Saturday, May 9, 2020

Story Of Dewi Anjani

Celoteh Kata Gua

Rinjani yang Memanggil Hati


Bulan Agustus 2017 pada saat musim kemarau gua mendaki gunung rinjani, ini bukan pendakian gunung biasa. Perjalanan ini merupakan pendakian terjauh dan terlama gua bukan saja untuk mendaki gunung, tapi juga menyebrang antar pulau di waktu bagian tengah nusantara.

Bermula saat keinginan gua untuk mendaki 7 summit Indonesia di tahun 2015 yang lalu selepas mendaki semeru. Pada saat itu keinginan untuk mendaki gunung selanjutnya ada 2 pilihan. Yang pertama yaitu Gunung Kerinci di pulau Sumatra dan Gunung Rinjani di pulau Nusa Tenggara Barat (NTB).

Di bulan juni sebelum puasa tahun tersebut gua sudah mulai mencari-cari open trip / pendakian barsama di Instagram. Memang ada beberapa pendakian bersama yang di share di beberapa akun gunung dan pendakian, baik itu ke Kerinci maupun ke Rinjani. Pada saat itu pendakian biaya ke Kerinci lebih murah dari pada ke Rinjani, tapi ada juga jasa open trip yang hampir sama harganya karena mereka menambah beberapa destinasi yang akan dikunjungi selain pendakian ke gunung.

Setelah lebaran, akhirnya gua memutuskan untuk mendaki gunung Rinjani. Ada beberapa faktor kenapa gua memilih Rinjani daripada ke Kerinci. Pertama, karena jarak perjalanan yang memakan waktu hampir 4-5 hari untuk mencapai puncak dan turun Kembali. Kedua, adanya jasa open trip yang menawarkan paket ke Rinjani sekali ke Gili Trawangan dengan harga yang lumayan terjangkau. Ketiga, lukisan alam gunung Rinjani yang memanjakan mata penikmatnya.

Tanggal 11 Agustus 2017 , gua berangkat ke Lombok menggunakan pesawat yang langsung tanpa transit terlebih dahulu. Sesampainya di Bandara Internasional Lombok jam 19.00 WIT gua langsung menuju masjid yang berada di halaman bandara. Kenapa di masjid? Karena memang Meeting Point (Mepo) bertemu semua peserta open tripnya disitu. Oiya disini gua gak akan menyebutkan jasa open trip mana  yang dipakai biar netral aja toh sekarang jasa open tripnya juga udah ga ada, jadi ga usah disebutlah ya.

Pas gua sampai masjid sudah ada beberapa teman peserta yang sudah sampai duluan bahkan ada yang sudah sampai dari siang hari. Setelah gua berkenalan dan berbincang sedikit dengan beberapa teman ‘baru’ yang bernama bang Doni dan juga mba Sisca ternyata mereka ikut open trip ini juga tertarik dengan bonus perjalanannya yaitu ke Gili Trawangan.

Saat menunggu peserta open trip yang lain gua bertanya-tanya dan ini bisa jadi keresahan hati gua terhadap jasa open trip dimana pun. Keresahan gua adalah kenapa tidak ada panitia open trip yang sudah datang terlebih dahulu ke tempat mepo jadi kita sebagai peserta juga enak untuk mencari kepastian bahwa open trip ini jadi jalan atau tidak. Bisa saja kita mepo disana tiba-tiba panitia bilang “maaf kami ketinggalan pesawat” atau apalah gitu alasan mereka, padahal kita sudah melakukan pembayaran sebesar 80%. Itu sih keresahan gua terhadap jasa open trip, tapi untungnya open trip yang ini tidak, panitia tiba kira-kira jam 9 malam dan itu pesawat terakhir dari Jakarta, gilak gak tuhh .

Setelah semua peserta berkumpul, ada Bang Jai, mba Nisa pacarnya, Daffa dan panitia open trip ini sebagai Ketua Tim perjalanan ini. Jadi total peserta open trip ini ada 6 orang termasuk gua (Ketua Tim tidak dihitung).

Menuju Desa Sembalun

Semua peserta telah berkumpul kemudian kami menyewa mobil untuk menuju desa Sembalun yang merupakan pintu masuk pendakian Gunung Rinjani. Sebetulnya pintu pendakian Rinjani yang sering dilalui ada 2, Sembalun dan Senaru. Tapi kenapa kami memilih Sembalun? Karena rencananya jalur pendakian gua ini akan lintas dari Sembalun menuju Senaru yang melewati danau Segara Anak dan gunung Baru Jari (anak Gunung Rinjani). Untuk menuju desa Sembalun membutuhkan waktu tempuh sekitar 7 jam perjalanan dari Bandara Internasional Lombok.

Sampai di desa Sembalun kami tidak langsung ke pos pendakian gunung Rinjani, tapi kami istirahat sejenak di sebuah homestay tempat salah satu porter kenalan ketua tim kami. Di rumah tersebut kami sempat tidur beberapa jam untuk mengistirahkan badan yang sudah lelah ini.

Tak terasa suara ayam berkokok sudah terdengar di telinga gua, yang bertanda bahwa hari sudah pagi. Gua pun sempat keluar homestay untuk melihat pemandangan pagi hari desa Sembalun dan tentu saja gagahnya salah satu gunung tertinggi di Indonesia. Pada saat subuh, masih terlihat segerombolan pendaki yang sedang summit menuju puncak Dewi Anjani dari cahaya senter mereka. 

Pagi itu kami mulai mengisi logistic pendakian, karena memang logistic pendakian direncanakan dibeli saat sampai desa Sembalun. Setelah membeli logistic kami mulai membagi beban logistic ke teman-teman satu tim. Kok logistic tidak dibawa porter? Pada saat itu kami hanya menyewa 1 porter untuk membawa peralatan pendakian yang mempunyai beban yang lumayan berat, seperti tenda, logistic untuk hari berikutnya dan alat masak. Di homestay itu ketua tim kami diantar untuk mengurus surat-surat perizinan pendakian mulai dari penyerahan ktp dan mengisi daftar peralatan serta perlengkapan pendakian di pos pendakian Sembalun.

Home Stay – Pos 1

Kami memulai perjalanan pendakian dari homestay menuju ke pos 1. Ya, homestay kami memang langsung bisa menuju jalur pendakian gunung rinjani yang biasa dipakai oleh warga sekitar. Trek yang dilalui dari homestay menuju Pos 1 bisa terbilang masi landau, karena kita masih berada jauh di lereng gunung rinjani. Jalur via Sembalun menuju Pos 1 ini di dominasi oleh padang savana yang luas. Memang pemandangannya begitu indah di depan mata, tapi kita harus menahan panas yang menyengat langsung dari atas langit karena jarang sekali ada pohon besar selama perjalanan menuju Pos 1.

Baru beberapa menit jalan, Mba Nisa pacarnya Bang Jai merasakan pusing yang tidak bisa tertahankan, oleh sebab itu memaksa kami untuk berhenti cukup lama di bawah pohon besar untuk mengembalikan kondisi kesehatannya. Setelah pusingnya sudah mulai membaik sehabis diberikan obat, kami kembali melanjutkan perjalanan. Bisa dibilang apa  yang di alami Mba Nisa adalah sebuah shock therapy dari panasnya trek Rinjani bagi pendaki pemula.

Pada saat itu matahari seperti ada 3 yang menyinari kami selama perjalanan. Beberapa kali gua juga kewalahan dengan panasnya terik mentari saat itu. Bahkan kami sempat berpapasan dengan bule yang hanya pakai tanktop turun dari Pos 1 menuju ke basecamp Sembalun. Bahkan ada beberapa bule yang menyemangati kami dengan kata-kata “Come on Come On, Moving moving” dalam hati gua berkata “ situ enak udah turun, nah ini gua ngos ngosan nahan panas”. Sambil mengatur napas di setiap langkah gua terus berjalanan untuk segera sampai di Pos 1.

Pos 1 – Pos 2

Sekitar jam 12.00, akhirnya sampai juga kami di Pos 1, disini kami makan siang dan beristirahat sambil sembunyi dari panasnya sang mentari siang itu. Disini kami berhenti cukup lama, bahkan porter kami yang sudah menunggu dari jam 11. Yaa.. kalau teman-teman yang tidak biasa naik gunung jangan heran melihat porter disini jalannya begitu cepat, karena mereka dituntut untuk sampai terlebih dahulu di tempat yang telah disetujui untuk berkemah. Ketika kami sampai porter kami langsung melanjutkan perjalanan menuju Pos 3, yang merupakan tempat kami mendirikan tenda pertama kali.

Tepat jam 13.00 kami melanjutkan perjalanan ke Pos 2, sebenarnya dari Pos 1 – Pos 2 jaraknya tidak terlalu jauh. Bahkan penampakan Pos 2 bisa kelihatan dari Pos 1 tapi apa yang dilihat mata tidak sama dengan apa yang ada ditrek pendakian. Jalur ke Pos 2 masih landai namun jalurnya tidak mengambil garis lurus dari Pos 1, tapi kali ini treknya landai sedikit menanjak dan berkelak-kelok.

Pos 2 -  Pos 3

Jam 14.30 sampai juga kami di Pos 2, disini gua melihat jembatan ikonik dari jalur Sembalun yang biasa menjadi tempat peristirahatan porter dan juga pendaki bule. Di Pos 2 ini juga terdapat mata air yang hanya ada ketika peralihan dari musim hujan dan kemarau. Tapi biasanya di musim kemarau mata air ini kering. Gua beruntung saat gua mendaki Rinjani mata air tersebut masih mengeluarkan air, dan dapat mengisi botol yang sudah habis 1,5 liter. Hauus Bos.

Dari Pos 2 kita bisa melihat pemandangan savana Rinjani dengan lebih jelas karena tempatnya berada di ketinggiaan 1500 Mdpl. Di pos 2 gua beristirahat cukup lama karena menunggu Sisca, Bang Jai dan Mba Nisa yang tertinggal di belakang.

Ada hal yang menarik dari pendakian kali ini, baru pertama kalinya gua bawa air 3 botol dengan kapasitas 1,5 liter dengan jarak tempuh sekitar 6 km  dan itu hanya berkurang dari homestay ke Pos 2. Lalu gua isi kembali botol tersebut untuk perjalanan ke Pos 3. Entah berapa berat keril yang gua bawa saat itu, yang pasti beratnya udah kayak angkut beras 2 karung! .

Jam 15.30 gua jalan lagi menuju pos 3 bareng sama Daffa dan Bang Doni. Trek menuju Pos 3 sangat “enak” sekali dipandang mata dari Pos 2 saja kita sudah disuruh nanjak, ya meski treknya masih landai. Bahkan gua baru beberapa menit jalan udah langsung tepar lemesin kaki lagi. Yaa, memang sepertinya energi gua saat itu sudah habis “dihisap” oleh panasnya mentari dari pagi hingga siang. Hampir sampai di Pos 3 gua melewati sebuah turunan dan langsung dikiuti dengan tanjakan terjal karena di balik tanjakan itu ada shelter menuju pos yang gua tuju. "Breakk 5 menit.."

Pos 3 – Pelawangan Sembalun

Jam 17.00 akhirnya gua sampai juga di Pos 3, disini porter kami sudah menunggu dan mendirikan tenda. Tapi sayangnya porter gua gak masak apapun karena logistik yang ingin dimasak berada di keril Daffa . Pos 3 merupakan sebuah lembah yang menjadi saluran air/material (pasir dan batu kerikil) dari puncak gunung Rinjani. Disini kita dapat mendirikan tenda di banyak tempat karena tempatnya memang sangat luas sekali dengan beralaskan pasir hitam.

Di Pos 3 ini kami bermalam 1 hari untuk mengistirahatkan tubuh yang sudah sangat letih sekali. Ketika malam tiba suasana disini sungguh sangat indah sekali, gua melihat taburan bintang-bintang di langit dengan sangat jelas dan tidak terhalang awan sama sekali. Eits meski indah, udara disini sangat dingin, bahkan gua harus memakai sarung tangan dan kupluk tapi itu juga gak bertahan lama. Angin malam meruntuhkan semua pertahananku waktu itu memaksa gua harus kembali ke dalam tenda untuk menghangatkan tubuh dan tertidur pulas.

Bunyi alarm handphone sontak membangunkan kami dalam mimpi keindahan diselimuti dengan kedinginan hawa gunung. Perlahan kami mulai bangun mencium udara pagi di lereng gunung Rinjani, hamparan awan putih terhampar di depan mata, kabut tipis masih menyelimuti pagi itu. Namun perlahan mulai menghilang tersapu terik mentari yang mulai menyapa di balik awan.

Pagi itu kami mulai bergegas menyiapkan sarapan untuk mengisi tenaga melanjutkan pendakian. Karena selepas Pos 3 kita langsung diajak menanjak 45 derajat dengan kontur bebatuan berpasir dan berdebu. Jam 10.00 kami memulai pendakian ke Pelawangan Sembalun, langsung aja gua tancap gas karena tidak mau terkena panas lama-lama di trek. Tapi hal itu sia-sia karena trek yang kalian hadapi di depan yaitu terkenal dengan sebutan, 7 Tanjakan Penyesalan!.

Seperti namanya para pendaki akan dibuat kesal dengan banyaknya tanjakan yang akan dilalui. Tanjakan ini bukanlah tanjakan ecek-ecek yang ada landainya, trek ini melintasi 7 bukit yang makin lama makin tinggi. Disini kaki dan energi kita akan dikuras habis-habisan, maka dari itu kalian harus menyiapkan persediaan air yang cukup dan cemilan untuk melintasi trek ini.

Pelawangan Sembalun

Jam 16.00 kami akhirnya tiba di pelawangan sembalun, gua sampai sini sama Daffa di belakang gua masih ada Sisca, Bang Jai, Mba Nisa dan ketua tim. Bang Doni dan Porter sudah sampe duluan bahkan porter sudah sampai sini jam 14.00. Seperti biasa porter sudah mendirikan tenda kami semua dan memasak apa yang ada dari bahan-bahan yang mereka bawa untuk konsumsi kami.

Karena sampai Pelawangan Sembalun sore hari, gua masih dapat poto-poto di atas sini. Keindahan dari Pelawangan Sembalun memang tiada duannya kalian bisa melihat hamparan awan dan juga laut Lombok membentang. Disini teman-teman juga bisa melihat danau segara anak dan gunung baru jari dari atas pelawangan. 

Pelawangan sembalun merupakan sebuah puncak bukit atau cekungan kawah purba yang mengelilingi danau segara anak di bagian timur. Ada juga Pelawangan Senaru yang berada di sisi baratnya, nanti kita akan melewati juga pelawangan tersebut ketika perjalanan turun menuju pintu Senaru.

Pelawangan Sembalun juga tempat favorit bagi pencari Sunrise karena letakanya yang langsung berhadapan dengan matahari ketika pagi. Tapi sayangnya besok pagi gua tidak bisa menikmati matahari pagi dari sini, tapi akan menikmati sunrise itu di trek menuju puncak.

 

TO BE CONTINUE… [Part 2]

 


Previous Post
Next Post

0 comments:

Tulis komentar yang baik-baik, supaya komentar Anda bermanfaat bagi banyak orang. Terima Kasih :)