Wednesday, November 21, 2018

Layak Di BELI!, Realme C1 Ponsel Murah Bukan Murahan

Tekno

Review Realme C1, Si Ponsel Worth It Entry Level


Produk ini diklaim akan menjadi game changer dan standar baru untuk produk entry level. Produk ini juga akan menjadi saingan utama ponsel sejuta umat Xiaomi. Produk itu adalah Realme C1.

Realme C1 mengusung spesifikasi yang terbilang menarik untuk smartphone dengan harga dibawah Rp. 1,5 jutaan. Bagaimana tidak spesifikasi yang ditawarkan ponsel ini terbilang menarik, mulai dari layar besar 6,2 inc sampai processor yang digunakan juga bukan untuk entry level. So langsung aj gua bahas satu-satu spek dari Realme C1 ini.

Design 


Realme C1 mengusung desain belakang yang tampil modern dan halus, terlihat seperti cermin yang dapat memantulkan cahaya dari pergerakan pengguna. Material yang digunakannya adalah plastik polycarbonate dengan tampilan seperti kaca. Sebagai pelindung, panel bagian luar dilapisi 12 lapis Corning Gorilla Glass dengan material nano.

Besarnya layar juga menjadi unggulan Realme C1 yang memiliki bentang layar jumbo sebesar 6,2 inch dengan resolusi Full HD dan rasio layar 19:9 dengan bezel 88%. Realme C1 telah menggunakan layar kekinian yang mempunyai notch (jidat). Desain layar tersebut sama seperti kembarannya yakni Realme 2.

Untuk ketebalan hp ini bisa gua bilang Tebel banget! tapi ketebalan itu membuat Realme C1 tampak solid. Menurut gua hape ini kga bisa dipegang untuk navigasi dengan satu tangan, karna layarnya yang besar dan ketebalannya.

Camera

Ini yang menurut gua menjadi salah satu andalan Realme C1 layak dibeli. Kamera, Realme C1 memiliki dua kamera di belakangnya dengan masing-masing ukuran 13 MP dan 2MP, yak bener duaaa! (2) yang membuat hape ini jadi salah satu dikelas entry level yang paling unggul. Ya boleh dibilang hasil dari dual kamera ponsel ini ga bagus-bagus banget. tapi lumayan lah untuk hasil di luar ruangannya kalian bisa melihat hasilnya dibawah ini :

  

sedangkan untuk kondisi low light hape ini jauh dari harapan, ya namanya juga hape di kelas bawah. Jadi wajarlah hasil kamera low light nya standart yang masih banyak noise. Ini hasilnya di bawah

 

Dibagian depan terdapat kamera 5MP saja. Kamera C1 memberikan banyak fitur di antaranya mode potrait, AI beauty dan smart image editing. Eits meski ada mode potrait ternyata pas saya coba fitur ini hanya terdapat pada kamera bekalang saja loh! klo mode kameranya pindah ke depan mode Potrait dipilihannya akan hilang. berikut hasil dari kamera depannya :

Performance

Ini fitur terpenting yang membuat hape ini laris manis dipasar Indonesia dan Asia Tenggara. Realme C1 menggunakan processor SoC Octa Core Snapdragon 450 1,8 GHz yang menjadi ponsel termurah saat ini yang menggunakan chipset tersebut. Prosesor Qualcomm ini disebut-sebut dapat mempercepat kinerja grafis perangkat hinga 25% dan dapat menghemat daya hingga 35%. Tidak hanya itu Realme C1 juga dibekali memori internal sebesar 16 GB dan RAM 2 GB.





Salah satu fitur andalan Realme C1 juga ada di sektor baterai. Realme C1 diberikan kapasitas baterai besar 4.320 mAh yang diklaim bisa bertahan belasan jam, antara lain bisa digunakan hingga 18 jam untuk mendengarkan musik, 10 jam bermain game serta browsing-browsing internet sampai 18 jam.

Kemampuan baterainya dilengkapi dengan AI Power Manager untuk mengoptimalkan konsumsi daya dari aplikasi dan mengontrol jumlah core pada prosesor untuk menghindari daya yang terbuang. Menurut gua ini sih keren banget udah murah kita dapet fitur canggih lagi.

Untuk lihat performa gamingnya untuk main PUGB dan Mobile Legend kalian bisa nonton video dari kang gogon GontaGantiHape Disini.

Harga

Udah kalo soal harga ga usah ditanya lagi bro, murah banget!. Realme Indonesia membanderol Realme C1 dengan harga Rp 1.499.000 yang secara eksklusif dijual online store Lazada dengan cara Flash Sale. 

Males sih sebenernya kalo udah denger dijual flash sale pasti barangnya dalam hitungan detik cepet habis. Haha 

Tapi menurut kabar yang gua denger Realme Indonesia akhir tahun nanti akan menjual deretan smartphonenya di offline store, entah di Erafone atau Global Phone. Yah kita tunggu ajalah ya kabar selanjutnya dari Realme Indonesia.

[UPDATE] Sekarang Realme C1 sudah bisa dibeli dibeberapa toko offline besar di seluruh Indonesia. 




Kesimpulan

Kalo kalian ingin beli smartphone keren yang low budget tapi pengen punya layar kekinian, punya dual kamera, baterai yang kuat seharian dan jugabisa buat main Mobile Legend, AOV atau game-game ringan lainnya ponsel ini sangat layak untuk dibeli.

Jadi gitu aja review smartphone super murah dari Realme. Semoga bermanfaat... 😁😁😁

Berikut foto-foto unboxing paket penjualan Realme C1 yang gua dapat dari toko online Lazada:





 






Tuesday, November 20, 2018

Story Of 3075 Mdpl (Part 2)

Celoteh Kata Gua

Puncak Tertinggi Jawa Barat 3075 Mdpl




Cerita sebelumnya...👉👉 [Part 1]

Tapi setelaahh itu gua teriakkk lagi dan gua keram lagi, karena memang kaki gua udah lelah banget dan lapar sekali, karena dari basecamp saya belum makan siang. Sampai akhirnya beberapa barang bawaan saya dibawakan oleh teman-teman yang lain. Beban ditubuhku pun berkurang tapi tidak dengan betis dan kedinginan hebatku yang sudah tidak ada obatnya selain berhenti dan mendirikan tenda.

Dan setelah berjalan kurang lebih satu jam, akhirnya keinginannku terkabul. Tibalah kami di pos 4 Paguyangan Badak, disini kami langsung mendirikan tenda dan langsung memasak teh hangat dan kopi untuk menhangatkan tubuh. Ternyata yang mengalami kedinginan bukan hanya gua aja, banyak dari rombongan kami yang kedinginan juga.

Ketika teman rombongan mulai memasak the, langsung dengan cepat gua menghampiri sumber api untuk mendapatkan kehangatan, sampai-sampai tanganku pun langsung memegang gelas yang masih panas dan baru dituangkan teh. Dan tanganku sudah tidak merasakan lagi rasa panas teh itu karena tanganku sudah mati rasa!.

Setelah meminum segelas teh hangat yang tidak hangat-hangat banget dan tenda sudah kami didirikan langsung saya disuruh mengganti baju yang sudah basah kuyup.

Oiya ada yang menarik dari tenda yang kami bawa. Tenda punya teman gua ini adalah tenda camping untuk anak-anak yang biasa dijual dipinggir jalan, framenya terbuat dari paralon yang disambung dan ukurannya juga tidak besar, kaki gua aja tidak bisa lurus dan kalua tidur harus ditekuk. *ketawa gua kalo inget ini, sumpah..Hahaaa

Oke lanjut, setelah berganti pakaian gua dan teman-teman yang sudah kedinginanpun langsung tidur, mengistirahatkan tubuh yang sudah sangat lelah dan mudah runtuh.

Pagi harinya kami bangun dengan keadaan yang tidak biasa, tenda kami seakan berubah dari tempat awal kami dirikan pada malam hari kemarin. Penyebabnya adalah jumlah orang yang terdapat dalam tenda yang melebihi kapasitas. Tenda tersebut idealnya hanya untuk 3 orang, tapi malam kemarin ada 5 orang dan 2 orang berbadan besar Hahaha.

Penyebabnya tidak hanya itu saja, ternyata tenda kami tidak dipasangkan pasak sehingga mudah berpindah posisi. Dan ada satu teman gua yang tidurnya tidak bisa diam yang membuat semua orang yang di dalam tenda posisi tidurnya berubah-ubah.

Setelah keluar tenda dan melihat keadaan tenda yang tidak biasa, kami langsung membenarkan posisi tenda kembali. Selagi membereskan tenda yang sudah acak kadul istilahnya gua melihat sebuah papan nisan tepat berada di belakang tenda. Dan teman gua yang mendirikan tenda pun tidak tahu kalau tepat di belakang tenda kami ada sebuah batu nisan.

Tapi gua dan teman-teman tidak memperdulikan batu nisan itu, menurut gua ga usah dipikirin macem-macem lah yang begitu berpikir positif aja.

Tenda sudah diposisi semula dan gua langsung memasak untuk mengisi perut yang sudah keroncongan. Teman-teman yang lain pun langsung bergabung ke luar tenda mencium bau masakan yang sedang kami masak bersama dengan bang kumis. Teh hangat dan kopi menjadi sajian utama pagi itu, karena memang tubuh kami masih butuh kehangatan.

Tidak lupa disaat yang lain lagi sarapan gua dan teman-teman gua tidak lupa untuk menjemur baju dan celana yang sudah basah semalam. Adapun cara mengeringkannya cukup unik yaitu dipanggang di atas bara api unggun sisa semalam 😂.


Setelah sarapan, gua dan teman-teman mulai bergegas untuk jalan ke puncak Ciremai. Kata bang kumis, dari Pos 4 sampai ke puncak diperkirakan memakan waktu sekitar 6-7 jam perjalanan santai.

Tepat jam 08.00 kami pun mulai berjalan menuju puncak. Pada perjalanan ke puncak tidak semua rombongan ikut hanya kami ber 4 dari Bekasi, bang kumis dan 3 temannya, jadi total yang ikut ke puncak hanya kami ber 7. Dan teman-teman kami yang lain sudah malas berjalan dan terhanyut dalam pelukan sleeping bag di dalam tenda.

Diperjalan menuju puncak tidaklah kami lewati dengan mudah. Terutama cuaca yang mudah berubah-ubah, kadang berkabut dan juga cerah. Hujan rintik-rintik juga menemani perjalanan kami melewati trek yang dipenuhi dengan tanjakan dan juga akar pepohonan. Ya trek setelah pos 4 memang tidak selandai pos dari pos 1 ke pos 4 di dominasi oleh tanyakan licin dan akar pepohonan yang melintang disetiap jalurnya.

Di tengah perjalanan kami beristirahat untuk makan siang, menu makan siang kala itu tidaklah mewah hanya beberapa mie instan yang tidak direbus hanya dikremes-kremes lalu diberi bumbu.



Saat menikmati makan siang awan diatas kami mulai menghitam, kabut juga menyapa, rintik air pun jatuh dari atas langit dengan perlahan, yang menandakan sebentar lagi akan kembali turun hujan. Di sela-sela itu kondisi tersebut gua mulai berpikir tentang melanjutkan perjalanan ini atau tidak, bahkan teman gua berkata:

“lo masi kuat ga klo hujan lagi?, kan semalem lo udah kedinginan banget tuh terus kaki lo juga sering keram kalo hujan”

“klo hujan lagi mending lo balik ada ke tenda daripada kaki lo keram lagi”

Ya teman-teman menyuruh gua untuk tidak melanjutkan perjalanan ke puncak disaat cuaca yang berkabut dan turun hujan rintik-rintik. Di saat itu pun bang kumis berucap:

“kita tunggu aja dulu disini hujan gede lagi apa gak”

“klo hujan lagi kita buka flysheet disini, klo Cuma rintik-rintik kayak gini mending kita lanjut biar ga kemaleman balik ke tenda pas turun dari puncak”

Di saat bang kumis bilang begitu, gua masih mikir apa lanjut atau tidak melihat kondisi gua semalam yang begitu parah hampir terkena hypothermia. Pikiran pun campur aduk saat itu antara takut dan ambisi sampai ke puncak.

Kami pun menunggu beberapa saat melihat kondisi cuaca. Dan beberapa saat menunggu bang kumis pun memutuskan untuk melanjutkan perjalanan di tengah cuaca yang masih gerimis rintik-rintik. Dia pun bertanya kepada gua dan teman-teman yang lain.

“gimana masi mau ikut ke puncak ga?”

Gua pun berpikir keras tentang resiko yang harus gua tanggung jika ingin melanjutkan perjalanan. Rasa takut dan ego ingin sampai ke puncak mulai berkecamuk di dalam otak gua. Dan gua memilih untuk tetap ikut melanjutkan perjalanan ke puncak. Let’s Go..

Mulailah kami berjalan kembali ditemani hujan rintik-rintik yang membasahi kepala kami. Jalur menanjak dan pepohonan yang mulai terlihat rendah menandakan bahwa puncak telah dekat. Dan yang membuat gua gembira saat itu adalah cuaca yang mulai bersahabat!. Cuaca cerah menemani kami sampai di pos 6 Pesanggrahan, ini merupakan pos terakhir vegetasi hutan di jalur Palutungan.



Sekitar jam 14.30 kami telah tiba di Pos 6 Pasanggarahan. dan tempat ini biasanya menjadi camp site para pendaki yang melewati jalur Palutungan. Karena dari pos 6 ini perjalanan menuju puncak tinggal 1 jam lagi dan didominasi oleh batu-batu besar.

Di pos 6 ini kami beristirahat sebentar dan gua sambil meminum air dari beberapa daun dan genangan air di sela-sela batu besar yang ada di sekitarnya.

Kenapa minum air dari situ? Emang ga bawa air?

Jawabannya adalah bawa tapi kehabisan saat perjalanan menuju pos 6 ini. Terpaksa gua harus minum dari daun dan genangan air yang ada di sekitar pos 6 ini karena sudah haus sangat. Ditambah perjalanan gua belum usai menuju puncak bahkan nambah parah karena trek bebatuan yang terus ke atas tanpa ada bonus sekali pun.


Perjalanan dilanjutkan, kaki gua mulai menapaki bebatuan terjal menuju puncak ceramai. Stamina yang sudah mulai menurun mengharuskan kaki gua melangkah tinggi melewati setiap jengkal perjalanan ini. Di tengah perjalanan gua juga minum air dari genangan yang ada dibebatuan yang seakan menjadi penyelamat hidup di trek yang melelahkan ini.

Sampai akhirnya gua bertemu dengan pendaki lain yang sedang mendirikan tenda sebelum sampai di puncak gunung ciremai. Disini gua beristirahat sebentar sambil mengumpulkan napas yang tersisa dari pendakian melelahkan ini.

Akhirrrnyaaa..puncak Ciremai pun gua gapai dengan penuh perjuangan. Gua sampai puncak sekitaran jam 16.00 dan gua langsung tepar di atas puncak tertinggi di Jawa Barat. Di atas puncak gua hanya bisa duduk terdiam merenung tidak bisa berkata-kata. 



Di atas puncak Ciremai gua dan teman-teman tidak lupa eksis untuk mengabadikan foto. Dulu sih gua foto cuma pakai kamera hape yang belum canggih-canggih amat kualitas yang dihasilkan masih VGA. Jadi ya bisa dilihat sendiri hasilnya banyak yang blur 😂.

Sambil gua dan teman-teman yang lain foto-foto, bang kumis dan temannya memasak kopi dan teh. menurut bang kumis kalau sudah di puncak ga ngopi kurang lengkap rasanya. 

Tapi sebelumnya gua dan teman-teman dari jakarta lainnya di ajak mengambil air di sebuah gua yang berada di puncak ciremai. Gua tersebut bernama gua walet, yang ternyata di gua itu banyak mitosnya dan salah satunya menjadi tempat bertapa. Tapi untuk menuju kesana treknya harus melewati tebing curam dan menurun dan gua mikir dua kali untuk ikut mengambil air disana 😂.



Sekitar jam 17.00, setelah puas berfoto-foto, istirahat sebentar dan ngopi-ngopi di ketinggian 3000 mdpl, kami mulai perjalanan turun untuk kembali ke tenda yang berada di pos 4. Dan perjalanan turun dari puncak menuju ke tenda dipenuhi dengan cerita misterius 😨. 


To be Continue... 

Monday, November 12, 2018

Tips Memilih Jasa Open Trip untuk Berpetualang

Tips Pendaki


Tips Memilih Jasa Open Trip Pendakian Gunung dan Travelling




Tidak seperti dulu ketika naik gunung dianggap sebagai kegiatan eksklusif karena hanya kelompok tertentu saja yang menekuninya, sekarang pendakian gunung jadi trend. Namun, seiring bermunculannya film-film bertema pendakian—dan media sosial—aktivitas pendakian gunung jadi populer.
Tujuan orang mendaki gunung pun beragam. Matthew Tandioputra, pendaki termuda Indonesia, misalnya. Ia naik gunung sebagai bagian dari terapi karena didiagnosis “kelebihan energi.” Ketimbang kegiatan lain seperti meniti pematang dan berjalan di tanah rata, ternyata naik gunung lebih mengakselerasi proses terapinya. Sebagai bonus, ia malah menorehkan prestasi sebagai pendaki termuda yang menyelesaikan tujuh puncak tertinggi di Indonesia. 
Banyak pula pendaki yang mengusung “idealisme” dengan membawa sendiri seluruh perlengkapannya tanpa bantuan porter. Di sisi lain, ada juga pendaki yang memerlukan bantuan porter demi efektivitas pendakiannya. Lebih lanjut, keterbatasan tenaga, waktu, dan skill membuat beberapa kelompok pendaki memilih menggunakan jasa agen pendakian.
Semenjak pendakian booming di Indonesia, jasa operator pendakian pun semakin menjamur. Konsepnya pun beragam, dari mulai layanan private trip (all-included yang menyediakan semua keperluan pendaki by-request) sampai penawaran trip besama rombongan (open trip).
Bagi penyelenggara, usaha jasa open trip ini memang menggiurkan. Namun, terkadang operator hanya memikirkan keuntungan semata dan mengabaikan keselamatan dan kenyamanan klien. Sebab, orientasi keberhasilan seolah hanya ditentukan oleh berhasil atau tidaknya klien ke puncak. Tidak bermaksud menyudutkan jasa open trip, namun nyatanya kasus klien tidak terpantau oleh guide penyedia jasa open trip sangat sering terjadi.
Contoh berikut ini jamak terjadi. Sebuah operator open trip sedang membawa klien. Pemandu terpisah dari rombongan, sementara operator tidak mempersiapkan asisten yang bisa menangani klien—sesuai rasio pemandu/klien. Akhirnya, beberapa klien kebingungan saat berjalan, sebagian lain bermasalah dalam hal kesehatan tapi tak ada yang menangani. Kisah lain yang juga sering terdengar adalah masalah kekurangan logistik seperti air dan makanan. 
Tips Memilih Jasa Open Trip
Karena open trip lebih murah dibanding private trip, banyak yang lebih berminat ikut trip jenis pertama. Itu wajar dan sah-sah saja. Meskipun demikian, ada beberapa hal yang perlu jadi pertimbangan saat memilih jasa open trip, yakni:
1.   Siapa Penyelenggara Open Trip Tersebut
Sebelum mendaftar, teliti dulu siapa pengelenggara open trip itu, apakah operator berpengalaman atau tidak. Vendorberpengalaman pasti memberikan rasa nyaman. Agar lebih mengenal vendornya, kamu bisa melihatnya di website atau media sosialnya. Lihat portofolio serta review yang diberikan klien-klien yang pernah menggunakan jasa mereka.
2.   Harga Yang Ditawarkan
Kamu juga mesti menimbang-nimbang dan membandingkan kewajaran harga yang ditawarkan. Jangan sampai terlalu mahal, tapi juga jangan terlalu murah. Kalau mahal, berarti vendornya mengambil margin terlalu tinggi. Terlalu murah, jangan-jangan ada biaya yang benar-benar ditekan—upah porter misalnya. Untuk apa murah tapi ujung-ujungnya membuat kamu tidak nyaman? Pokoknya, jangan sampai tertipu dengan harga.
3.   Fasilitas Yang Diberikan
Karena pendakian gunung adalah kegitan yang berisiko, kamu mesti memilih vendor yang kompeten. Pilih yang profesional. Kalau perlu yang pemandunya sudah memiliki sertifikat pemandu gunung. (Di Indonesia sendiri, sertifikasi profesi dikeluarkan oleh Badan Sertifikasi Nasional Profesi/BNSP).
Open trip dengan harga rendah biasanya hanya menemani pendakian, menyediakan tenda dan alat masak di campsite, dan mengurus transportasi serta akomodasi saja. Makan biasanya hanya disediakan sebelum dan setelah pendakian.
Tapi ada juga yang menawarkan makanan selama pendakian, air mineral, serta air panas, lengkap dengan kursi dan meja makan. Nggak sedikit juga yang menyediakan kasur angin dan tenda toilet. Tentu yang terakhir ini lebih mahal. Karena itu, pilihlah paket yang sesuai dengan kebutuhan dan kondisi kantong kamu.
4.   Cari Informasi Tentang Penyelenggara Open Trip Tersebut
Menyelenggarakan trip berarti menjalankan sistem. Ada orang-orang yang terlibat dalam kegiatan itu, misalnya porter. Pastikan vendor yang kamu pilih mengupah porternya secara manusiawi. Sebagai perbandingan, rata-rata upah porter adalah Rp 225.000/hari dengan beban angkut 18 kilogram.


Inshaallah Bermanfaat...😁😁😁


sumber: pendakiindonesia.com
==============================================


English Translate

Climber Tips

Tips for Choosing Mountain Climbing and Traveling Open Trip Services

Unlike before when riding a mountain, it was considered an exclusive activity because only certain groups did it, now mountain climbing is a trend. However, along with the emergence of climbing-themed films and social media — mountain climbing activities became popular.

The purpose of people climbing mountains is also diverse. Matthew Tandioputra, Indonesia's youngest climber, for example. He climbed the mountain as part of therapy because he was diagnosed as "excess energy." Rather than other activities such as climbing the embankment and walking on flat ground, it turns out that climbing the mountain further accelerates the treatment process. As a bonus, he even made an achievement as the youngest climber to complete the seven highest peaks in Indonesia.

Many climbers also carry "idealism" by bringing their own equipment without the help of porters. On the other hand, there are also climbers who need porter assistance for the effectiveness of the climb. Furthermore, the limitations of manpower, time, and skill make some groups of climbers choose to use the services of climbing agents.

Since the booming climb in Indonesia, the services of climbing operators are increasingly mushrooming. The concept also varies, from the start of a private trip service (an all-included that provides all the needs of climbers by-request) to a trip offer with the group (open trip).

For organizers, this open trip service business is indeed tempting. However, sometimes operators only think of profit and ignore the safety and comfort of clients. Because, the orientation of success is only determined by the success or failure of the client to the top. It is not intended to corner open trip services, but in fact client cases not monitored by open trip service providers are very common.

The following example is common. An open trip operator is carrying a client. The guide is separate from the group, while the operator does not prepare assistants who can handle clients — according to the guide / client ratio. Finally, some clients were confused while walking, others were troubled in terms of health but no one handled it. Another story that is often heard is the problem of lack of logistics such as water and food.

Tips for Choosing Open Trip Services

Because open trips are cheaper than private trips, many are more interested in joining the first type of trip. It's natural and legitimate. Even so, there are several things that need to be considered when choosing an open trip service, namely:

1. Who is the Open Trip Organizer

Before registering, first examine who the open trip organizer is, whether the operator is experienced or not. Experienced vendors certainly provide comfort. In order to get to know the vendor better, you can see it on the website or social media. See portfolios and reviews given by clients who have used their services.

2. Prices offered

You also have to weigh and compare the reasonableness of the price offered. Don't get too expensive, but also not too cheap. If it's expensive, it means the vendor is taking too high a margin. Too cheap, lest there are costs that are really pressed - porters' wages, for example. For what is cheap but the edges make you uncomfortable? Anyway, don't be fooled by the price.

3. Provided Facilities

Because mountain climbing is a risky activity, you must choose a competent vendor. Choose professionals. If necessary, the guide has a mountain guide certificate. (In Indonesia alone, professional certification is issued by the Professional National Certification Agency / BNSP).

Open trips at low prices usually only accompany climbing, provide tents and cooking utensils in the campsite, and arrange transportation and accommodation only. Eating is usually only provided before and after climbing.

But there are also those who offer food during climbing, mineral water, and hot water, complete with chairs and dining tables. Not a few also provide wind mattresses and toilet tents. Of course the latter is more expensive. Therefore, choose a package that suits your needs and conditions.

4. Find Information About the Open Trip Organizers


Organizing a trip means running the system. There are people involved in the activity, such as porters. Make sure the vendor you choose hires its porters humanely. In comparison, the average porter's wages are Rp 225,000 / day with a load of 18 kilograms.