Tuesday, November 20, 2018

Story Of 3075 Mdpl (Part 2)

Celoteh Kata Gua

Puncak Tertinggi Jawa Barat 3075 Mdpl




Cerita sebelumnya...👉👉 [Part 1]

Tapi setelaahh itu gua teriakkk lagi dan gua keram lagi, karena memang kaki gua udah lelah banget dan lapar sekali, karena dari basecamp saya belum makan siang. Sampai akhirnya beberapa barang bawaan saya dibawakan oleh teman-teman yang lain. Beban ditubuhku pun berkurang tapi tidak dengan betis dan kedinginan hebatku yang sudah tidak ada obatnya selain berhenti dan mendirikan tenda.

Dan setelah berjalan kurang lebih satu jam, akhirnya keinginannku terkabul. Tibalah kami di pos 4 Paguyangan Badak, disini kami langsung mendirikan tenda dan langsung memasak teh hangat dan kopi untuk menhangatkan tubuh. Ternyata yang mengalami kedinginan bukan hanya gua aja, banyak dari rombongan kami yang kedinginan juga.

Ketika teman rombongan mulai memasak the, langsung dengan cepat gua menghampiri sumber api untuk mendapatkan kehangatan, sampai-sampai tanganku pun langsung memegang gelas yang masih panas dan baru dituangkan teh. Dan tanganku sudah tidak merasakan lagi rasa panas teh itu karena tanganku sudah mati rasa!.

Setelah meminum segelas teh hangat yang tidak hangat-hangat banget dan tenda sudah kami didirikan langsung saya disuruh mengganti baju yang sudah basah kuyup.

Oiya ada yang menarik dari tenda yang kami bawa. Tenda punya teman gua ini adalah tenda camping untuk anak-anak yang biasa dijual dipinggir jalan, framenya terbuat dari paralon yang disambung dan ukurannya juga tidak besar, kaki gua aja tidak bisa lurus dan kalua tidur harus ditekuk. *ketawa gua kalo inget ini, sumpah..Hahaaa

Oke lanjut, setelah berganti pakaian gua dan teman-teman yang sudah kedinginanpun langsung tidur, mengistirahatkan tubuh yang sudah sangat lelah dan mudah runtuh.

Pagi harinya kami bangun dengan keadaan yang tidak biasa, tenda kami seakan berubah dari tempat awal kami dirikan pada malam hari kemarin. Penyebabnya adalah jumlah orang yang terdapat dalam tenda yang melebihi kapasitas. Tenda tersebut idealnya hanya untuk 3 orang, tapi malam kemarin ada 5 orang dan 2 orang berbadan besar Hahaha.

Penyebabnya tidak hanya itu saja, ternyata tenda kami tidak dipasangkan pasak sehingga mudah berpindah posisi. Dan ada satu teman gua yang tidurnya tidak bisa diam yang membuat semua orang yang di dalam tenda posisi tidurnya berubah-ubah.

Setelah keluar tenda dan melihat keadaan tenda yang tidak biasa, kami langsung membenarkan posisi tenda kembali. Selagi membereskan tenda yang sudah acak kadul istilahnya gua melihat sebuah papan nisan tepat berada di belakang tenda. Dan teman gua yang mendirikan tenda pun tidak tahu kalau tepat di belakang tenda kami ada sebuah batu nisan.

Tapi gua dan teman-teman tidak memperdulikan batu nisan itu, menurut gua ga usah dipikirin macem-macem lah yang begitu berpikir positif aja.

Tenda sudah diposisi semula dan gua langsung memasak untuk mengisi perut yang sudah keroncongan. Teman-teman yang lain pun langsung bergabung ke luar tenda mencium bau masakan yang sedang kami masak bersama dengan bang kumis. Teh hangat dan kopi menjadi sajian utama pagi itu, karena memang tubuh kami masih butuh kehangatan.

Tidak lupa disaat yang lain lagi sarapan gua dan teman-teman gua tidak lupa untuk menjemur baju dan celana yang sudah basah semalam. Adapun cara mengeringkannya cukup unik yaitu dipanggang di atas bara api unggun sisa semalam 😂.


Setelah sarapan, gua dan teman-teman mulai bergegas untuk jalan ke puncak Ciremai. Kata bang kumis, dari Pos 4 sampai ke puncak diperkirakan memakan waktu sekitar 6-7 jam perjalanan santai.

Tepat jam 08.00 kami pun mulai berjalan menuju puncak. Pada perjalanan ke puncak tidak semua rombongan ikut hanya kami ber 4 dari Bekasi, bang kumis dan 3 temannya, jadi total yang ikut ke puncak hanya kami ber 7. Dan teman-teman kami yang lain sudah malas berjalan dan terhanyut dalam pelukan sleeping bag di dalam tenda.

Diperjalan menuju puncak tidaklah kami lewati dengan mudah. Terutama cuaca yang mudah berubah-ubah, kadang berkabut dan juga cerah. Hujan rintik-rintik juga menemani perjalanan kami melewati trek yang dipenuhi dengan tanjakan dan juga akar pepohonan. Ya trek setelah pos 4 memang tidak selandai pos dari pos 1 ke pos 4 di dominasi oleh tanyakan licin dan akar pepohonan yang melintang disetiap jalurnya.

Di tengah perjalanan kami beristirahat untuk makan siang, menu makan siang kala itu tidaklah mewah hanya beberapa mie instan yang tidak direbus hanya dikremes-kremes lalu diberi bumbu.



Saat menikmati makan siang awan diatas kami mulai menghitam, kabut juga menyapa, rintik air pun jatuh dari atas langit dengan perlahan, yang menandakan sebentar lagi akan kembali turun hujan. Di sela-sela itu kondisi tersebut gua mulai berpikir tentang melanjutkan perjalanan ini atau tidak, bahkan teman gua berkata:

“lo masi kuat ga klo hujan lagi?, kan semalem lo udah kedinginan banget tuh terus kaki lo juga sering keram kalo hujan”

“klo hujan lagi mending lo balik ada ke tenda daripada kaki lo keram lagi”

Ya teman-teman menyuruh gua untuk tidak melanjutkan perjalanan ke puncak disaat cuaca yang berkabut dan turun hujan rintik-rintik. Di saat itu pun bang kumis berucap:

“kita tunggu aja dulu disini hujan gede lagi apa gak”

“klo hujan lagi kita buka flysheet disini, klo Cuma rintik-rintik kayak gini mending kita lanjut biar ga kemaleman balik ke tenda pas turun dari puncak”

Di saat bang kumis bilang begitu, gua masih mikir apa lanjut atau tidak melihat kondisi gua semalam yang begitu parah hampir terkena hypothermia. Pikiran pun campur aduk saat itu antara takut dan ambisi sampai ke puncak.

Kami pun menunggu beberapa saat melihat kondisi cuaca. Dan beberapa saat menunggu bang kumis pun memutuskan untuk melanjutkan perjalanan di tengah cuaca yang masih gerimis rintik-rintik. Dia pun bertanya kepada gua dan teman-teman yang lain.

“gimana masi mau ikut ke puncak ga?”

Gua pun berpikir keras tentang resiko yang harus gua tanggung jika ingin melanjutkan perjalanan. Rasa takut dan ego ingin sampai ke puncak mulai berkecamuk di dalam otak gua. Dan gua memilih untuk tetap ikut melanjutkan perjalanan ke puncak. Let’s Go..

Mulailah kami berjalan kembali ditemani hujan rintik-rintik yang membasahi kepala kami. Jalur menanjak dan pepohonan yang mulai terlihat rendah menandakan bahwa puncak telah dekat. Dan yang membuat gua gembira saat itu adalah cuaca yang mulai bersahabat!. Cuaca cerah menemani kami sampai di pos 6 Pesanggrahan, ini merupakan pos terakhir vegetasi hutan di jalur Palutungan.



Sekitar jam 14.30 kami telah tiba di Pos 6 Pasanggarahan. dan tempat ini biasanya menjadi camp site para pendaki yang melewati jalur Palutungan. Karena dari pos 6 ini perjalanan menuju puncak tinggal 1 jam lagi dan didominasi oleh batu-batu besar.

Di pos 6 ini kami beristirahat sebentar dan gua sambil meminum air dari beberapa daun dan genangan air di sela-sela batu besar yang ada di sekitarnya.

Kenapa minum air dari situ? Emang ga bawa air?

Jawabannya adalah bawa tapi kehabisan saat perjalanan menuju pos 6 ini. Terpaksa gua harus minum dari daun dan genangan air yang ada di sekitar pos 6 ini karena sudah haus sangat. Ditambah perjalanan gua belum usai menuju puncak bahkan nambah parah karena trek bebatuan yang terus ke atas tanpa ada bonus sekali pun.


Perjalanan dilanjutkan, kaki gua mulai menapaki bebatuan terjal menuju puncak ceramai. Stamina yang sudah mulai menurun mengharuskan kaki gua melangkah tinggi melewati setiap jengkal perjalanan ini. Di tengah perjalanan gua juga minum air dari genangan yang ada dibebatuan yang seakan menjadi penyelamat hidup di trek yang melelahkan ini.

Sampai akhirnya gua bertemu dengan pendaki lain yang sedang mendirikan tenda sebelum sampai di puncak gunung ciremai. Disini gua beristirahat sebentar sambil mengumpulkan napas yang tersisa dari pendakian melelahkan ini.

Akhirrrnyaaa..puncak Ciremai pun gua gapai dengan penuh perjuangan. Gua sampai puncak sekitaran jam 16.00 dan gua langsung tepar di atas puncak tertinggi di Jawa Barat. Di atas puncak gua hanya bisa duduk terdiam merenung tidak bisa berkata-kata. 



Di atas puncak Ciremai gua dan teman-teman tidak lupa eksis untuk mengabadikan foto. Dulu sih gua foto cuma pakai kamera hape yang belum canggih-canggih amat kualitas yang dihasilkan masih VGA. Jadi ya bisa dilihat sendiri hasilnya banyak yang blur 😂.

Sambil gua dan teman-teman yang lain foto-foto, bang kumis dan temannya memasak kopi dan teh. menurut bang kumis kalau sudah di puncak ga ngopi kurang lengkap rasanya. 

Tapi sebelumnya gua dan teman-teman dari jakarta lainnya di ajak mengambil air di sebuah gua yang berada di puncak ciremai. Gua tersebut bernama gua walet, yang ternyata di gua itu banyak mitosnya dan salah satunya menjadi tempat bertapa. Tapi untuk menuju kesana treknya harus melewati tebing curam dan menurun dan gua mikir dua kali untuk ikut mengambil air disana 😂.



Sekitar jam 17.00, setelah puas berfoto-foto, istirahat sebentar dan ngopi-ngopi di ketinggian 3000 mdpl, kami mulai perjalanan turun untuk kembali ke tenda yang berada di pos 4. Dan perjalanan turun dari puncak menuju ke tenda dipenuhi dengan cerita misterius 😨. 


To be Continue... 

Previous Post
Next Post

0 comments:

Tulis komentar yang baik-baik, supaya komentar Anda bermanfaat bagi banyak orang. Terima Kasih :)