Tuesday, December 12, 2017

Resiko Mati! 3 Penyakit Yang Harus Dihindari Saat Mendaki Gunung

Info Gunung
Resiko Mati! Penyakit Ini Harus dihindari Saat Mendaki Gunung
Ketika mendaki gunung atau berada di tempat yang cenderung tinggi, terkadang muncul sebuah perasaan tidak enak pada diri Anda. Jika memang hal itu sering terjadi, berhati-hatilah mungkin Anda menderita salah satu dari tiga penyakit ketinggian. Dilansir dari one medical, inilah tiga penyakit yang kerap muncul ketika berada di ketinggian.

1. Acute Mountain Sickness (AMS)

Acute Mountain Sickness (AMS) yang sering kali disebut sebagai penyakit gunung bisa terjadi saat pendaki berada atau bermalam di ketinggian tertentu. Sekitar 25% penyakit gunung ini dialami saat pendaki berada di ketinggian 2400 meter di atas permukaan laut (mdpl), dan sekitar 40-50% terjadi saat pendaki berada di ketinggian 3000 mdpl.

Kondisi ini bisa terjadi pada usia tua dan muda, pria ataupun wanita, walaupun beberapa penelitian menyatakan wanita lebih sering terkena dibanding pria. Kondisi ini disebabkan oleh penurunan kadar oksigen dan tekanan udara yang semakin berkurang saat mendaki ke tempat yang lebih tinggi.

Sampai saat ini tidak ada alat diagnosis yang bisa memprediksi dengan pasti kejadian penyakit gunung ini, namun angka kejadian penyakit ini biasanya semakin meningkat apabila ditemukan faktor risiko berikut:
-    Mempunyai riwayat AMS sebelumnya
-  Meminum alkohol atau aktivitas berlebihan saat tubuh belum beradaptasi dengan ketinggian
-   Pendakian yang terlalu cepat (mencapai ketinggian 2700 mdpl dalam waktu kurang dari 1 hari)
-      Mempunyai kondisi medis yang mempengaruhi sistem pernapasan
-      Tidak terbiasa berada di tempat tinggi



Gejala Acute Mountain Sickness (AMS)
Gejala dan tanda dari AMS biasanya timbul dalam waktu beberapa jam sampai 1 hari, gejala yang timbul bisa berupa gejala yang ringan sampai berat. Berikut adalah gejala dan tanda jika Anda mengalami AMS :
-      Sakit kepala
-      Pusing
-      Lelah
-      Tidak bisa tidur (sering terbangun saat tidur)
-      Kehilangan nafsu makan
-      Mual dan muntah

Apabila tidak ditangani dengan baik, AMS ini bisa berlanjut pada kondisi lebih buruk, berupa edema otak dan edema paru. Pada kondisi edema terjadi penumpukan cairan, sehingga fungsi dari organ tersebut terganggu.

Tanda dari edema di paru adalah pasien merasa sesak atau sulit bernapas, dan kondisi ini seringkali diperberat dengan posisi tidur, dan diperingan dengan posisi duduk atau berdiri.

Sedangkan edema otak biasanya ditandai dengan perasaan lemas, pusing, penurunan kesadaran yang mudah dikenali dengan pembicaraan yang meracau atau penderita yang tampak sering terkantuk, seperti orang mabuk atau dalam beberapa kasus seperti orang kesurupan.

Pertolongan pertama saat terkena AMS
Apabila ditemukan tanda dan gejala di atas, waspadalah, Anda atau rekan pendakian anda mungkin sedang mengalami serangan AMS. Menghentikan sementara pendakian merupakan terapi efektif bagi AMS, biarkan tubuh Anda beristirahat dan membiasakan diri dengan kadar oksigen dan tekanan udara yang rendah di ketinggian. Saat beristirahat, Anda tidak dianjurkan untuk meminum alkohol atau melakukan aktivitas berlebihan.

Gejala di atas biasanya akan membaik seiring dengan kondisi tubuh pendaki yang sudah beradaptasi, namun apabila dalam waktu 24-48 jam kondisi tidak membaik atau justru semakin memburuk, pendaki harus turun gunung. Kebanyakan pendaki merasa gejala semakin membaik saat turun setinggi 500-800 mdpl, namun apabila kondisi tetap tidak berubah, pendaki disarankan turun sampai basecamp pendakian dan meminta pertolongan tim medis di sana.

Obat untuk mengatasi Acute Mountain Sickness (AMS)
Obat-obatan yang bisa diberikan untuk mengurangi gejala AMS antara lain parasetamol atau ibuprofen untuk mengurangi sakit kepada atau pusing yang diderita, ondansetron atau promethazin untuk mengurangi mual dan muntah.

Asetazolamide dan dexamethason merupakan salah satu obat yang sering digunakan baik untuk pencegahan maupun pengobatan AMS. Oksigen juga bisa diberikan apabila gejala dirasakan berat, dan bisa dihentikan saat gejala membaik. Konsultasikan terlebih dahulu dengan dokter Anda mengenai perlu tidaknya penggunaan terapi di atas dan berapa dosis yang dianjurkan.

Cara mencegah Acute Mountain Sickness (AMS)
Deteksi dini dan penanganan yang cepat merupakan suatu hal yang penting bagi AMS. AMS yang tidak ditangani dengan tepat bisa berakibat fatal, bahkan sampai menyebabkan kematian.

Posisi penderita yang berada di gunung juga merupakan suatu tantangan karena medan yang sulit dijangkau dan tidak adanya jaringan komunikasi. Oleh karena itu, alangkah baiknya apabila pendaki mengetahui tips-tips untuk mencegah penyakit gunung ini.
-      Mendaki secara perlahan, supaya tubuh bisa beradaptasi.

-      Jika Anda tinggal di tempat dengan ketinggian di bawah 1500 mdpl, hindari tidur di ketinggian d iatas 2800 mdpl pada malam pertama.

-      Membuka tenda di tempat yang lebih rendah. Pendaki tentu saja diperbolehkan mendaki sampai puncak jika dirasakan aman, namun untuk bermalam, disarankan mencari tempat yang lebih rendah.

-      Tinggal di tempat dengan ketinggian sekitar 1500 mdpl selama beberapa hari atau minggu sebelum pendakian bisa membantu Anda untuk mendaki lebih cepat.

2. High Altitude Cerebral Edema (HACE)

High Altitude Cerebral Edema (HACE) disebabkan oleh akumulasi cairan di dalam dan di sekitar otak. Biasanya, gejala AMS akan lebih buruk ketika akan mencapai HACE (namun HACE akan datang dengan sangat cepat, sehingga gejala AMS kadang tidak diketahui).

Gejala dan tanda-tanda HACE
Diagnosis HACE dibuat ketika seseorang telah berada di ketinggian dalam beberapa hari terakhir, dan juga:
-  Korban memiliki sakit kepala parah (tidak membaik meskipun memakai ibuprofen, paracetamol, atau aspirin).
-      Kehilangan koordinasi fisik (ataksia):
- Kecanggungan: korban mengalami kesulitan melakukan hal-hal yang sederhana, seperti mengikat tali sepatu atau mengemas tas mereka.
-      Sulit berjalan dan terjatuh.
-      Tingkat kesadaran menurun:
-   Korban akan memperlihatkan hilangnya kemampuan mental seperti mengingat atau berhitung (atau menolak melakukan tes mental sederhana).
-   Korban akan menjadi bingung, mengantuk, setengah sadar, pingsan (dan akan kehilangan nyawa jika tidak diobati segera).
-      Mual, muntah yang persisten.
-      Perubahan perilaku (tidak kooperatif, agresif, atau apatis).
-      Halusinasi, penglihatan kabur atau ganda.

Cara Menangani HACE
Turun gunung adalah pengobatan yang paling efektif dari HACE dan hal ini tidak boleh ditunda. Anda dapat menggunakan Gamow bag (sebuah tas untuk mengangkut orang di dalamnya, biasa dipakai untuk korban penyakit ketinggian) untuk tindakan sementara, dan jika tersedia, berikan juga oksigen dan dexamethasone.

3. High Altitude Pulmonary Edema (HAPE)

High Altitude Pulmonary Edema (HAPE) terjadi akibat adanya akumulasi cairan di paru-paru. Tanda yang paling penting dari kondisi ini adalahsesak napas. HAPE mungkin muncul dengan sendirinya tanpa gejala dari AMS (ini terjadi di lebih dari 50% kasus). Kasus HAPE yang parah juga dapat mengembangkan HACE pada tahap selanjutnya.

HAPE dapat berkembang dengan sangat cepat, sekitar 1-2 jam, atau dapat bertahap selama sehari. Kondisi ini sering berkembang pada malam kedua di ketinggian yang baru. HAPE juga dapat berkembang ketika turun dari ketinggian. Inilah sebabnya HAPE menjadi penyakit ketinggian yang paling mematikan.

HAPE lebih mungkin terjadi pada orang dengan penyakit pilek atau infeksi dada, namun ia seringkali dianggap sebagai pneumonia (infeksi dada).

Gejala dan tanda-tanda High Altitude Pulmonary Edema (HAPE)
Kinerja fisik yang berkurang (seperti kelelahan dan lemas) dan batuk sering kali menjadi tanda awal dari HAPE, dan juga:
-      Sesak napas:
-      Tahap awal: lebih terengah-engah dari biasanya dan dibutuhkan waktu yang lebih lama untuk mengembalikan napas normal.
-      Tahap lanjut: ditandai sesak napas saat mendaki, dan membutuhkan waktu yang lama untuk kembali normal, lalu berkembang menjadi sesak napas saat beristirahat.
-      Korban akan menjadi terengah-engah sambil berbaring datar dan lebih menyukai tidur disangga.
-      Tingkat pernapasan saat beristirahat meningkat ketika HAPE berlangsung (di permukaan laut, tingkat pernapasan adalah 8-12 napas per menit saat istirahat. Pada ketinggian 6000 m, tingkat pernapasan normal adalah 20 napas per menit).
-      Batuk kering.

Cara menangani High Altitude Pulmonary Edema (HAPE)

Penanganan yang paling penting adalah turun gunung. Anda dapat menyediakan oksigen tambahan atau menaikkan tekanan udara di sekitar korban dengan memasukkannya ke dalam Gamow bag, namun hal ini tidak sebanding dengan segera turun gunung dengan cepat.

Beberapa obat dapat membantu, namun biasanya hal itu hanya dapat digunakan oleh dokter atau paramedis terlatih. Nifedipine dapat digunakan untuk membuka pembuluh darah di paru-paru.

Itulah tiga penyakit yang mungkin terjadi ketika Anda berada di ketinggian. Ketinggian ini tidak selalu berarti mendaki gunung, berada di sebuah daerah yang cukup tinggi saja sudah cukup untuk membuat Anda menderita penyakit ini, jadi berhati-hatilah.

[sumber: hellosehat.com]

Inshaallah bermanfaat...😁😁😁
Previous Post
Next Post

0 comments:

Tulis komentar yang baik-baik, supaya komentar Anda bermanfaat bagi banyak orang. Terima Kasih :)