthew Tandioputra, Indonesia's youngest climber, for example. He climbed the mountain as part of therapy because he was diagnosed as "excess energy." Rather than other activities such as climbing the embankment and walking on flat ground, it turns out that climbing the mountain further accelerates the treatment process. As a bonus, he even made an achievement as the youngest climber to complete the seven highest peaks in Indonesia.

Many climbers also carry "idealism" by bringing their own equipment without the help of porters. On the other hand, there are also climbers who need porter assistance for the effectiveness of the climb. Furthermore, the limitations of manpower, time, and skill make some groups of climbers choose to use the services of climbing agents.

Since the booming climb in Indonesia, the services of climbing operators are increasingly mushrooming. The concept also varies, from the start of a private trip service (an all-included that provides all the needs of climbers by-request) to a trip offer with the group (open trip).

For organizers, this open trip service business is indeed tempting. However, sometimes operators only think of profit and ignore the safety and comfort of clients. Because, the orientation of success is only determined by the success or failure of the client to the top. It is not intended to corner open trip services, but in fact client cases not monitored by open trip service providers are very common.

The following example is common. An open trip operator is carrying a client. The guide is separate from the group, while the operator does not prepare assistants who can handle clients — according to the guide / client ratio. Finally, some clients were confused while walking, others were troubled in terms of health but no one handled it. Another story that is often heard is the problem of lack of logistics such as water and food.

Tips for Choosing Open Trip Services

Because open trips are cheaper than private trips, many are more interested in joining the first type of trip. It's natural and legitimate. Even so, there are several things that need to be considered when choosing an open trip service, namely:

1. Who is the Open Trip Organizer

Before registering, first examine who the open trip organizer is, whether the operator is experienced or not. Experienced vendors certainly provide comfort. In order to get to know the vendor better, you can see it on the website or social media. See portfolios and reviews given by clients who have used their services.

2. Prices offered

You also have to weigh and compare the reasonableness of the price offered. Don't get too expensive, but also not too cheap. If it's expensive, it means the vendor is taking too high a margin. Too cheap, lest there are costs that are really pressed - porters' wages, for example. For what is cheap but the edges make you uncomfortable? Anyway, don't be fooled by the price.

3. Provided Facilities

Because mountain climbing is a risky activity, you must choose a competent vendor. Choose professionals. If necessary, the guide has a mountain guide certificate. (In Indonesia alone, professional certification is issued by the Professional National Certification Agency / BNSP).

Open trips at low prices usually only accompany climbing, provide tents and cooking utensils in the campsite, and arrange transportation and accommodation only. Eating is usually only provided before and after climbing.

But there are also those who offer food during climbing, mineral water, and hot water, complete with chairs and dining tables. Not a few also provide wind mattresses and toilet tents. Of course the latter is more expensive. Therefore, choose a package that suits your needs and conditions.

4. Find Information About the Open Trip Organizers


Organizing a trip means running the system. There are people involved in the activity, such as porters. Make sure the vendor you choose hires its porters humanely. In comparison, the average porter's wages are Rp 225,000 / day with a load of 18 kilograms.

Friday, October 26, 2018

Story Of 3075 Mdpl (Part 1)

Celoteh Kata Gua




Perkenalkan gua Faris bisa juga dipanggil Ahmad bisa juga dipanggil Mamat terserah teman-teman aj mau panggil gua apa 😂😂, gua seorang yang mencintai alam dan mengagumi segala keindahannya yang Tuhan buatkan di atas muka bumi ini. Dan kegiatan yang menjadi hobi gua bebaur dengan alam terutama alam Indonesia yaitu mendaki gunung.

Mendaki gunung merupakan suatu mimpi gua sewaktu masi duduk di bangku SMA. Pertama kali gua pengen mendaki gunung saat melihat foto bunga edelweise di rumah nenek dan hasil jepretan foto tersebut di foto oleh om gua 

“Mang Amar (Alm)“.

Gua pun nanya saat itu kepada  Mang Amar

“Mang, bunga itu namanya apa?

Mang Amar menjawab “Bunga Edelweise”.

”bunga edelweise itu bunga apa dan tumbuh dmna?”

beliau menjawab “bunga edelweise itu tumbuh di atas puncak gunung dan bunga tersebut sering disebut juga bunga abadi”.

Setelah mendengar jawaban seperti itu gua pun pengen melihat dan memegang dan menjumpai bunga langsung bunga tersebut. Dari situlah keinginan gua untuk mendaki ‘Tiang-tiang pancang’ di Indonesia.

Pertama kali gua mendaki gunung itu setelah lulus SMA (masih polos-polosnya)😂. Dan gunung yang pertama gua daki bukanlah gunung sembarang gunung. Kalau pemula biasanya memulai dengan gunung Papandayan, Bromo, Gede, dan sekarang yang lagi hits yaitu gunung Prau, tapi yang gua daki BUKAN gunung-gunung tersebut!. Gunung yang pertama kali yang gua daki adalah Gunug Ciremai yang merupakan gunung tertinggi di Jawa Barat.

Gunung Ciremai adalah gunung berapi kerucut yang secara administratif termasuk dalam wilayah dua kabupaten, yakni Kabupaten Kuningan dan Kabupaten Majalengka, Provinsi Jawa BaratPosisi geografis puncaknya terletak pada 6° 53' 30" LS dan 108° 24' 00" BT, dengan ketinggian 3.078 m di atas permukaan laut. 

Gunung ini memiliki kawah ganda. Kawah barat yang beradius 400 m terpotong oleh kawah timur yang beradius 600 m. Pada ketinggian sekitar 2.900 m dpl di lereng selatan terdapat bekas titik letusan yang dinamakan Gowa Walet. Kini G. Ceremai termasuk ke dalam kawasan Taman Nasional Gunung Ciremai (TNGC), yang memiliki luas total sekitar 15.000 hektare.

Nama gunung ini berasal dari kata cereme (Phyllanthus acidus, sejenis tumbuhan perdu berbuah kecil dengan rada masam), namun seringkali disebut Ciremai, suatu gejala hiperkorek akibat banyaknya nama tempat di wilayah Pasundan yang menggunakan awalan 'ci-' untuk penamaan tempat (id.wikipedia.com).

Pada saat  mendaki gunung Ciremai gua tidak melakukan persiapan fisik (karna masih sangat muda..Hehe)  dan membawa perlengkapan dan peralatan pendakian yang memadai. Namun teman gua udah bilang peralatan dan perlengkapan pribadi apa yang harus dibawa untuk mendaki gunung.

Perlengkapan mendaki pertama yang gua beli waktu itu adalah keril atau ransel yang berukuran 60 Liter (kalo ga salah). Keril itu gua beli bukan ditempat toko perlengkapan outdoor seperti Eiger, Avtech, atau Consina. Tapi, gua pertama kali beli keril itu di Borobudur Departemen Store! Hahahaa, dan keril itu merk Westpark warna Biru dengan harga diskon Rp 120K. Keril itu tidak memiliki batangan besi (back system) atau almunium untuk menahan berat keril pada punggung tubuh kita. 

Tibalah hari H mendaki gunung, dimulai dengan bangun pagi sekali, sholat subuh, terus melihat packing’an keril sudah lengkap semua atau belum. Setelah gua kira semuanya sudah lengkap gua pun langsung pergi menuju rumah teman untuk berkumpul menyiapkan perlengkapan lainnya.

Kejadian lucu pun terjadi, namanya juga gua pertama kali naik gunung dan menyiapkan peralatan serta perlengkapannya sendiri jadi tidak tahu tata cara memasukkannya barang-barang ke dalam tas kerill. Saat gua packing sendiri tanpa pikir panjang langsung memasukkan semuanya  tanpa memikirkan mana yang berat dan mana yang ‘enteng’. 

Gua tidak tau kalau matras itu harus dilebarkan sebagai ‘pembentuk’ keril dan baru setelah itu barang-barang yang kita bawa dimasukkan di dalammnya. Dimulai dari barang yang ringan dulu di paling bawah dan yang berat di bagian atas. Ilmu tersebut gua pelajari dari teman yang ‘membongkar’ kerill gua di rumahnya pada saat sampai di rumah teman, dia pun langsung tertawa terbahak-bahak, Bangke emaaangg :)).

Setelah semua perlengkapan dan peralatan kami sudah lengkap, sekitar jam 08.00 gua bersama 4 teman pun berangkat menuju ke Cakung untuk naik bus jurusan Kuningan. Untuk menuju Cakung, kami dari depan terminal Bekasi naik angkutan umum (elf) K.01 jurusan Perumnas III – Pulogadung dan turun di pertinggaan tol cakung. 

Sesampainya di Cakung kami langsung disambut oleh para calo bus Luragung Jaya dan Bhinneka yang berkeliaran menawarkan bus mereka. Teman gua pun langsung maju dan mengeluarkan jurus tawar-menawar, setelah deal kami pun langsung menaiki bus tersebut.

Kali ini kami mendapatkan bus Bhinneka dengan jurusan Kuningan – Jakarta via Cirebon. Setelah penumpang penuh, jam 09.00 bus pun langsung berangkat. 

Kira-kira jam 13.00 kami sudah sampai di salah satu sudut kota ‘Udang’ Cirebon. Ya kami memang tidak langsung menuju Kuningan jalur Lingggar Jati yang merupakan pintu masuk favorit pendaki menuju Gunung Ciremai, tapi kami ke Cirebon terlebih dahulu untuk bertemu dan berkumpul bersama teman-teman dari mapala STIKOM Cirebon. Setelah sampai di kampus tersebut kami dijamu sekaligus istirahat sejenak untuk merebahkan badan yang terasa lelah duduk terus di dalam bus.

Jam 14.00, teman-teman mapala STIKOM telah selesai mengecek perlengkapan dan peralatan pendakian, kami pun siap berangkat. Dalam pendakian ini jumlah yang ikut sekitar 14 orang termasuk kami ber 5 yang dari Bekasi. Dengan jumlah yang begitu banyak saya pun senang, karna ada beberapa teman-teman dari mapala STIKOM masih pemula seperti gua (untung ada temannya) Hahaha.

Sekitar jam 14.15 kami pun berangkat menuju pos pintu masuk gunung ciremai dengan menggunakan angkot (sewa). Pada pendakian pertama gua ini, kami tidak masuk dari pos pendakian Linggar Jati. Tetapi kami masuk dari pintu pos Palutungan yang merupakan jalur pendakian favorit ke-2 setelah jalur Linggar Jati. 

Jam 15.30 kami pun sampai di basecamp Palutungan disini kami istirahat sejenak untuk persiapan pendakian sekaligus aklimatisasi ketinggian. Di basecamp Palutungan ini udaranya sudah sangat dingin, sesekali kabut pun turun membawa udara dingin yang menusuk kulit.  Saat itu gua langsung mengambil jaket yang berada di dalam kerill untuk menghangatkan badan yang hanya berbalut kaos tipis. 

Disinilah mental saya mulai di uji oleh alam, belum juga mendaki tapi rasa khawatir terus menghantui karna melihat cuaca yang tidak terlalu cerah bahkan terlihat mendung, sesekali juga kabut yang turun meneteskan air hujan yang membuat suasana semakin tidak mendukung untuk mendaki.

Setelah semuanya telah siap kami pun langsung menuju jalur pendakian. Jalur pendakian paluntungan terkenal sangat ramah untuk pendaki pemula karena tidak terlalu menanjak seperti jalur Linggar Jati. Untuk menuju pos 1 kami melewati ladang sayur milik penduduk sekitar yang saat ini banyak di tumbuhi daun bawang dan wortel. 

Setelah melewati ladang sayuran milik penduduk, jalur yg kami lalui mulai terlihat aneh, banyak jalur bekas ban motor trail yang sangat dalam. Itu telihat aneh karena memang saya baru pertama kali melihat jalur setapak dipakai juga untuk lintasan motor trail.

Menjelang malam cuaca mulai tidak bersahabat, terlihat awan mulai turun dari puncak ketinggian menyelimuti perjalan kami. Hujan pun turun, kami berhenti sejenak untuk memakai perlengkapan hujan dan juga malam seperti jas hujan dan senter. Namun beberapa dari kami tidak membawa jas hujan termasuk saya (karena kurang persiapan yang matang).


Jalur yang kami lalui saat hujan turun itu tidaklah seperti biasa, kami membuat jalur baru untuk memotong punggungan bukit. Kami menerobos semak-semak, rumput alang-alang, dan menebang beberapa batang pohon tumbang yang menghalangi jalan kami.


Dipertengahan perjalanan yang masih terus diguyur hujan fisikku pun mulai terasa lelah. Beberapa kali betis gua mengalami keram yang sangat hebat karena sudah mulai lelah dan kedinginan. Teman-teman rombongan pun berhenti menunggu betis saya dipijat oleh bang kumis sampai gua bisa berjalan lagi. Tapi setelaahh itu guaa teriakkk lagi dan... 


To be Continue... 👉👉👉 [Part 2]