Friday, October 26, 2018

Story Of 3075 Mdpl (Part 1)

Celoteh Kata Gua




Perkenalkan gua Faris bisa juga dipanggil Ahmad bisa juga dipanggil Mamat terserah teman-teman aj mau panggil gua apa 😂😂, gua seorang yang mencintai alam dan mengagumi segala keindahannya yang Tuhan buatkan di atas muka bumi ini. Dan kegiatan yang menjadi hobi gua bebaur dengan alam terutama alam Indonesia yaitu mendaki gunung.

Mendaki gunung merupakan suatu mimpi gua sewaktu masi duduk di bangku SMA. Pertama kali gua pengen mendaki gunung saat melihat foto bunga edelweise di rumah nenek dan hasil jepretan foto tersebut di foto oleh om gua 

“Mang Amar (Alm)“.

Gua pun nanya saat itu kepada  Mang Amar

“Mang, bunga itu namanya apa?

Mang Amar menjawab “Bunga Edelweise”.

”bunga edelweise itu bunga apa dan tumbuh dmna?”

beliau menjawab “bunga edelweise itu tumbuh di atas puncak gunung dan bunga tersebut sering disebut juga bunga abadi”.

Setelah mendengar jawaban seperti itu gua pun pengen melihat dan memegang dan menjumpai bunga langsung bunga tersebut. Dari situlah keinginan gua untuk mendaki ‘Tiang-tiang pancang’ di Indonesia.

Pertama kali gua mendaki gunung itu setelah lulus SMA (masih polos-polosnya)😂. Dan gunung yang pertama gua daki bukanlah gunung sembarang gunung. Kalau pemula biasanya memulai dengan gunung Papandayan, Bromo, Gede, dan sekarang yang lagi hits yaitu gunung Prau, tapi yang gua daki BUKAN gunung-gunung tersebut!. Gunung yang pertama kali yang gua daki adalah Gunug Ciremai yang merupakan gunung tertinggi di Jawa Barat.

Gunung Ciremai adalah gunung berapi kerucut yang secara administratif termasuk dalam wilayah dua kabupaten, yakni Kabupaten Kuningan dan Kabupaten Majalengka, Provinsi Jawa BaratPosisi geografis puncaknya terletak pada 6° 53' 30" LS dan 108° 24' 00" BT, dengan ketinggian 3.078 m di atas permukaan laut. 

Gunung ini memiliki kawah ganda. Kawah barat yang beradius 400 m terpotong oleh kawah timur yang beradius 600 m. Pada ketinggian sekitar 2.900 m dpl di lereng selatan terdapat bekas titik letusan yang dinamakan Gowa Walet. Kini G. Ceremai termasuk ke dalam kawasan Taman Nasional Gunung Ciremai (TNGC), yang memiliki luas total sekitar 15.000 hektare.

Nama gunung ini berasal dari kata cereme (Phyllanthus acidus, sejenis tumbuhan perdu berbuah kecil dengan rada masam), namun seringkali disebut Ciremai, suatu gejala hiperkorek akibat banyaknya nama tempat di wilayah Pasundan yang menggunakan awalan 'ci-' untuk penamaan tempat (id.wikipedia.com).

Pada saat  mendaki gunung Ciremai gua tidak melakukan persiapan fisik (karna masih sangat muda..Hehe)  dan membawa perlengkapan dan peralatan pendakian yang memadai. Namun teman gua udah bilang peralatan dan perlengkapan pribadi apa yang harus dibawa untuk mendaki gunung.

Perlengkapan mendaki pertama yang gua beli waktu itu adalah keril atau ransel yang berukuran 60 Liter (kalo ga salah). Keril itu gua beli bukan ditempat toko perlengkapan outdoor seperti Eiger, Avtech, atau Consina. Tapi, gua pertama kali beli keril itu di Borobudur Departemen Store! Hahahaa, dan keril itu merk Westpark warna Biru dengan harga diskon Rp 120K. Keril itu tidak memiliki batangan besi (back system) atau almunium untuk menahan berat keril pada punggung tubuh kita. 

Tibalah hari H mendaki gunung, dimulai dengan bangun pagi sekali, sholat subuh, terus melihat packing’an keril sudah lengkap semua atau belum. Setelah gua kira semuanya sudah lengkap gua pun langsung pergi menuju rumah teman untuk berkumpul menyiapkan perlengkapan lainnya.

Kejadian lucu pun terjadi, namanya juga gua pertama kali naik gunung dan menyiapkan peralatan serta perlengkapannya sendiri jadi tidak tahu tata cara memasukkannya barang-barang ke dalam tas kerill. Saat gua packing sendiri tanpa pikir panjang langsung memasukkan semuanya  tanpa memikirkan mana yang berat dan mana yang ‘enteng’. 

Gua tidak tau kalau matras itu harus dilebarkan sebagai ‘pembentuk’ keril dan baru setelah itu barang-barang yang kita bawa dimasukkan di dalammnya. Dimulai dari barang yang ringan dulu di paling bawah dan yang berat di bagian atas. Ilmu tersebut gua pelajari dari teman yang ‘membongkar’ kerill gua di rumahnya pada saat sampai di rumah teman, dia pun langsung tertawa terbahak-bahak, Bangke emaaangg :)).

Setelah semua perlengkapan dan peralatan kami sudah lengkap, sekitar jam 08.00 gua bersama 4 teman pun berangkat menuju ke Cakung untuk naik bus jurusan Kuningan. Untuk menuju Cakung, kami dari depan terminal Bekasi naik angkutan umum (elf) K.01 jurusan Perumnas III – Pulogadung dan turun di pertinggaan tol cakung. 

Sesampainya di Cakung kami langsung disambut oleh para calo bus Luragung Jaya dan Bhinneka yang berkeliaran menawarkan bus mereka. Teman gua pun langsung maju dan mengeluarkan jurus tawar-menawar, setelah deal kami pun langsung menaiki bus tersebut.

Kali ini kami mendapatkan bus Bhinneka dengan jurusan Kuningan – Jakarta via Cirebon. Setelah penumpang penuh, jam 09.00 bus pun langsung berangkat. 

Kira-kira jam 13.00 kami sudah sampai di salah satu sudut kota ‘Udang’ Cirebon. Ya kami memang tidak langsung menuju Kuningan jalur Lingggar Jati yang merupakan pintu masuk favorit pendaki menuju Gunung Ciremai, tapi kami ke Cirebon terlebih dahulu untuk bertemu dan berkumpul bersama teman-teman dari mapala STIKOM Cirebon. Setelah sampai di kampus tersebut kami dijamu sekaligus istirahat sejenak untuk merebahkan badan yang terasa lelah duduk terus di dalam bus.

Jam 14.00, teman-teman mapala STIKOM telah selesai mengecek perlengkapan dan peralatan pendakian, kami pun siap berangkat. Dalam pendakian ini jumlah yang ikut sekitar 14 orang termasuk kami ber 5 yang dari Bekasi. Dengan jumlah yang begitu banyak saya pun senang, karna ada beberapa teman-teman dari mapala STIKOM masih pemula seperti gua (untung ada temannya) Hahaha.

Sekitar jam 14.15 kami pun berangkat menuju pos pintu masuk gunung ciremai dengan menggunakan angkot (sewa). Pada pendakian pertama gua ini, kami tidak masuk dari pos pendakian Linggar Jati. Tetapi kami masuk dari pintu pos Palutungan yang merupakan jalur pendakian favorit ke-2 setelah jalur Linggar Jati. 

Jam 15.30 kami pun sampai di basecamp Palutungan disini kami istirahat sejenak untuk persiapan pendakian sekaligus aklimatisasi ketinggian. Di basecamp Palutungan ini udaranya sudah sangat dingin, sesekali kabut pun turun membawa udara dingin yang menusuk kulit.  Saat itu gua langsung mengambil jaket yang berada di dalam kerill untuk menghangatkan badan yang hanya berbalut kaos tipis. 

Disinilah mental saya mulai di uji oleh alam, belum juga mendaki tapi rasa khawatir terus menghantui karna melihat cuaca yang tidak terlalu cerah bahkan terlihat mendung, sesekali juga kabut yang turun meneteskan air hujan yang membuat suasana semakin tidak mendukung untuk mendaki.

Setelah semuanya telah siap kami pun langsung menuju jalur pendakian. Jalur pendakian paluntungan terkenal sangat ramah untuk pendaki pemula karena tidak terlalu menanjak seperti jalur Linggar Jati. Untuk menuju pos 1 kami melewati ladang sayur milik penduduk sekitar yang saat ini banyak di tumbuhi daun bawang dan wortel. 

Setelah melewati ladang sayuran milik penduduk, jalur yg kami lalui mulai terlihat aneh, banyak jalur bekas ban motor trail yang sangat dalam. Itu telihat aneh karena memang saya baru pertama kali melihat jalur setapak dipakai juga untuk lintasan motor trail.

Menjelang malam cuaca mulai tidak bersahabat, terlihat awan mulai turun dari puncak ketinggian menyelimuti perjalan kami. Hujan pun turun, kami berhenti sejenak untuk memakai perlengkapan hujan dan juga malam seperti jas hujan dan senter. Namun beberapa dari kami tidak membawa jas hujan termasuk saya (karena kurang persiapan yang matang).


Jalur yang kami lalui saat hujan turun itu tidaklah seperti biasa, kami membuat jalur baru untuk memotong punggungan bukit. Kami menerobos semak-semak, rumput alang-alang, dan menebang beberapa batang pohon tumbang yang menghalangi jalan kami.


Dipertengahan perjalanan yang masih terus diguyur hujan fisikku pun mulai terasa lelah. Beberapa kali betis gua mengalami keram yang sangat hebat karena sudah mulai lelah dan kedinginan. Teman-teman rombongan pun berhenti menunggu betis saya dipijat oleh bang kumis sampai gua bisa berjalan lagi. Tapi setelaahh itu guaa teriakkk lagi dan... 


To be Continue... 👉👉👉 [Part 2]