Monday, September 14, 2020

Mengenal Sistem Retarder Pada Bus

Bismania

Sistem Retarder pada chasis bus


Chasis bus modern saat ini sudah mempunyai teknologi yang sangat canggih untuk membantu pengemudi melewati jalan yang menanjak maupun menurun. Salah satu teknologi yang ada di chassis bus premium yang ada saat ini yaitu sistem Retarder. Apa sih sistem Retarder itu?

Retarder adalah alat bantu pegereman non friksi/non kontak untuk meningkatkan fungsi dari sistem pengereman utama. Perangkat ini biasanya digunakan pada kendaraan berat seperti Bus dan Truck.

Sistem pengereman yang berbasis gesekan rentan terhadap pemudara rem (aus) ketika digunakan secara terus menerus, akan berbahaya.

Misalnya jika bus melewati turunan yang curam dengan jarak yang panjang. Oleh sebab itu, kendaraan berat sering dilengkapi dengan sistem tambahan yang tidak berbasis gesekan untuk membantu pengereman sehingga tingkat keausan rem konvensional berumur panjang & safety lebih terjaga.

Fungsi Retarder

Retarder berfungsi menurunkan kecepatan atau mempertahankan kecepatan pada jalanan yang menurun. Retarder tidak mampu menghentikan kendaraan sampai berhenti, karena retarder akan kehilangan efektivitasnya pada kecepatan rendah. Pada saat inilah rem konvensional bekerja. Thus Kampas rem menjadi ringan.

Pada dasarnya, retarder adalah suatu alat yang biasanya dipasangkan pada gearbox atau gardan dan berfungsi untuk membantu melambatkan laju kendaraan serta mempertahankan kecepatan dikondisi jalan menurun.

Rem konvensional memiliki cara kerja mengandalkan gesekan, dan lambat laun rem akan mengalami keausan. Dalam kondisi tertentu, seperti jalanan menurun yang cukup panjang, rem akan mengalami kenaikan suhu dan berakibat berkurangnya kemampuan pengereman bahkan bisa blong.

Oleh karena itu diciptakan rem tambahan untuk membantu fungsi rem utama, seperti retarder ini. Dan untuk sekarang bus premium sudah dilengkapi dengan sistem retarder ini agar penumpang bisa merasakan aman dan nyaman dengan sistem pengereman utama yang terbaru yaitu retarder

Jenis System Dari Retarder

Ternyata retarder ini mempunyai dua sistem yang diaplikasi pada bus maupun truk di dunia.

1. Electric retarder

Menggunakan prinsip "electromagnetic induction" sama seperti prinsip motor listrik (ada rotor ada stator)tapi kebalikannya bukan untuk memutar tapi menahan laju putaran.

System ini ada biasanya di as transmisi, dimana rotor berada di as dan statornya menempel di chasis atau transmision house.Jadi jika stator ini diberikan arus listrik maka akan terbentuk medan magnet (eddy current) dan menahan gerakan rotor, gardan dan roda. System ini sangat halus dan suara gesekannya tidak terlalu bising.

2. Hydraulic retarder 

menggunakan system tahanan viskosistas oli didalam ruangan tertutup yang terbagi dua satu statis dan satunya bergerak dan ada vanes atau katub diatara keduanya. Daya retardernya tergantung jumlah oli yang ada di chamber.

Nah teman-teman gimana udah nambah belum ini pengetahuan kamu tentang teknologi bus saat ini. Cukup sekian dulu ya teman-teman pembahasan kita untuk sistem retarder. Tungguin pembahasan teknologi bus selanjutnya ya.


Semoga bermanfaat teman-teman...😁😁😁




sumber:berbagai sumber


Friday, August 21, 2020

BESOK! Pendakian Gunung Rinjani Resmi Dibuka

Ini Syarat Pendakian Gunung Rinjani New Normal!


Akhirnya Taman Nasional Gunung Rinjani (TNGR) besok 22 Agustus 2020 resmi dibuka teman-teman. Memang selama masa pendemi Covid-19 TNGR melakukan penutupan disemua jalur pendakian baik itu dari Sembalun, Senaru, Timbahun dan Aikberik.

Bahkan beberapa waktu muncul sebuah video beberapa pendaki lokal melakukan pendakian ke gunung rinjani secara ilegal dan tidak patut dicontoh. Namun kali ini para pendaki bisa melakukan pendakian secara resmi dengan beberapa persyaratan yang wajib diikuti, seperti gambar di bawah ini ya.
 





Pengelola TNGR juga memberikan kuota di setiap jalur pendakian. seperti yang terlihat pada gambar di bawah ini :




Semoga bermanfaat...😀😀😀

Big Bus Physical Distancing

BisMania

Gebrakan Karoseri Indonesia, Phsycal Distancing Bus!


Saat berita ini diturunkan masa pandemi virus Corona belum berakhir di Tanah Air. Ini membuat kita sebagai masyarakat harus lebih waspada dalam menjalani aktivitas diluar rumah. Sadar akan hal tersebut, perusahaan karoseri bus mencarikan cara jitu agar para penumpang bus lebih merasa aman saat berpergian ke luar kota paling tidak dijalur AKAP (Antar Kota Antar Provinsi).

Seperti cara beberapa karoseri Laksana, Tentrem, dan Adiputro yang melahirkan inovasi baru dalam melahirkan bus yang aman selama masa pandemi virus Corona. Para karoseri tersebut membuat big bus dengan konfigurasi tempat duduk yang tetap menjaga jarak di dalam bus. Mengedepankan physycal distancing, penumpang bus akan tetap saling menjaga jarak antara 1 penumpang dengan yang lain.

"Naik Bus Dimasa Pandemi ini, kenapa tidak? #JanganKawatirSahabatLaksana, kami menghadirkan inovasi dan solusi desain Bus dimasa Pandemi ini. Kami perkenalkan Legacy SR2," tulis akun instagram Laksana Bus. Konfigurasi bangku 1-1-1 ini bisa teman-teman nikmati di bus Sumber Alam dan New Shantika. 

(*yang kami tau baru itu saja, jika ada tambahan silahkan isi dikolom komentar)


Karoseri Tentrem juga membuat konfigurasi 1-1-1 di big bus milik M-Trans yang menggunakan bangku besar nan nyaman buatan Rimba Kencana.


Berbeda dengan karoseri Laksana dan Tentrem, Adi Putro malah menambahkan sekat disetiap bangku penumpangnya.

"New Normal Bus. Posisi bangku penumpang di #jetbus #adiputro dapat disusun sesuai protokol kesehatan covid-19, yaitu dengan memberi jarak antar bangku. Selain itu terdapat tambahan ekstra berupa sekat acrylic yang terpasang disetiap bangkunya. Tentunya ini memberikan kenyamanan dan keamanan yang lebih untuk para penumpang" tulis akun Instagram @adiputro_official.


Jadi bagi kalian yang ingin berpegian ke luar kota dengan menggunakan bus, jangan takut ya. Karena saat ini para Po berusaha menghadirkan bus dengan standart kesehatan covid-19. 

Keep Safety ya teman-teman..


Semoga bermanfaat 😊😊😊




sumber: instagram @laksanabus @adiputro_official @karoseritentrem

Monday, June 29, 2020

Itenary Perjalanan ke Gunung Tambora


Para pendaki yang ingin berencana mendaki Gunung Tambora yang terletak di Nusa Tenggara Barat (NTB) bisa mencoba paket yang ditawarkan oleh Balai Taman Nasional Gunung Tambora untuk perjalanan menuju ke puncak Gunung Tambora. 

Seperti yang dikutip dari data Balai Taman Nasional Gunung Tambora, pihaknya telah menyusun rencana perjalanan menuju puncak Gunung Tambora lewat jalur Pancasila yang merupakan trek yang sering dilalui oleh para pendaki. Adapun beberapa itenary yang telah dipersiapkan oleh petugas taman nasional. Itenary ini juga bisa berubah-ubah sesuai permintaan para pendaki.

Berikut Itinerary Pendakian Gunung Tambora via Pancasila :

Hari pertama, dari Bandara Bima ke Desa Pancasila

Sebelum menempuh perjalanan ke Desa Pancasila, pengunjung akan makan siang ikan bakar khas Bima. Selagi di Kota Bima pengunjung akan diantarkan untuk belanja barang-barang keperluan pribadi yang dibutuhkan.

Usai belanja, perjalanan berlanjut menuju Desa Pancasila dengan waktu tempuh selama 4 jam dari Kota Bima sambil mampir di beberapa lokasi wisata yang ada di sepanjang perjalanan. Setelah 2 jam perjalanan, pengunjung akan berhenti sejenak di Mata Air Hodo atau dalam bahasa lokal disebut Mada Oi Hodo.

Mata air di lokasi ini keluar dari bebatuan yang berada di dekat pantai. Yang unik dari lokasi ini, di beberapa titik dijadikan sebagai tempat sekelompok kerbau untuk berkubang.

Selesai beraktivitas di Mada Oi Hodo, pengunjung akan melanjutkan perjalanan ke Doro Ncanga. Sejauh mata memandang pengunjung akan disuguhkan pemandangan sabana yang luas dan berujung di Teluk Saleh yang mempesona beserta ribuan binatang ternak seperti sapi, kuda, dan kambing.

Ternak-ternak tersebut bebas berkeliaran menjelajahi kontur sabana yang bergunduk-gunduk tak rata. Di sini pengunjung bisa foto-foto dengan latar bak bertualang di Afrika.

Dari Doro Ncanga, perjalanan dilanjutkan menuju ke Sarae Nduha dengan waktu tempuh sekitar 10 menit untuk menikmati sunset. Sarae Nduha memiliki arti Pasir Runtuh atau Longsor.

Lokasi ini merupakan hamparan bukit rumput hijau dengan pemandangan Teluk Saleh, Pulau Moyo, dan pulau-pulau kecil lainnya. Pengunjung bisa bermain di pantai, tidur-tiduran di rumput, atau menikmati pemandangan matahari terbenam sambil bermain ayunan.

Saat senja, lokasi ini menyuguhkan pemandangan matahari terbenam yang akan membuat pengunjung jatuh cinta dengan keindahannya.

Dari Sarae Nduha, perjalanan dilanjutkan menuju Desa Pancasila dengan waktu tempuh sekitar satu jam. Pengunjung akan tiba di home stay sekitar jam 7 malam.

Saat tiba di home stay kami telah menyiapkan welcoming dinner untuk pengunjung. Selesai makan malam kita akan melakukan briefing untuk mempersiapkan pendakian esok pagi kemudian istirahat.

Hari kedua, Desa Pancasila - Pos 3 Pendakian Gunung Tambora

Setelah sarapan, pukul 7 pagi mulai bersiap untuk memulai pendakian. Sebelum pendakian dimulai, terdapat upacara keberangkatan dari tetua Desa Pancasila.

Dari home stay, pendakian dimulai dengan menggunakan ojek/kuda sekitar 30 menit hingga mendekati Pos 1. Dari tempat berhenti ojek atau kuda pengunjung berjalan sekitar 30 menit menuju pos 1.

Dari Pos 1, pendakian dilanjutkan menuju Pos 2 dengan waktu tempuh 2 jam 30 menit. Saat tiba di pos 2 kami akan menyajikan makan siang untuk pengunjung sambil beristirahat.

Setelah makan siang, perjalanan dilanjutkan menuju pos 3 yang ditempuh selama 2 jam 30 menit. Di pos 3 ini pengunjung akan disediakan tenda dan makan malam, kemudian istirahat dan tidur untuk persiapan pendakian pada jam 1 pagi.

Hari ketiga, Pos 3 - Puncak Gunung Tambora - Desa Pancasila

Pada jam satu malam, pengunjung akan kami bangunkan untuk melanjutkan pendakian. Sebelum lanjut mendaki, kami suguhkan omelet dan roti bakar serta tehatau kopi sambil melakukan briefing untuk menuju puncak.

Perlengkapan yang pengunjung bawa sebagian bisa disimpan di Pos 3 untuk mengurangi beban pendakian menuju puncak. Barang-barang pengunjung aman dijaga oleh para porter.

Setelah menempuh pendakian selama 5 jam, pengunjung akan tiba di puncak Gunung Tambora saat sunrise dengan ketinggian 2851 MDPL. Di sini pengunjung bisa menikmati salah satu panorama terindah yang ada di dunia ini, yakni sebuah kaldera dengan diameter 7 kilometer, terbesar di Asia Tenggara.

Setelah puas berada di puncak Gunung Tambora, pengunjung kembali menuju ke Pos 3. Sekitar jam 10 pagi, pengunjung tiba di Pos 3 dan kami telah menyediakan makan (brunch) untuk pengunjung. Selesai makan, pengunjung packing kembali barang-barang perlengkapan yang disimpan di Pos 3 untuk kembali ke Desa Pancasila.

Setelah melewati pos 1, ojek atau kuda telah menanti untuk membawa pengunjung kembali ke home stay di Desa Pancasila sekitar jam 5 sore. Tiba di home stay, sudah disediakan pancake dan telur rebus, serta kopi atau teh untuk menemani pengunjung melepas lelah. Kami juga akan menyediakan makan malam sebelum pengunjung tidur.

Hari keempat, Base Camp - Bandara Bima

Pagi hari setelah sarapan, mobil kami telah siap untuk mengantarkan pengunjung kembali ke bandara. Wisata bersama kami telah selesai.



Semoga bermanfaat...

Saturday, May 23, 2020

4 Skenario New Normal Indonesia


The New Normal Indonesia

Penyebaran virus Covid-19 di Indonesia bisa dibilang terus saja merangkak naik, bahkan saat berita ini ditulis sudah mencapai 20.000 an kasus orang yang positif. PSBB bisa dibilang tidak menghambat penyebaran virus ini karena masih banyak masyarakat Indonesia yang tidak disiplin. Mungkin juga setiap orang sudah mulai bosan #dirumahaja atau mungkin sudah tidak ada lagi pemasukan untuk bertahan hidup, sehingga mereka keluar untuk mencari nafkah kembali.

Hal tersebut membuat pemerintah dunia dalam hal ini WHO mengeluarkan sebuah skenario untuk hidup berdampingan dengan virus Covid-19 ini. Skenario tersebut membuat masyarakat di dunia akan memulai hidup baru dari kehidupan normal sebelum virus ini menyebar. Skenario itu bisa disebut New Normal, yang artinya kita akan mengubah kebiasaan setiap orang 'normal' dalam menjalani aktivitas sehari-hari mulai dari bekerja, sekolah, berdagang, hingga berbicara dengan orang.

Indonesia sendiri sudah mulai ancang-ancang untuk menerapkan skenario 'The New Normal' tersebut. Hal itu terlihat dari pernyataan Menteri BUMN Erick Thohir yang meminta BUMN melakukan sejumlah langkah dalam rangka mengantisipasi secara lebih dini skenario 'The New Normal'. Sejumlah langkah yang diterapkan antara lain seperti membentuk task force penanganan dan menyusun protokol penanganan COVID-19.

Apa itu skenario new normal?

Deputi SDM, Teknologi dan Informasi Kementerian BUMN Alex Denni menjelaskan, dalam menyusun skenario biasanya diidentifikasi variabel-variabel yang paling tidak pasti dan paling berpengaruh. Dari situ, ada dua aspek, yakni kepastian penemuan vaksi dan perilaku masyarakat.

Dari dua aspek itu, maka muncul 4 skenario. Pertama, death zone yakni kondisi di mana virus menyebar dengan cepat cepat, vaksi belum ditemukan dan sistem perawatan media tidak sanggup menaggulangi pasien yang jumlahnya melebih kapasitas. Sementara, perilaku masyarakat sangat abai terhadap protokol keselamatan dan kesehatan.

"Akibatnya apa, orang doing business as usual, kontak fisik, salaman cipika-cipiki dan lain-lain dan ini tentu rentan. Biasanya ikutannya jumlah meninggal banyak, bisnis banyak yang bangkrut, PHK massal terjadi di mana-mana, pengangguran meningkat secara signifikan lingkungan tidak aman," katanya seperti dikutip dari laman Detikcom, Senin (18/5/2020).

Skenario kedua adalah new normal. New normal sendiri ialah kondisi virus masih ada, vaksin belum ditemukan. Namun perilaku disiplin dari masyarakat terhadap protokol keselamatan dan kesehatan membuat penyebarannya menjadi melambat. Sehingga, sistem perawatan rumah sakit bisa menangani jumlah pasien yang ada dengan baik.

Dampaknya, jumlah yang meninggal sedikit dan bisnis akan mencari cara-cara baru, produk baru, solusi baru yang dibutuhkan oleh masyarakat dalam menjalani kehidupan dalam dunia dengan peradaban dan budaya yang baru. Dia mengatakan, new normal bukan berarti kembali seperti kondisi normal sebelumnya.

"Dalam skenario 2 masyarakat terbiasa hal-hal baru seperti new normal 9-11. Dulu kalau ke bandara nggak pake buka gesper, sepatu. Setelah 9-11 itu menjadi new normal yang ke bandara harus lewat x-ray , harus buka tali pinggang, sepatu dan lain-lain," jelasnya.

Skenario ketiga yakni donkeyman, yaitu kondisi vaksin ditemukan dan perawatan media bisa menanggulangi atau mengobati pasien COVID-19. Namun, perilaku masyarakat kembali abai terhadap aspek keselamatan dan kesehatan. Imbasnya, rumah sakit tetap ramai meski fatalitas akibat virus COVID-19 tidak tinggi.

Skenario keempat adalah longer life hope, yakni kondisi vaksin ditemukan dan sistem perawatan medis bisa menanggulangi atau mengobati pasien COVID-19. Masyarakat terbiasa melakukan kerja secara virtual dan remote, tidak lagi konvensional. Lalu, transformasi digital terjadi secara masif dan produktivitas meningkat secara signifikan.

Dari keempat skenario tersebut sudah bisa dipastikan kita akan merubah setiap aktifitas kita di dalam maupun di luar rumah. Pola bisnis disetiap rumah makan, pertokoan, dan warung kopi pun dapat dipastikan akan berubah, Itu membuktikan bahwa COVID-19 ini sudah menjadi momok yang sangat nyata bagi kita. 

Jadi, sebisa mungkin kita mengikuti anjuran pemerintah untuk menekan penyebaran COVID-19 ini di tanah air. Agar kita bisa bekerja dan beraktifitas seperti semula dan semoga pemerintah dunia menemukan vaksin untuk virus ini secepatnya.




semoga bermanfaat...

Thursday, May 21, 2020

Story Of Dewi Anjani Part 2

Celoteh Kata Gua

Summit Attack!


Cerita Sebelumnya... [Part 1]

Pelawangan Sembalun – Puncak 3726 Mpdl

Angin malam berbisik kepada pepohonan bangunkan gua jam 00.30 dini hari. Alarm ternyata lupa gua set jadi tidak berbunyi. Seharusnya kami bangun tepat jam 00.00 untuk memulai memasak dan menyiapkan pendakian ke puncak Rinjani. Perlengkapan dan Peralatan yang harus kalian bawa ketika menuju puncak cukup banyak, mulai dari Jaket Tebal, Sarung Tangan, Kupluk, Masker, Gaithers (Pelindung Sepatu agar pasir tidak masuk), Trek Pole (bisa 1 atau 2).

Trek menuju puncak Rinjani sangat-sangat terbuka jadi kalian akan diterpa angin malam yang kencang di atas. Logistik juga sangat penting di pendakian menuju puncak, cemilan dan air yang sangat banyak diperlukan jika teman-teman ingin sampai ke puncak naik dan turun. Waktu tempuh dari Pelawangan Sembalun – Puncak jika pendaki normal 5-7 jam.

Setelah selesai menyiapkan perbekalan dan gua sempat makan sedikit kacang hijau yang dicampur purwaceng untuk menambah energi di malam yang dingin ini. Jam 01.30 gua dan tim mulai berdoa, kemudian berjalan menuju puncak trek dari Pelawangan Sembalun ini masih landai. Sampai kami tiba  pohon-pohon tinggi treknya sudah mulai berdebu dan kami berjalan diantara akar-akar pohon.

Selepas itu dibatas vegetasi trek berubah menjadi berbatu dan berpasir yang lumayan dalam untuk dipijak. Langkah gua semakin berat menyusuri trek pasirnya semakin dalam untuk dilewati. Akhirnya gua sampai disebuah puncak punggungan dinding kawah yang menjadi tempat istirahat pendaki setelah melewati trek berpasir.

Dari shelter ini perjalanan didominasi trek yang landai dan berpasir padat, tapi sesekali ada trek berpasir dalam. Jika kalian udah sampai di batu besar trek sebenarnya ada di depan sana. Jalurnya berubah kemiringan yang sangat drastis bebatuan yang lumayan besar mendominasi trek ini, untuk melewati trek ini kalian harus punya semangat dan cemilan yang banyak. Sama seperti semeru batu disini mudah bergerak jadi teman-teman harus pintar-pintar memilih pijakan. Banyak pendaki yang menyerah ketika sampai di trek ini. Karena energi mereka sudah terkuras habis di trek berpasir tadi, jadi menurut gua sih manajemen energi perlu kalian perhatikan, jangan terlalu diporsir ketika melawati trek berpasir.

Di tengah perjalanan matahari pagi mulai mengintip dibalik awan, gua terdiam sejenak sambil menikmati sunrise di trek puncak gunung rinjani. Menangis sekaligus berdoa karena Ciptaan-Nya begitu sangat indah dipandang mata.

Setelah puas menikmati pemandangan itu, gua langsung bergegas lanjut kembali, oiyaa pada saat perjalanan menuju puncak gua berjalan berdua dengan Daffa setelah dari batu besar karena teman-teman yang lain masih istirahat. Gua ingin mengejar bang Doni yang sudah di depan duluan dan jaraknya lumayan cukup jauh.

Namun tiba-tiba egoism dalam diri gua bergejolak, Daffa yang meminta istrahat cukup lama di trek gua tinggal untuk mengejar bang Doni yang sedang istirahat dicelah kawah yang sedikit lagi sampai puncak. Tepat pukul 08.00 WIT gua dan Bang Doni berhasil sampai di Top Rinjani 3726 Mdpl. Gua pun tersenyum lebar begitu sampai di salah satu puncak tertinggi Indonesia, keinginan dan perjalanan jauh gua pun akhirnya tercapai.

Di puncak tidak lupa habiskan waktu foto-foto sambil menunggu teman-teman yang ada di belakang. Cukup lama gua dan Bang Doni menunggu di puncak bahkan kami sempat makan cemilan cukup banyak yang kami bawa dari Pelawangan Sembalun. Sekitar menunggu 30 menit akhirnya Daffa dan Sisca sampai juga di puncak. Sayangnya Bang Jai dan Mba Nisa tidak mampu melanjutkan perjalanan mereka memilih putar badan kembali ke Pelawangan Sembalun, tapi ketua tim kami melanjutkan ke puncak dan bertemu kami sekitar jam 9.30.

Kamipun sempat berfoto bersama-sama di puncak dengan memegang sebuah banner open trip. Namun setelah itu gua, Bang Doni dan Daffa memutuskan untuk turun dari puncak karena sudah terlalu siang dan memang gua tidak terlalu suka berlama-lama di atas puncak, panas matahari sudah tidak bersahabat lagi.

Di perjalanan turun ada kejadian yang cukup membuat gua keringat dingin. Pada saat gua dan Daffa jalan bersama, tiba-tiba Daffa meminta buang air besar di trek berpasir. Karena di trek berpasir itu cukup terbuka dan banyak cabangnya, gua sama Daffa berjalan ke kanan yang masih ada pohon-pohon. Setelah mengikuti aliran pasir yang menuju ke bawah dan menemukan tempat yang cocok, Daffa pun melaksanakan tugasnya. Tapi disitu gua baru sadar bahwa kalau trek yang gua lewati menjauh dari Pelawangan Sembalun.

Gua mulai panik pada saat itu sepertinya gua salah memilih trek untuk turun. Gua sempat ingin kembali ke atas lagi namun gua sudah sangat lelah dan memilih untuk memanjat sebuah gundukan pasir. Begitu sampai atas akhirnya gua bisa melihar trek yang benar menuju Pelawangan Sembalun meski banyak cabang, namun jalur menuju kesana cukup jelas.

Akhirnya Jam 12.30 gua sampai di tenda, gua langsung lepas sepatu, minum air yang banyak dan memakan cemilan yang ada. Karena masih menunggu teman-teman yang lain turun gua sempat tidur sebentar di dalam tenda, karena badan gua sudah lelah sekali. 30 menit kemudian teman-teman yang lain sampai di tenda.

Tiba-tiba pas gua bangun ada masalah baru, porter gua ternyata penyakitnya kambuh. Dia juuga bilang kemungkinan tidak bisa melanjutkan perjalanan ke Danau Segara Anak.

“Waduuhh, bisa ga jadi turun ke danau segara anak nih” ucap gua dalam hati.

Tapi porter gua berusaha menghubungi temannya untuk menggantikan dia mengantar kami ke Segara Anak. Iyaa.. di pelawangan sembalun ada sinyal, khusus operator tertentu dan ponsel yang digunakan masih Nokia batangan. Namun usaha itu pun gagal tidak ada temannya yang mau menggantikan dia menemani kami. Akhirnya Ketua Tim memutuskan untuk kami berjalan sendiri ke Segara Anak tanpa ditemani porter.

Pelawangan Sembalun – Danau Segara Anak

Jam 14.30, selesai melipat tenda dan packing logistic untuk perjalanan turun serta membagi barang-barang bawaan kami melanjutkan ke Danau Segara Anak. Di perjalanan ini gua merasa beban keril gua tidak berkurang sama sekali padahal seharusnya gua hanya membawa perlengkapan pribadi saja ketika perjalanan turun. Tapi keadaan berkata tidak demikian, gua harus membawa beberapa perlengkapan tenda ke dalam keril gua.

Untuk turun ke Segara Anak ada sebuah jalan kecil sebelum bukit arah turun ke trek pintu sembalun, mungkin porter yang membawa kalian jika ke Rinjani sudah hapal jalan tersebut. Trek melipirnya dinding tebing kawah Pelawangan Sembalun dan sangat-sangat sempit, jika kita berpasasan dengan porter kita harus mengalah dan memberi jalan kepada mereka terlebih dahulu.

Trek di dominasi batu-batuan besar yang jaraknya lumayan jauh dibeberapa titik, bahkan gua sendiri sempat kesusahan untuk turun melewati batu tersebut, karena gua takut terpeleset. Iyaa jika terpeleset kita langsung berhadapan dengan jurang yang sangat dalam yang mengarah ke danau.

Waktu tempuh dari Pelawangan Sembalun – Danau Segara Anak normalnya itu hanya 2 jam. Memang lumayan singkat karena trek yang dilalui hanya turun hampir tidak ada tanjakan sama sekali. Tapi karena kami tim banyak istirahat, sampai di Danau Segara Anak sekitar jam 18.00. Hari pun sudah gelap, disini kita membuat tenda disisi atas danau segara anak. Kami membuat tenda dengan cahaya dari senter seadanya dan menahan rasa yang sudah sangat lelah. Biasanya ketika gua sampai, tenda sudah berdiri dan makanan sudah tersaji .

Malam itu 2 Tenda berhasil kami dirikan dengan kapasitas 6 orang cukup besar memang. Setelah itu kami memasak di dalam tenda, karena di luar udara dan angin cukup dingin Hahaa. Selepas makan malam gua langsung tidur tanpa mengobrol terlebih dahulu.

Hari Kemerdekaan Republik Indonesia!

Suara alarm handphone pun berbunyi cukup keras tapi langsung gua matikan entah itu jam berapa. Gua lanjut tidur lagi karena badan ini sungguh sangat-sangat lelah turun dari puncak langsung melanjutkan turun lagi kesini. Sampai akhirnya gua terbangun karena tenda sebelah berisik sekali karena sedang menyiapkan acara 17 Agustus.

Pas gau membuka mata ternyata hari sudah mulai terang. Gua keluar tenda dan menghirup udara sejuknya di salah satu danau tertinggi di Tanah Air. Pas gua nengok tenda sebelah ternyata mereka sedang mempersiapkan acara upacara 17 Agustus!. Sebenarnya Ketua Tim kami juga sudah membawa bendera ukuran 30x30 meter untuk memperingati acara 17an disini. Bendera itu pula yang memakan banyak tempat di keril Ketua Tim kami, seharusnya bendera tersebut dibawa oleh porter kami karena bobotknya yang lumayan besar dan berat jika dimasukkan ke dalam keril. Tapi sudahlah kejadian itu tidak sudah dipikirkan lagi karena kita sudah disini.

Tepat jam 07.00 bertempat di Danau Segara Anak, upacara bendera menyambut Hari Kemerdekaan RI pun dimulai. Upacara disini lengkap dengan tiang bendera dan petugas pembawa bendera. Bahkan mereka memakai kemeja batik khusus untuk upacara bendera ini. Ada pula Inspektur Upacara serta pembaca teks proklamasi semau tersusun rapih dengan area yang berada di belakang tenda kami.

Yang membuat gua merinding adalah ketika kita bersama menyayikan lagu kebangsaan Indonesia Raya secara bersama-sama sambil menaikan bendera merah putih dengan kami hormat ke bendera tersebut. Upacara sakral yang diadakan setahun sekali memang tidak bisa dipisahkan dari nadi kami rakyat Indonesia.

Setelah upacara selesai kami lanjut membentangkan bendera merah putih sebesar 30x30 meter dan menyayikan lagu nasional lainnya seperti Hari Merdeka, Padamu Negeri dan Tanah Airku. Pengibaran bendera besar ini sangat menyentuh hati, kami bersama-sama memegang ujung tepi bendera sambil mengibarkannya. Ini merupakan momen pertama kali gua mengikuti acara 17 Agsutusan di atas gunung.

Danau Segara Anak – Pelawangan Senaru

Perayaan 17 Agustus 2017 di danau segara anak telah usai, kami para pendaki dari penjuru daerah di Indonesia pun kembali ke tendanya masing-masing. Gua dan tim langsung memasak sarapan dan ambil persediaan air minum untuk perjalanan pulang ke pintu Senaru. Tempat sumber mata air disini terletak di dekat sumber air panas yang berada di lembah belakang danau, jaraknya cukup lumayan jauh untuk sampai kesana. Gua, Bang Jai dan Bang Doni bertugas mengambil air tapi gua tertinggal di belakang karena mencari botol minum gua yang berada di dalam tenda. 

Ketika sampai di sumber air panas Bang Jai dan Bang Doni tiba-tiba menghilang dari kejauhan. Gua sempat berpikir “udahlah tidak apa-apa toh gua masih melihat pendaki lain kembali dari tempat mata air”. Pas sampai disana ternyata mereka berdua tidak ada! Nah lo kemana mereka?. Tempat mata air disini letaknya cukup sempit karena berada di sebuah semak-semak dan mata airnya tidak terlalu deras alirannya, sehingga butuh waktu lama untuk mengisi botol 5 liter. 

Setelah mengambil air gua sempat merendam kaki di sumber air panas, beberapa menit untuk melancarkan aliran darah ke kaki yang sudah sangat lelah melangkah ini. Bahkan untuk turun saja sudah mengeluarkan energi yang cukup banyak apalagi nanti naiknya ke atas, ditambah membawa air 5 liter sungguh menyiksa. 

Tak lama gua berendam muncul Bang Jai dan Bang Doni dari bawah aliran sumber mata air. Ternyata mereka mengambil air di sumber mata air lain yang berada di bawah aliran. Tempat tersebut biasanya tempat porter mengambil air dan aliran airnya cukup deras. Pantas saja di mata air yang gua ambil tidak ada porter satupun.

Kembalinya dari mengambil air, teman-teman yang lain sudah selesai juga memasakknya jadi kami begitu datang langsung bisa makan. Tapi gua lebih memilih untuk packing terlebih dahulu karena sleeping bag dan matras masih berantakan di dalam tenda. Itung-itung menghemat waktu untuk segera melanjutkan perjalanan ke Pintu Senaru karena waktu tempuh untuk sampai kesana sekitar 7-10 jam perjalanan, Woooww.

Lutut dan Dagu Bertemu

Packing selesai! Lanjut untuk sarapan, namun sayang logistic kami yang tersisa hanya nasi dan beberapa lauk siap saji. Ternyata tidak! ketua tim kami masih menyimpan beberapa bungkus mie instan untuk makan diperjalanan.

Jam 10.30 kami berangkat dari Segara Anak, kali kita menuju Pelawangan Senaru yang letakanya bersebrangan dengan Pelawangan Sembalun. Iyaa, benar sekali kali kita akan ‘manjat’ lagi kesana. Benar-benar menguji mental dan energi sekali bukan. Treknya pun bukan hanya landai seperti padang savanna sembalun. Trek menyusuri samping tebing-tebing layaknya turun dari Pelawangan Sembalun ke Segara Anak. Batu besar, terjal dan mematikan bagi yang tidak hati-hati.

Sebelum sampai di trek itu kita harus menyusuri pinggir Danau Segara Anak untuk sampai ke jalur Pelawangan Senaru. Selanjutnya tanjakan terjal sudah menanti di depan mata, melihatnya saja gua udah tidak sanggup. Tapi tetap harus kami lalui jika ingin pulang. Tanjakan di atas danau ternyata belum seberapa karena itu hanya puncak bukit yang di atasnya terdapat shelter untuk beristirahat. Di shelter ini kami berhenti cukup lama sambil memakan cemilan dan berbincang dengan beberapa pendaki lainnya.

Dari shelter kami beranjak dari posisi uenak kami kembali melanjutkan perjalanan yang masih panjang. Trek yang dilalui masih berupa bebatuan besar dan terjal yang menyusuri dinding tebing nan curam. Di beberapa titik trek ini lutut dan dagu gua bertemu untuk memanjat batu yang sangat besar sambil mencari pijakan yang tepat. Namun di trek ini juga ada beberapa yang landai meski itu tidak banyak dan hanya untuk hiburan kami untuk mengatur pernapasan.

Trek untuk sampai di Pelawangan Senaru ini buat gua sih paling menantang dan sangat menguras energi. Gua saranin sih untuk teman-teman yang melewati trek ini harus banyak istirahat yang cukup selepas turun puncak ke segara anak. Jujur, energi untuk melewati tanjakan ini hanya sisa-sisa jika gua bisa melangkah lanjut ke depan hanya sebatas semangat yang membara untuk segera turun dan pulang.

Bagian akhir dari trek ini selangkah lagi sampai di Pelawangan Senaru, gua harus memanjat dan melangkah lebih tinggi untuk mencapai pijakan yang tepat. Bahkan bagian akhir ini yang membuat antrian panjang mengular, karena harus bergantian untuk turun maupun naiknya. Sungguh bibir gua menyentuh batu paling atas yang menjadi pijakan terakhir untuk sampai di atas, trek pole pun harus gua lempar dulu ke atas.

Pelawangan Senaru – Pintu Senaru

Memang dibalik usaha yang keras terdapat hasil yang sesuai dengan perjalanannya. Di Pelawangan Senaru hamparan awan putih menyambut gua dengan ketenangan, tidak ada angin kencang dan keindahan pulau Lombok tepampang jelas di depan mata. Jam saat itu menunjukkan pukul 16.00 WIT, yang sudah berada di Pelawangan Senaru ada gua, Bang Doni, Daffa dan Ketua Tim kami. Saat itu kami berempat sempat berdiskusi apakah akan melanjutkan perjalanan atau kita buka tenda disini karena waktu yang sudah sore dan tentu saja mitos yang berada di jalur senaru ini.

Pada saat itu ketua tim kami belum berani memutuskan apakah kita tetap lanjut atau mendirikan tenda disini. Ada beberapa yang menjadi pertimbangan ketua tim untuk memutuskan. Pertama, jika kita mendirikan tenda disini logistic kami sudah tidak mencukupi untuk 7 orang dan persedian air kamu sudah sangat menipis. Jujur saat itu gua sendiri tidak masalah dengan hal itu tapi bagaimana dengan yang lain apa sanggup menahan haus sampai besok?. 

Kedua, jika kita lanjut berjalan otomatis kita akan melakukan perjalanan malam hari di hutan lebat jalur senaru yang terkenal dengan mistisnya di malam hari. Jalan saat malam hari memang sangat beresiko sekali hilang, apalagi treknya tidak begitu jelas dan tidak ada yang hapal trek senaru. 

Dengan pertimbangan yang sama-sama beresiko, ketua tim kami menanyakan dengan pendaki lain yang ingin turun juga. Kebetulan pendaki tersebut berasal dari Lombok dan sudah beberapa kali membawa temannya naik ke Rinjani dan sudah hapal trek sembalun-senaru. Ternyata dia juga sedang menunggu temannya yang masih tertinggal di belakang apa masi sanggup untuk melanjutkan perjalanan. Sembari kami juga menunggu Bang Jai, Mba Nisa dan Sisca. 

Sebenarnya dari Pelawangan Senaru ini turun ke Pintu Senaru itu hanya 2-4 jam perjalanan pendaki normal. Trek yang dilalui memang hanya tinggal turun saja dan sangat landai setelah melewati bukit berbatu dan berdebu (pada saat itu). 

Setelah kami berkumpul dan menceritakan keadaanya dengan beberapa resikonya. Kami akhirnya memutuskan untuk melanjutkan perjalanan dengan jalur yang landai, kemungkinan besar kita akan sampai di pintu Senaru jam 19.00 saat itu. Keputusan itu mengacu pada bahwa kami ada teman untuk turun bersama ke Pintu Senaru dan itu bersama pendaki yang tadi ketua kami ajak diskusi.

Beranjaklah kami dari Pelawangan Senaru, turun menembus semak-semak dan masuk hutan lebat Taman Nasional Gunung Rinjani. Di perjalanan turun gua bersama dengan Bang Doni dan Daffa mengikuti pendaki lain yang juga ingin turun juga. Namun saat matahari mulai tenggelam kami bertiga berhenti di Pos 3 jalur Senaru untuk menunggu yang lain.

Di pos 3 ini kami bertemu dengan 1 keluarga orang Jepang yang sedang mendirikan tenda ditemani oleh porter dan guidenya. Ya jika kalian turis mancanegara diwajibkan untuk membawa masing-masing 1 porter dan 1 guide. Kami sempat berbincang dengan porter dan guide itu mereka menceritakan mitos yang ada di hutan jalur senaru ini jika kita melanjutkan perjalanan di malam hari. Jujur saat itu mental gua sempat down untuk melanjutkan perjalanan, namun di dalam hati yang terdalam juga ingin cepat sampai pintu senaru.

Jam 18.30, Bang Jai, Mba Nisa dan Ketua Tim akhirnya sampai di pos 3 dengan rombongan pendaki lain yang ingin turun. Sempat kami berkumpul untuk memutuskan lagi tetap lanjut atau mendirikan tenda disini. Lagi-lagi keputusannya tetap lanjut turun sampai ke Pintu Senaru, tapi sebelumnya kami isi perut terlebih dahulu. Ini enaknya bertemu dengan pendaki gunung ‘sebenarnya’ saling membantu, berbincang dan minum kopi bersama.

Kami memasak kopi dan makanan seadanya yang tersisa dari keril kami masing-masing. Alhamdulillah semua logistik yang kita punya cukup untuk mengisi perut dan membantu cacing-cacing di usus tetap hidup. Di pos 3 ini udara dingin sangat menusuk kulit, akhirnya gua memakai jaket untuk menjaga tubuh ini terus hangat. Untungnya guide dan porter disini membuat api unggun untuk menghangatkan badan, gua pun ikut nimbrung dipinggir api sambil mendekatkan tangan ke dekat api.

Setelah perut terisi, membereskan perlengkapan memasak, kami melanjutkan perjalanan dengan bergabung dengan beberapa pendaki lainnya. Ketika sudah jam 19.30, sebelum berangkat rombongan kami tidak lupa berdoa dan pamit dengan guide serta para porter yang ada di pos 3 ini yang dengan baik hati membuatkan kami api unggun.

Malam Panjang di Hutan Senaru

Perjalanan itu dipimpin oleh seorang pendaki yang berasal dari Lombok dan sudah tau seluk beluk trek Senaru. Rombongan kami perlahan mulai menembus gelapnya hutan lebat senaru yang diselimuti penuh dengan cerita mistis. Saat itu rombongan kami kurang lebih terdiri dari belasan pendaki dari beberapa kelompok, bahkan ada pendaki yang tertinggal oleh kelompoknya yang sudah duluan sampai di senaru.

Malam itu hutan mengeluarkan auranya yang sangat mencekam, baru berjalan 20 menit tiba-tiba salah satu pendaki mengeluh kakinya keram dan kami harus berhenti. Rombongan kami berhenti cukup lama di tengah perjalanan menuju pos 2 bahkan beberapa pendaki sempat mematikan lampu senter untuk menghemat baterai. Ketika gelap itu ada beberapa bayangan yang bersembunyi di balik batang pohon yang seakan sedang mengawasi kami semua. Hmm atau itu perasaan gua aj, yang lain bagaimana? Entahlah saat itu gua belum berani untuk mengungkapkannya kepada teman yang ada di sebelah saat itu.

Setelah dikira kaki pendaki tersebut sudah mendingan dan sudah bisa berjalan lanjut jalan lagi. Sampai di pos 2 sekitar jam 11.30, rombongan kami berhenti sejenak untuk istirahat bahkan beberapa pendaki sampai tertidur. Gua sendiri  juga sempat meletakkan keril dan merebahkan badan sambil sedikit memejamkan mata. Lelah sudah mulai terasa di semua pendaki yang ada dirombongan, ketua kami pun sempat berdiskusi lagi dengan leader yang ada dirombongan kami. Tapi menurut cerita yang berada di pos 3 tadi diusahakan jangan sampai kalian buka tenda di Pos 2 karena disitu sering terjadi kejadian mistis. Namun saat itu banyak sekali orang yang membuka tenda bahkan lahan untuk mendirikan hanya tersisa 1 atau 2 saja.

Tidak lama setelah berdiskusi, Ketua Tim balik lagi dan berkata “Ayo Lanjut lagi”. Otomatis badan gua langsung sontak berdiri dan mengambil keril. Teman-teman yang lain pun begitu, padahal sudah PW sekali rebahan di atas pos 2. “kirain akan buka tenda di pos ini” gumamku waktu itu.

Ketika semua pendaki sudah mengatur barisannya lagi sesuai dengan urutannya masing-masing, gua sempat menengok ke belakang. Terlihat sekali wajah-wajah lelah dari rombongan kami yang mungkin sudah capek berjalan lagi. Kami meninggalkan Pos 2 dengan langkah yang sangat berat dan tidak bisa jalan cepat seperti dari Pos 3 ke Pos 2. Langkah kaki sudah tidak bisa diankat lebih tinggi untuk melewati akar pohon yang melintah di tengah-tengah trek. Hanya bisa di’gesrek’ karena sudah saking lelahnya bahkan ada pendaki yang berada di belakang gua sampai tersandung. Hadeeuhh udah pada gak beres nih jalannya.

Jam 00.30 kami tiba di sebuah shelter yang berada setelah pos 2. Shelter disini cukup luas dan hanya ada beberapa tenda yang berdiri, banyak lahan yang bisa digunakan untuk mendirikan tenda. Akhirnya rombongan kami memutuskan untuk berhenti serta membuka 2 tenda disini untuk pendaki perempuan dan pendaki yang memakai celana pendek dan kaos saja. Sisanya tidur beralaskan matras dan beratapkan flysheet yang dibentangkan dari pohon ke pohon. Saat itu gua hanya memakai jaket tipis untuk menghangatkan badan yang sudah sangat lelah ini.

Bisa dibilang malam itu menjadi perjalanan terpanjang yang pernah gua lalui karena ada beberapa kendala yang memaksa kami harus berhenti cukup lama. Biasanya dari Pos 3 ke Pos 2 itu hanya 30 menit perjalanan, tapi ini kami sudah jalan sampai 2 jam lebih baru sampai di shelter pos 2 menuju  pos 1. Sungguh sangat menyiksa menurut gua saat itu.

Di tengah malam ada kejadian membuat gua kesal, pendaki yang ada di samping gua tiba-tiba menggigil dengan sangat hebat ketika angin malam lewat di sela-sela flysheet yang kami dirikan. Bahkan dia sempat berlindung di belakang tubuh gua dengan suara begetar menahan dingin. Bergegas gua langsung bilang ke teman yang ada di kelompoknya untuk meminjamkan sleeping bag yang dipakai untuk melindungi badannya agar tidak terkena hipotermia (Tips agar tidak terkena hipotermia). Tapi jawaban pendaki itu membuat gua kesal.

“ga usah, ga usah. Ini masi ada jaket” ucapnya. Setelah itu gua berusaha untuk tidur kembali, tapi lagi-lagi pendaki itu menggigil di belakang punggung gua. Otomatis gua bangunin lagi temannya untuk meminjamkan sleeping bag-nya. Masih juga bilangnya seperti tadi, udahlah gua lanjut tidur lagi ketika angin lewat badannya masih menggigil dan gua udah bodo amat lah sama anak itu.

Pintu Senaru

Harum udara pagi sudah mulai tercium dari sela-sela flysheet, menandakan hari sudah mulai bersinar kembali. Benar sekali pas gua liat jam, sudah menunjukkan jam 04.30, beberapa pendaki sudah mulai bangun dari tempat tidurnya, bahkan porter dari tenda sebelah sudah mulai menyalakan api untuk memasak. Gua pun langsung bangun dan menyalakan api unggun bekas kelompok yang mendirikan tenda sebelum kami datang semalam. Rombongan kami sudah tidak punya logistik lagi untuk dimasak semua sudah habis sewaktu di Pos 3. Gua saat itu hanya bisa meminum seteguk air yang masih tersisa di dalam botol.

Ketika mentari sudah mulai menampakkan sinarnya, rombongan kami mulai bergegas melipat flysheet, tenda, packing dan lanjut berjalan untuk sampai ke Pintu Senaru. Sambil menunggu, gua menghatkan tubuh dipinggir bara api unggun sisa semalam. Setelah semuanya sudah rapih kami mulai berdoa dan lanjut berjalan meninggalkan shelter.

Jam 09.00 kami sampai juga di Pos Pintu Senaru yang merupakan titik akhir perjalan gua mendaki Gunung Rinjani. Begitu sampai gua langsung menuju warung yang tidak jauh dari pos Senaru. Meletakkan keril, mengambil pisang dan minuman isotonik untuk mengembalikan cairan tubuh. Tegukan pertama menjadi momen yang indah, dimana air dingin terasa sekali mengalir ditenggorokan, membasahi dinding lambung yang sudah tidak ada isinya dari semalam. Saat itu gua menghabiskan 2 pisang dan 2 minuman untuk mengambilan energi yang sudah terkuras habis dari kemarin.

Warung di Pos Senaru ini memiliki harga yang berbeda untuk pendaki Indonesia dengan pendaki luar negeri. Perbedaan harganya Rp 5-10rb, misalnya minuman isotonik gua beli harganya cuma 10rb, tapi klo yang beli orang bule harganya 15rb. Menurut gua itu worth it sih mengingat banyak sekali pendaki luar mendaki rinjani dibandingkan dengan orang lokal kita.

Di Pos Senaru ini kami harus melapor kepada petugas penjaga pos untuk menyerahkan surat registrasi yang diberikan di Pos Sembalun dan menyatakan bahwa semua orang di kelompok kami sudah turun semua dengan selamat. Tidak lupa di Pos Senaru ini rombongan kami berkumpul dan berfoto untuk menjadi kenang-kenangan bersama 😊.

Tidak sampai itu kami berjalan, dari pos senaru kita jalan kembali menuju ke basecamp atau meeting point tempat menunggu mobil jemputan dan jaraknya bisa dibilang lumayan jauh. Hmm tapi tidak apa-apa karena kami sudah mengisi perut dan mengembalikan tenaga yang hilang. Setelah sampai di salah satu basecamp senaru gua membeli beberapa sauvenir gunung  rinjani. Dari basecamp ini kami dijemput mobil yang kami sewa dari bandara, tapi tujuannya bukan untuk kembali ke bandara tapi ke salah satu destinasi wisata kota Lombok yakni pulau Gili Trawangan.


Saturday, May 9, 2020

Story Of Dewi Anjani

Celoteh Kata Gua

Rinjani yang Memanggil Hati


Bulan Agustus 2017 pada saat musim kemarau gua mendaki gunung rinjani, ini bukan pendakian gunung biasa. Perjalanan ini merupakan pendakian terjauh dan terlama gua bukan saja untuk mendaki gunung, tapi juga menyebrang antar pulau di waktu bagian tengah nusantara.

Bermula saat keinginan gua untuk mendaki 7 summit Indonesia di tahun 2015 yang lalu selepas mendaki semeru. Pada saat itu keinginan untuk mendaki gunung selanjutnya ada 2 pilihan. Yang pertama yaitu Gunung Kerinci di pulau Sumatra dan Gunung Rinjani di pulau Nusa Tenggara Barat (NTB).

Di bulan juni sebelum puasa tahun tersebut gua sudah mulai mencari-cari open trip / pendakian barsama di Instagram. Memang ada beberapa pendakian bersama yang di share di beberapa akun gunung dan pendakian, baik itu ke Kerinci maupun ke Rinjani. Pada saat itu pendakian biaya ke Kerinci lebih murah dari pada ke Rinjani, tapi ada juga jasa open trip yang hampir sama harganya karena mereka menambah beberapa destinasi yang akan dikunjungi selain pendakian ke gunung.

Setelah lebaran, akhirnya gua memutuskan untuk mendaki gunung Rinjani. Ada beberapa faktor kenapa gua memilih Rinjani daripada ke Kerinci. Pertama, karena jarak perjalanan yang memakan waktu hampir 4-5 hari untuk mencapai puncak dan turun Kembali. Kedua, adanya jasa open trip yang menawarkan paket ke Rinjani sekali ke Gili Trawangan dengan harga yang lumayan terjangkau. Ketiga, lukisan alam gunung Rinjani yang memanjakan mata penikmatnya.

Tanggal 11 Agustus 2017 , gua berangkat ke Lombok menggunakan pesawat yang langsung tanpa transit terlebih dahulu. Sesampainya di Bandara Internasional Lombok jam 19.00 WIT gua langsung menuju masjid yang berada di halaman bandara. Kenapa di masjid? Karena memang Meeting Point (Mepo) bertemu semua peserta open tripnya disitu. Oiya disini gua gak akan menyebutkan jasa open trip mana  yang dipakai biar netral aja toh sekarang jasa open tripnya juga udah ga ada, jadi ga usah disebutlah ya.

Pas gua sampai masjid sudah ada beberapa teman peserta yang sudah sampai duluan bahkan ada yang sudah sampai dari siang hari. Setelah gua berkenalan dan berbincang sedikit dengan beberapa teman ‘baru’ yang bernama bang Doni dan juga mba Sisca ternyata mereka ikut open trip ini juga tertarik dengan bonus perjalanannya yaitu ke Gili Trawangan.

Saat menunggu peserta open trip yang lain gua bertanya-tanya dan ini bisa jadi keresahan hati gua terhadap jasa open trip dimana pun. Keresahan gua adalah kenapa tidak ada panitia open trip yang sudah datang terlebih dahulu ke tempat mepo jadi kita sebagai peserta juga enak untuk mencari kepastian bahwa open trip ini jadi jalan atau tidak. Bisa saja kita mepo disana tiba-tiba panitia bilang “maaf kami ketinggalan pesawat” atau apalah gitu alasan mereka, padahal kita sudah melakukan pembayaran sebesar 80%. Itu sih keresahan gua terhadap jasa open trip, tapi untungnya open trip yang ini tidak, panitia tiba kira-kira jam 9 malam dan itu pesawat terakhir dari Jakarta, gilak gak tuhh .

Setelah semua peserta berkumpul, ada Bang Jai, mba Nisa pacarnya, Daffa dan panitia open trip ini sebagai Ketua Tim perjalanan ini. Jadi total peserta open trip ini ada 6 orang termasuk gua (Ketua Tim tidak dihitung).

Menuju Desa Sembalun

Semua peserta telah berkumpul kemudian kami menyewa mobil untuk menuju desa Sembalun yang merupakan pintu masuk pendakian Gunung Rinjani. Sebetulnya pintu pendakian Rinjani yang sering dilalui ada 2, Sembalun dan Senaru. Tapi kenapa kami memilih Sembalun? Karena rencananya jalur pendakian gua ini akan lintas dari Sembalun menuju Senaru yang melewati danau Segara Anak dan gunung Baru Jari (anak Gunung Rinjani). Untuk menuju desa Sembalun membutuhkan waktu tempuh sekitar 7 jam perjalanan dari Bandara Internasional Lombok.

Sampai di desa Sembalun kami tidak langsung ke pos pendakian gunung Rinjani, tapi kami istirahat sejenak di sebuah homestay tempat salah satu porter kenalan ketua tim kami. Di rumah tersebut kami sempat tidur beberapa jam untuk mengistirahkan badan yang sudah lelah ini.

Tak terasa suara ayam berkokok sudah terdengar di telinga gua, yang bertanda bahwa hari sudah pagi. Gua pun sempat keluar homestay untuk melihat pemandangan pagi hari desa Sembalun dan tentu saja gagahnya salah satu gunung tertinggi di Indonesia. Pada saat subuh, masih terlihat segerombolan pendaki yang sedang summit menuju puncak Dewi Anjani dari cahaya senter mereka. 

Pagi itu kami mulai mengisi logistic pendakian, karena memang logistic pendakian direncanakan dibeli saat sampai desa Sembalun. Setelah membeli logistic kami mulai membagi beban logistic ke teman-teman satu tim. Kok logistic tidak dibawa porter? Pada saat itu kami hanya menyewa 1 porter untuk membawa peralatan pendakian yang mempunyai beban yang lumayan berat, seperti tenda, logistic untuk hari berikutnya dan alat masak. Di homestay itu ketua tim kami diantar untuk mengurus surat-surat perizinan pendakian mulai dari penyerahan ktp dan mengisi daftar peralatan serta perlengkapan pendakian di pos pendakian Sembalun.

Home Stay – Pos 1

Kami memulai perjalanan pendakian dari homestay menuju ke pos 1. Ya, homestay kami memang langsung bisa menuju jalur pendakian gunung rinjani yang biasa dipakai oleh warga sekitar. Trek yang dilalui dari homestay menuju Pos 1 bisa terbilang masi landau, karena kita masih berada jauh di lereng gunung rinjani. Jalur via Sembalun menuju Pos 1 ini di dominasi oleh padang savana yang luas. Memang pemandangannya begitu indah di depan mata, tapi kita harus menahan panas yang menyengat langsung dari atas langit karena jarang sekali ada pohon besar selama perjalanan menuju Pos 1.

Baru beberapa menit jalan, Mba Nisa pacarnya Bang Jai merasakan pusing yang tidak bisa tertahankan, oleh sebab itu memaksa kami untuk berhenti cukup lama di bawah pohon besar untuk mengembalikan kondisi kesehatannya. Setelah pusingnya sudah mulai membaik sehabis diberikan obat, kami kembali melanjutkan perjalanan. Bisa dibilang apa  yang di alami Mba Nisa adalah sebuah shock therapy dari panasnya trek Rinjani bagi pendaki pemula.

Pada saat itu matahari seperti ada 3 yang menyinari kami selama perjalanan. Beberapa kali gua juga kewalahan dengan panasnya terik mentari saat itu. Bahkan kami sempat berpapasan dengan bule yang hanya pakai tanktop turun dari Pos 1 menuju ke basecamp Sembalun. Bahkan ada beberapa bule yang menyemangati kami dengan kata-kata “Come on Come On, Moving moving” dalam hati gua berkata “ situ enak udah turun, nah ini gua ngos ngosan nahan panas”. Sambil mengatur napas di setiap langkah gua terus berjalanan untuk segera sampai di Pos 1.

Pos 1 – Pos 2

Sekitar jam 12.00, akhirnya sampai juga kami di Pos 1, disini kami makan siang dan beristirahat sambil sembunyi dari panasnya sang mentari siang itu. Disini kami berhenti cukup lama, bahkan porter kami yang sudah menunggu dari jam 11. Yaa.. kalau teman-teman yang tidak biasa naik gunung jangan heran melihat porter disini jalannya begitu cepat, karena mereka dituntut untuk sampai terlebih dahulu di tempat yang telah disetujui untuk berkemah. Ketika kami sampai porter kami langsung melanjutkan perjalanan menuju Pos 3, yang merupakan tempat kami mendirikan tenda pertama kali.

Tepat jam 13.00 kami melanjutkan perjalanan ke Pos 2, sebenarnya dari Pos 1 – Pos 2 jaraknya tidak terlalu jauh. Bahkan penampakan Pos 2 bisa kelihatan dari Pos 1 tapi apa yang dilihat mata tidak sama dengan apa yang ada ditrek pendakian. Jalur ke Pos 2 masih landai namun jalurnya tidak mengambil garis lurus dari Pos 1, tapi kali ini treknya landai sedikit menanjak dan berkelak-kelok.

Pos 2 -  Pos 3

Jam 14.30 sampai juga kami di Pos 2, disini gua melihat jembatan ikonik dari jalur Sembalun yang biasa menjadi tempat peristirahatan porter dan juga pendaki bule. Di Pos 2 ini juga terdapat mata air yang hanya ada ketika peralihan dari musim hujan dan kemarau. Tapi biasanya di musim kemarau mata air ini kering. Gua beruntung saat gua mendaki Rinjani mata air tersebut masih mengeluarkan air, dan dapat mengisi botol yang sudah habis 1,5 liter. Hauus Bos.

Dari Pos 2 kita bisa melihat pemandangan savana Rinjani dengan lebih jelas karena tempatnya berada di ketinggiaan 1500 Mdpl. Di pos 2 gua beristirahat cukup lama karena menunggu Sisca, Bang Jai dan Mba Nisa yang tertinggal di belakang.

Ada hal yang menarik dari pendakian kali ini, baru pertama kalinya gua bawa air 3 botol dengan kapasitas 1,5 liter dengan jarak tempuh sekitar 6 km  dan itu hanya berkurang dari homestay ke Pos 2. Lalu gua isi kembali botol tersebut untuk perjalanan ke Pos 3. Entah berapa berat keril yang gua bawa saat itu, yang pasti beratnya udah kayak angkut beras 2 karung! .

Jam 15.30 gua jalan lagi menuju pos 3 bareng sama Daffa dan Bang Doni. Trek menuju Pos 3 sangat “enak” sekali dipandang mata dari Pos 2 saja kita sudah disuruh nanjak, ya meski treknya masih landai. Bahkan gua baru beberapa menit jalan udah langsung tepar lemesin kaki lagi. Yaa, memang sepertinya energi gua saat itu sudah habis “dihisap” oleh panasnya mentari dari pagi hingga siang. Hampir sampai di Pos 3 gua melewati sebuah turunan dan langsung dikiuti dengan tanjakan terjal karena di balik tanjakan itu ada shelter menuju pos yang gua tuju. "Breakk 5 menit.."

Pos 3 – Pelawangan Sembalun

Jam 17.00 akhirnya gua sampai juga di Pos 3, disini porter kami sudah menunggu dan mendirikan tenda. Tapi sayangnya porter gua gak masak apapun karena logistik yang ingin dimasak berada di keril Daffa . Pos 3 merupakan sebuah lembah yang menjadi saluran air/material (pasir dan batu kerikil) dari puncak gunung Rinjani. Disini kita dapat mendirikan tenda di banyak tempat karena tempatnya memang sangat luas sekali dengan beralaskan pasir hitam.

Di Pos 3 ini kami bermalam 1 hari untuk mengistirahatkan tubuh yang sudah sangat letih sekali. Ketika malam tiba suasana disini sungguh sangat indah sekali, gua melihat taburan bintang-bintang di langit dengan sangat jelas dan tidak terhalang awan sama sekali. Eits meski indah, udara disini sangat dingin, bahkan gua harus memakai sarung tangan dan kupluk tapi itu juga gak bertahan lama. Angin malam meruntuhkan semua pertahananku waktu itu memaksa gua harus kembali ke dalam tenda untuk menghangatkan tubuh dan tertidur pulas.

Bunyi alarm handphone sontak membangunkan kami dalam mimpi keindahan diselimuti dengan kedinginan hawa gunung. Perlahan kami mulai bangun mencium udara pagi di lereng gunung Rinjani, hamparan awan putih terhampar di depan mata, kabut tipis masih menyelimuti pagi itu. Namun perlahan mulai menghilang tersapu terik mentari yang mulai menyapa di balik awan.

Pagi itu kami mulai bergegas menyiapkan sarapan untuk mengisi tenaga melanjutkan pendakian. Karena selepas Pos 3 kita langsung diajak menanjak 45 derajat dengan kontur bebatuan berpasir dan berdebu. Jam 10.00 kami memulai pendakian ke Pelawangan Sembalun, langsung aja gua tancap gas karena tidak mau terkena panas lama-lama di trek. Tapi hal itu sia-sia karena trek yang kalian hadapi di depan yaitu terkenal dengan sebutan, 7 Tanjakan Penyesalan!.

Seperti namanya para pendaki akan dibuat kesal dengan banyaknya tanjakan yang akan dilalui. Tanjakan ini bukanlah tanjakan ecek-ecek yang ada landainya, trek ini melintasi 7 bukit yang makin lama makin tinggi. Disini kaki dan energi kita akan dikuras habis-habisan, maka dari itu kalian harus menyiapkan persediaan air yang cukup dan cemilan untuk melintasi trek ini.

Pelawangan Sembalun

Jam 16.00 kami akhirnya tiba di pelawangan sembalun, gua sampai sini sama Daffa di belakang gua masih ada Sisca, Bang Jai, Mba Nisa dan ketua tim. Bang Doni dan Porter sudah sampe duluan bahkan porter sudah sampai sini jam 14.00. Seperti biasa porter sudah mendirikan tenda kami semua dan memasak apa yang ada dari bahan-bahan yang mereka bawa untuk konsumsi kami.

Karena sampai Pelawangan Sembalun sore hari, gua masih dapat poto-poto di atas sini. Keindahan dari Pelawangan Sembalun memang tiada duannya kalian bisa melihat hamparan awan dan juga laut Lombok membentang. Disini teman-teman juga bisa melihat danau segara anak dan gunung baru jari dari atas pelawangan. 

Pelawangan sembalun merupakan sebuah puncak bukit atau cekungan kawah purba yang mengelilingi danau segara anak di bagian timur. Ada juga Pelawangan Senaru yang berada di sisi baratnya, nanti kita akan melewati juga pelawangan tersebut ketika perjalanan turun menuju pintu Senaru.

Pelawangan Sembalun juga tempat favorit bagi pencari Sunrise karena letakanya yang langsung berhadapan dengan matahari ketika pagi. Tapi sayangnya besok pagi gua tidak bisa menikmati matahari pagi dari sini, tapi akan menikmati sunrise itu di trek menuju puncak.

 

TO BE CONTINUE… [Part 2]