Info Gunung
Resiko Mati! Penyakit Ini Harus dihindari Saat Mendaki Gunung
Resiko Mati! Penyakit Ini Harus dihindari Saat Mendaki Gunung
Ketika mendaki gunung atau berada di tempat yang cenderung
tinggi, terkadang muncul sebuah perasaan tidak enak pada diri Anda. Jika memang
hal itu sering terjadi, berhati-hatilah mungkin Anda menderita salah satu dari
tiga penyakit ketinggian. Dilansir dari one medical, inilah tiga penyakit yang
kerap muncul ketika berada di ketinggian.
1. Acute
Mountain Sickness (AMS)
Acute Mountain Sickness (AMS) yang
sering kali disebut sebagai penyakit gunung bisa terjadi saat pendaki berada
atau bermalam di ketinggian tertentu. Sekitar 25% penyakit gunung ini dialami
saat pendaki berada di ketinggian 2400 meter di atas permukaan laut (mdpl), dan
sekitar 40-50% terjadi saat pendaki berada di ketinggian 3000 mdpl.
Kondisi ini bisa terjadi pada usia tua dan muda, pria
ataupun wanita, walaupun beberapa penelitian menyatakan wanita lebih sering
terkena dibanding pria. Kondisi ini disebabkan oleh penurunan kadar oksigen dan
tekanan udara yang semakin berkurang saat mendaki ke tempat yang lebih tinggi.
Sampai saat ini tidak ada alat diagnosis yang bisa
memprediksi dengan pasti kejadian penyakit gunung ini, namun angka kejadian
penyakit ini biasanya semakin meningkat apabila ditemukan faktor risiko berikut:
- Mempunyai
riwayat AMS sebelumnya
- Meminum
alkohol atau aktivitas berlebihan saat tubuh belum beradaptasi dengan ketinggian
- Pendakian
yang terlalu cepat (mencapai ketinggian 2700 mdpl dalam waktu kurang dari 1
hari)
- Mempunyai
kondisi medis yang mempengaruhi sistem pernapasan
- Tidak
terbiasa berada di tempat tinggi
Gejala Acute Mountain Sickness (AMS)
Gejala dan tanda dari AMS biasanya timbul dalam waktu
beberapa jam sampai 1 hari, gejala yang timbul bisa berupa gejala yang ringan
sampai berat. Berikut adalah gejala dan tanda jika Anda mengalami AMS :
- Sakit
kepala
- Pusing
- Lelah
- Tidak
bisa tidur (sering terbangun saat tidur)
- Kehilangan
nafsu makan
- Mual
dan muntah
Apabila tidak ditangani dengan baik, AMS ini bisa
berlanjut pada kondisi lebih buruk, berupa edema otak dan edema paru. Pada
kondisi edema terjadi penumpukan cairan, sehingga fungsi dari organ tersebut
terganggu.
Tanda dari edema di paru adalah pasien merasa sesak atau
sulit bernapas, dan kondisi ini seringkali diperberat dengan posisi tidur, dan
diperingan dengan posisi duduk atau berdiri.
Sedangkan edema otak biasanya ditandai dengan perasaan
lemas, pusing, penurunan kesadaran yang mudah dikenali dengan pembicaraan yang
meracau atau penderita yang tampak sering terkantuk, seperti orang mabuk atau
dalam beberapa kasus seperti orang kesurupan.
Pertolongan pertama saat terkena AMS
Apabila ditemukan tanda dan gejala di atas, waspadalah,
Anda atau rekan pendakian anda mungkin sedang mengalami serangan AMS.
Menghentikan sementara pendakian merupakan terapi efektif bagi AMS, biarkan
tubuh Anda beristirahat dan membiasakan diri dengan kadar oksigen dan tekanan
udara yang rendah di ketinggian. Saat beristirahat, Anda tidak dianjurkan untuk
meminum alkohol atau melakukan aktivitas berlebihan.
Gejala di atas biasanya akan membaik seiring dengan
kondisi tubuh pendaki yang sudah beradaptasi, namun apabila dalam waktu 24-48
jam kondisi tidak membaik atau justru semakin memburuk, pendaki harus turun
gunung. Kebanyakan pendaki merasa gejala semakin membaik saat turun setinggi
500-800 mdpl, namun apabila kondisi tetap tidak berubah, pendaki disarankan
turun sampai basecamp pendakian dan meminta pertolongan tim
medis di sana.
Obat untuk mengatasi Acute Mountain Sickness (AMS)
Obat-obatan yang bisa diberikan untuk mengurangi gejala
AMS antara lain parasetamol atau ibuprofen untuk mengurangi sakit kepada atau
pusing yang diderita, ondansetron atau promethazin untuk mengurangi mual dan
muntah.
Asetazolamide dan dexamethason merupakan salah satu obat
yang sering digunakan baik untuk pencegahan maupun pengobatan AMS. Oksigen juga
bisa diberikan apabila gejala dirasakan berat, dan bisa dihentikan saat gejala
membaik. Konsultasikan terlebih dahulu dengan dokter Anda mengenai perlu
tidaknya penggunaan terapi di atas dan berapa dosis yang dianjurkan.
Cara mencegah Acute Mountain Sickness (AMS)
Deteksi dini dan penanganan yang cepat merupakan suatu hal
yang penting bagi AMS. AMS yang tidak ditangani dengan tepat bisa berakibat
fatal, bahkan sampai menyebabkan kematian.
Posisi penderita yang berada di gunung juga merupakan
suatu tantangan karena medan yang sulit dijangkau dan tidak adanya jaringan
komunikasi. Oleh karena itu, alangkah baiknya apabila pendaki mengetahui
tips-tips untuk mencegah penyakit gunung ini.
- Mendaki
secara perlahan, supaya tubuh bisa beradaptasi.
- Jika
Anda tinggal di tempat dengan ketinggian di bawah 1500 mdpl, hindari tidur di
ketinggian d iatas 2800 mdpl pada malam pertama.
- Membuka
tenda di tempat yang lebih rendah. Pendaki tentu saja diperbolehkan mendaki
sampai puncak jika dirasakan aman, namun untuk bermalam, disarankan mencari
tempat yang lebih rendah.
- Tinggal
di tempat dengan ketinggian sekitar 1500 mdpl selama beberapa hari atau minggu
sebelum pendakian bisa membantu Anda untuk mendaki lebih cepat.
2. High Altitude Cerebral Edema (HACE)
High Altitude Cerebral Edema (HACE)
disebabkan oleh akumulasi cairan di dalam dan di sekitar otak. Biasanya, gejala
AMS akan lebih buruk ketika akan mencapai HACE (namun HACE akan datang dengan
sangat cepat, sehingga gejala AMS kadang tidak diketahui).
Gejala
dan tanda-tanda HACE
Diagnosis
HACE dibuat ketika seseorang telah berada di ketinggian dalam beberapa hari
terakhir, dan juga:
- Korban
memiliki sakit kepala parah (tidak membaik meskipun memakai
ibuprofen, paracetamol, atau aspirin).
- Kehilangan
koordinasi fisik (ataksia):
- Kecanggungan:
korban mengalami kesulitan melakukan hal-hal yang sederhana, seperti mengikat
tali sepatu atau mengemas tas mereka.
- Sulit
berjalan dan terjatuh.
- Tingkat
kesadaran menurun:
- Korban akan
memperlihatkan hilangnya kemampuan mental seperti mengingat atau berhitung
(atau menolak melakukan tes mental sederhana).
- Korban
akan menjadi bingung, mengantuk, setengah sadar, pingsan (dan akan
kehilangan nyawa jika tidak diobati segera).
- Mual, muntah yang
persisten.
- Perubahan
perilaku (tidak kooperatif, agresif, atau apatis).
- Halusinasi,
penglihatan kabur atau ganda.
Cara
Menangani HACE
Turun gunung adalah
pengobatan yang paling efektif dari HACE dan hal ini tidak boleh ditunda. Anda
dapat menggunakan Gamow bag (sebuah tas untuk mengangkut orang di dalamnya,
biasa dipakai untuk korban penyakit ketinggian) untuk tindakan sementara, dan
jika tersedia, berikan juga oksigen dan dexamethasone.
3. High Altitude
Pulmonary Edema (HAPE)
High
Altitude Pulmonary Edema (HAPE) terjadi akibat adanya akumulasi cairan di paru-paru. Tanda yang paling penting
dari kondisi ini adalahsesak napas. HAPE mungkin muncul dengan sendirinya tanpa
gejala dari AMS (ini terjadi di lebih dari 50% kasus). Kasus HAPE yang parah
juga dapat mengembangkan HACE pada tahap selanjutnya.
HAPE dapat
berkembang dengan sangat cepat, sekitar 1-2 jam, atau dapat bertahap selama
sehari. Kondisi ini sering berkembang pada malam kedua di ketinggian yang baru.
HAPE juga dapat berkembang ketika turun dari ketinggian. Inilah sebabnya HAPE
menjadi penyakit ketinggian yang paling mematikan.
HAPE lebih
mungkin terjadi pada orang dengan penyakit pilek atau infeksi dada,
namun ia seringkali dianggap sebagai pneumonia (infeksi dada).
Gejala dan tanda-tanda High Altitude
Pulmonary Edema (HAPE)
Kinerja
fisik yang berkurang (seperti kelelahan dan lemas) dan batuk sering kali
menjadi tanda awal dari HAPE, dan juga:
-
Sesak
napas:
- Tahap
awal: lebih terengah-engah dari biasanya dan dibutuhkan waktu yang lebih lama
untuk mengembalikan napas normal.
- Tahap
lanjut: ditandai sesak napas saat mendaki, dan membutuhkan waktu yang lama
untuk kembali normal, lalu berkembang menjadi sesak napas saat beristirahat.
- Korban
akan menjadi terengah-engah sambil berbaring datar dan lebih menyukai tidur
disangga.
- Tingkat
pernapasan saat beristirahat meningkat ketika HAPE berlangsung (di permukaan
laut, tingkat pernapasan adalah 8-12 napas per menit saat istirahat. Pada
ketinggian 6000 m, tingkat pernapasan normal adalah 20 napas per menit).
- Batuk
kering.
Cara
menangani High Altitude Pulmonary Edema (HAPE)
Penanganan yang paling
penting adalah turun gunung. Anda dapat menyediakan oksigen tambahan atau menaikkan
tekanan udara di sekitar korban dengan memasukkannya ke dalam Gamow bag, namun
hal ini tidak sebanding dengan segera turun gunung dengan cepat.
Beberapa obat dapat
membantu, namun biasanya hal itu hanya dapat digunakan oleh dokter atau
paramedis terlatih. Nifedipine dapat digunakan untuk membuka pembuluh darah di
paru-paru.
Itulah tiga
penyakit yang mungkin terjadi ketika Anda berada di ketinggian. Ketinggian ini
tidak selalu berarti mendaki gunung, berada di sebuah daerah yang cukup tinggi
saja sudah cukup untuk membuat Anda menderita penyakit ini, jadi
berhati-hatilah.
[sumber: hellosehat.com]
Inshaallah bermanfaat...😁😁😁
Inshaallah bermanfaat...😁😁😁
0 comments:
Tulis komentar yang baik-baik, supaya komentar Anda bermanfaat bagi banyak orang. Terima Kasih :)