Monday, July 12, 2021

Kenal Lebih Dekat Gunung Olympus Mons Yuk!

 Info Pendaki Gunung


    Banyak pendaki yang merasa gunung Mount Everest dan duo asal Hawaii, gunung Mauna Kea dan Mauna Loa sudah sangat besar? Tunggu sampai kamu melihat Olympus Mons di planet Mars yang merupakan gunung terbesar dan tertinggi di Tata Surya.

sekedar balik ke masa lalu, Sebelum satelit luar angkasa mengidentifikasikannya sebagai gunung, Olympus Mons disebut sebagai fitur albedo, Nix Olympica ("Salju Olympus") oleh astronom; sejak akhir abad ke-19, diduga bahwa objek ini bergunung.

Gunung tersebut memiliki diameter sepanjang 624 km, dengan luas mencapai lebih dari 305 ribu km persegi. Itu berarti, ia memiliki luas lebih dari dua kali Pulau Jawa yang sebesar 128.297 km persegi loh temans!. 

Selain itu, Olympus Mons yang merupakan gunung berapi perisai memiliki tinggi sekitar 21,2 km dan di puncaknya terdapat kaldera sepanjang 80 km. Sebagai pelengkap, ia dikelilingi oleh lereng gunung setinggi 6 km. Adapun Mount Everest puncaknya 'hanya' sekitar 8,8 kilometer dari daratan.

Mari kita bandingkan juga Olympus Mons dengan Mauna Loa, gunung api terbesar yang ada di Bumi. Gunung api perisai yang berada di Hawaii itu memiliki tinggi lebih dari 9 km (dari dasarnya yang berada di bawah laut sampai puncak) dan terbentang sepanjang 120 km.

Jika dihitung-hitung, volume Olympus Mons itu sekitar 100 kali lebih besar dari Mauna Loa. Bahkan, seluruh kepulauan Hawaii pun juga bisa dimasukkan ke gunung berapi tersebut.

Perbedaan besar antara gunung berapi di Mars dengan Bumi memang sangat mencolok. Di kawasan bernama Tharsis, lokasi dari Olympus Mons, gunung-gunung api di sana berukuran 10 sampai 100 kali lebih besar dibandingkan dengan gunung api mana pun di Planet Biru ini.

Lantas, mengapa hal tersebut bisa terjadi? Melalui situs resminya, NASA menjelaskan bahwa aliran lava di Mars diketahui lebih panjang, diperkirakan karena tingkat erupsi yang lebih tinggi serta gravitasi yang lebih rendah.

Lalu, pergerakan lempeng di Mars juga berbeda dengan di Bumi. Di Bumi, lempeng yang bergerak di atas titik panas (area vulkanik yang memompa lava) bisa membentuk gunung berapi baru dan mematikan yang lama. Hal ini membuat lava tersebar ke banyak gunung ketimbang hanya berpusat ke satu titik saja.

Sedangkan di Mars, lempengnya tidak bergerak, begitu juga dengan titik panasnya. Hal ini membuat lava bertumpuk ke satu gunung berapi yang sangat besar.

Hmm mungkin jika nanti spaceX sudah memiliki kapal antariksa untuk ke Mars bisa membuka Open Trip untuk pendakian ke gunung tersebut ya temans, hahaha.




sumber : wikipedia & detik.com

Friday, July 2, 2021

HARUS KENAL BLANK 75!

 Info Pendaki 

Gunung Semeru yang merupakan puncak tertinggi di Pulau Jawa memang dikenal sebagai gunung dengan pemandangan alam yang luar biasa indah. Sebut saja Ranu Kumbolo, Oro-oro Ombo, hingga Tanjakan Cinta ialah nama-nama yang sudah sangat terkenal di kalangan anak jaman now. Gunung yang memiliki ketinggian 3676 mdpl memang menjadi idola bagi para pendaki lokal maupun mancanegara.

Namun, puncak Mahameru tidak melulu soal keindahan gunung semeru. Di mata para pendaki dan guide lokal, ada juga tempat yang menjadi momok menakutkan, yang dikenal dengan sebutan Blank 75.

Blank 75 seakan menjadi peringatan dini bagi pendaki pemula yang ingin menyaksikan langsung keindahan puncak Mahameru. Bukan tanpa alasan, blank 75 atau di antara para pendaki disebut “jalur tengkorak” atau “the dead zone” ini telah banyak memakan korban jiwa.

Apasih Blank 75 itu? Blank 75 merupakan suatu area yang berada di arah timur laut atau jalurnya berbelok ke arah kanan dari arah puncak gunung setinggi 3.676 mdpl. Disebut 75 karena di tempat tersebut terdapat jurang dengan kedalaman 75 meter. Jika sudah terperosok sulit untuk dievakuasi oleh tim SAR, karena harus menggunakan alat untuk evakuasi.

Kenapa banyak memakan korban? Biasanya banyak pendaki yang tersesat setelah turun dari puncak Semeru. Dari kacamata geografi, memang saat terjadi cuaca buruk dan kabut tebal, banyak pendaki Gunung Semeru yang salah ambil jalur karena jarak pandang terbatas, sehingga mereka asyik menuruni jalur dari puncak, dan tanpa disadari mereka sudah melenceng jauh dari trek yang sebenarnya.

Pendaki profesional sekalipun tidak bisa menjamin kapan waktu yang tepat untuk melewati jalur blank 75 tersebut, tapi pendaki harus mengerti patokan jalurnya dan selalu bersama saat turun. Biasanya patokan jalurnya itu mngikuti pohon terkahir di Arcopodo.

Beberapa kasus  dan mitos lain yang menyangkut blank 75 juga ditemukan. Salah satunya mitos soal para pendaki mengikuti pendaki lain turun saat cuaca buruk, tapi orang yang diikuti tersebut hilang dalam kabut. Alhasil, tanpa disadari mereka malah terjerumus kedalam blank 75.

Maka dari itu ketika turun dari puncak diusahakan badan dalam kondisi prima, tidak kelaparan atau pun kehausan, agar mata kita bisa fokus untuk melihat jalur dengan benar. Semoga bagi teman-teman yang ingin naik semeru tetap hati-hati ketika turun dari puncak.

Salam lestari.