Celoteh Kata Gua
Tidak bisa tidur nyenyak, itu
sudah pasti! Mungkin kegelisahan gua untuk pertama kalinya menginjakkan kaki di
gunung tertinggi di pulau Jawa dan perjalanan menuju puncaknya yang sangat
berbahaya. Di saat mata masih tertutup gua mendengar suara para pendaki yang mulai
mempersiapkan diri untuk summit. Tak disangka banyak pendaki yang mulai
perjalanan menuju puncak mulai dari pukul 21.30 WIB GILA! Sampai segitukah otak
para pendaki zaman ini untuk mencapai puncak semeru? Mereka seakan tidak peduli
lagi dengan istirahat dan tidur yang cukup, jalur menuju puncak semeru memang terkenal paling
membuat mental para pendaki ‘KO’ trek berdebu dan berpasir adalah ciri khasnya.
Ya tapi kan gak gitu juga menurut gua, lebih baik mendapatkan istirahat dan
tidur yang cukup untuk memulai pendakian
ke puncak. Menurut bang ipran, dari kalimati ke puncak semeru normalnya memakan
waktu sekitar 5-7 jam perjalanan, itu orang normal ya teman-teman… Hahahaa.
Kalo diitung-itung kita bisa memulai perjalanan saat tengah malam dan sampai di
puncak jam 5-7 pagi, Jadi buat apa kalian jalan jam 21.30? supaya sampai puncak
dapat sunrise? Atau supaya bisa tidur di trek puncak semeru yang terkenal
dengan tiupan angin malamnya?. Kalo menurut gua sih itu nyiksa diri di
ketinggian 2000 mdpl, lebih baik gua istirahat dan tidur cukup supaya bisa
langsung jos sampai puncak.
Kriiiinggg…alarm hape berbunyi
beberapa teman gua langsung pada bangun untuk memasak atau sekedar memanaskan
makanan yang sudah dipersiapkan sebelum tidur tadi. Pas gua liat jam, ternyata
pukul 00.30 dengan mata melek setengah sadar gua berusaha bangun dari kantong
nyaman yang menyelimuti sekujur tubuh. Gua tidak langsung bangun lalu keluar
tenda, tapi berusaha untuk mengumpulkan nyawa dan menahan hawa dingin yang
menusuk kulit. Huuuuuh, kalo kalian yang pernah camp di kalimati pasti tau
cuaca disana dikala pagi hari, DINGIN CUUYY!! Kira-kira waktu itu suhunya
mencapai 5 sampai -2 derajat celcius. Dari dalam tenda gua berusaha keluar dari
sleeping bag dan bergerak keluar untuk mempersiapkan diri untuk aklimatisasi
suhu di luar. Benar saja, pas gua keluar dari tenda langsung disambut dengan
angin semeriwing dan langsung membuat gua bergerak kesana kemari untuk
memanaskan tubuh, jika tidak sudah dipastikan gua masuk tenda lagi dan langsung
berlindung ke dalam sleeping bag.
Dini hari itu kompor menjadi
kutub magnet yang sangat kuat untuk menghangatkan badan. Sambil ‘geratak’
mencari makanan, teh dan kopi hangat yang sudah selesai dimasak oleh mbak nur
Haha. Pagi itu gua dan bang ipran meracik sebuah kacang hijau dicampur dengan
kuah kopi jahe ditambah serbuk purwaceng yang dikenal sebagai tumbuhan penguat
tenaga di daerah wonosobo.
Pukul 01.30 WIB, setelah semua
gua dan teman-teman mempersiapkan diri dengan perlengkapan standart pendakian
ke puncak semeru, kami tidak lupa berdoa untuk keselamatan kita di perjalanan
menuju puncak nanti, berdoa dimulai…
Sebelum berangkat bang ipran
sebagai guide kami memberikan pengarahan. Dia bilang, “nanti jalannya jangan
cepat-cepat dulu, langkahnya juga kecil-kecil aja untuk menyimpan tenaga saat
trek menuju puncak, dan nanti jalannya jangan ada misah dari rombongan ya, mengerti
semua?”
Dengan menahan rasa dingin gua
dan teman-teman menjawab “mengerti…”
Perjalanan menuju puncak pun
dimulai…
Di awal perjalanan langsung
disambut dengan trek kerikil-kerikil kecil yang membuat mental gua hampir down.
“kok baru jalan sebentar treknya udah begini, gimana di atas y nanti?” gua
berucap dalam hati sambil berjalan perlahan dan mengatur pernapasan. Di tengah
perjalanan ada beberapa pendaki yang naik dengan cepat dan melewati rombongan
kami yang sedang beristirahat sebentar untuk menunggu rombongan yang tertinggal
di belakang. Tidak jauh dari tempat gua berhenti, beberapa pendaki yang
melewati kami tadi berhenti lalu minum, terlihat dari raut wajah mereka sangat
lelah sekali. Tampaknya ini yang dibilang oleh bang ipran saat sebelum
berangkat, dimana harus menghemat tenaga sampai dibatas vegetasi atau pos
Arcopodo. Di tengah perjalanan bang ipran tiba-tiba menghilang dari pandangan
rombongan kami yang mulai terpecah-pecah, gua yang berada di rombongan paling
depan berhenti sejenak untuk menunggu para cewe yang berada paling belakang.
Hampir sampai di Arcopodo angin bertiup sangat kencang sekali waktu itu,
sampai-sampai ketika berhenti sebentar harus berlindung dibalik batang pohon
Brrrr...
Ada kejadian aneh ketika kami
terpisah dengan bang Ipran di tengah trek menuju Arcopodo. Ada seorang
bapak-bapak yang lewat di depan gua dengan menggunakan sebuah sarung ditubuhnya
dan berjalan cepat. Teman-teman rombongan gua saat itu sempat bertanya kepada
bapak itu
“Apa Arcopodo masih jauh pak?”
“ooh lumayanlah sekitar 15
menit lagi sampai” kata bapak itu
“Makasi pak” jawab temanku
Dia pun langsung lewat begitu saja, tapi dia berhenti
beberapa meter di tempat gua menunggu teman-teman yang lain. Sesekali bapak itu
melihat ke arah kami, nengok lagi melihat pemandangan kerlap kerlip lampu kota
dibalik pohon. Bapak-bapak itu berdiri lama sebelum kami berangkat kembali
setelah rombongan yang di belakang tiba. Tapi bapak pemakai sarung itu lantas
tidak langsung meninggalkan kami begitu saja, dia terlihat berjalan sangat
pelan mengikuti langkah gua dan rombongan. Gua sempat melihatnya lagi menengok
ke belakang untuk mengecek rombongan kami, dan dapat gua pastikan lagi bahwa
itu BUKAN bang Ipran!. Bapak itu selalu berada di depan rombongan kami sampai
hampir tiba di Arcopodo. Ya hampir sampai Arcopodo! Bapak-bapak bersarung itu
tiba-tiba langsung menghilang di depan mata gua. Setelah sampai Arcopodo pun
gua sempat mencari-cari bapak tersebut tapi tidak ada, malah gua bertemu dengan
bang Ipran yang sudah menunggu lama di Arcopodo dengan memakai sarung di
badannya.
NAIK 3 LANGKAH TURUN 2 LANGKAH
Perjalanan yang sebenarnya
dari gunung semeru disinilah tempatnya, tanjakan pasir yang terkenal itu. Di
dalam gelapnya malam pasir semeru tidak terlihat sangat berbahaya karena jarak
pandang para pendaki yang terbatas seterang lampu headlamp yang kami pakai.
Tapi sudut kemiringan menuju puncak mahameru sudah terlihat jelas dari cahaya
lampu senter para pendaki yang sudah berjalan duluan namun belum terlihat ada
yang sudah sampai puncaknya. Melihat jalur pendakian seperti itu membuat gua
hanya bisa berkata “gila tinggi amat” dan langsung bang Ipran memberi perintah
untuk melanjutkan perjalan.
Pada pijakan pertama di jalur
berpasir semeru disitulah gua merasakan perjuangan menuju puncak mahameru tidak
akan mudah. Pijakan pertama sepatu gua yang masuk ke dalam pasir sudah menutupi
sebagian tempurung kaki, ketika kaki yang satunya melangkah kaki yang menjadi
pijakan langsung masuk ke dalam pasir dan membuat gua harus mengangkat kaki
dengan ekstra tenaga. Hmmm tidak cuma begitu saja setiap kita berjalan, kaki
yang menjadi penahan akan merosot mengikuti alur pasirnya. Di saat itu gua
menyadari bahwa ini yang disebut naik 3 Langkah Turun 2 Langkah!.
Awal jalur dari Arcopodo ini
memang pasirnya sangat dalam sekali karena dibawa oleh para pendaki saat mereka
turun dari puncak. Awal perjalanan menuju puncak ini memang yang terasa sangat
berat, karena kalian akan mengeluarkan energi yang banyak untuk berjalan di
atas pasir yang dalam. Saran gua adalah jika ingin menuju ke puncak semeru
pakailah geiters untuk melindungi
kaki atau sepatu kalian dari pasir. Karena dengan memakai gieters meminimalisr
masuknya pasir ke dalam sepatu maupun kaki kalian.
Jalur berpasir di semeru
hampir sampai puncak, namun jika di pertengahan menuju puncak ada jalur yang
permukaannya keras, biasanya ada di kiri atau kanan jalur. Namun kalian harus
berhati-hati karena sudut kemiringan di semeru lumayan curam sekitar 40-60
derajat dan kiri/kanannya langsung jurang.
Ok lanjut, baru seperempat
perjalanan teman-teman gua sudah tertinggal jauh. Gua juga beberapa kali
berhenti untuk mengambil napas yang sudah lelah berjalan di atas pasir dalam
ini sambil meminum air yang gua batasi penggunaanya. Oiya gua pada saat itu
paling duluan bersama dengan bocah SMP, tapi di tengah perjalanan dia gua
tinggal karena dia kehabisan air dan menunggu kakaknya yang membawa air minum
banyak.
Saat itu angin malam yang
berhembus sangat kencang, banyak pendaki yang berhenti di tengah jalur, bahkan
ada yang tertidur pulas di atas jalur berpasir. Disini gua melihat efek yang
ditimbulkan jika kita tidak istirahat dengan cukup saat di kalimati yaitu rasa
kantuk yang amat sangat. Pas gua lagi
istirahat di tengah jalur, gua melihat ke bawah untuk mencari teman-teman yang lain
yang berada di bawah, ternyata masih ada beberapa teman yang berjuang untuk
naik ke atas. Namun ada sesosok pendaki yang gua lihat dia berjalan pelan di
atas pasir dengan santai dan menuju tepat di depan gua yang sedang istirahat.
Ternyata pendaki tersebut adalah bang Ipran!.
TRIK MELEWATI JALUR BERPASIR DI
SEMERU
Ketika bang Ipran tiba di tempat
gua beristirahat dia berhenti mengambil air minum yang ada di dalam tasnya.
Tidak lama kemudian dia langsung naik lagi sambil ngomong ke gua “Hayo lanjut
tinggal dikit lagi, paling sampe puncak jam 5 ini”. Ehh buseet enak banget dia
ngomong gitu berasa ga capek kakinya. Tapi gua langsung mengikuti bang Ipran
dari belakang dan berusaha mengikuti gerakan langkahnya berjalan di atas pasir.
Tapi lama kelamaan kok gua makin jauhnya? Berkata dalam hati, padahal dia
jalannya biasa aja ga cepat-cepat banget. Ketika api semangat meredup gua
melihat caranya berjalan dan melangkah di atas pasir yang membuat dirinya saat
menanjak, kaki yang menjadi pijakan tidak turun lagi. Disitulah kuncinya kenapa
dia berjalan pelan tapi pasti, beda dengan gua berjalan pelan tapi kecapean.
Gua meliihat caranya itu.
“Kaki bagian belakang menjadi
tumpuan atau ‘pacul’ untuk masuk ke dalam pasir diikuti dengan berjalan ke arah
depan, nanti telapak kaki bagian depan akan menjadi tumpuan untuk mendapatkan
pijakan. Jadi kaki bagian depan tidak akan masuk terlalu dalam ke pasir dan
pasir yang dipijak juga tidak akan turun terlalu banyak. Cara seperti itu juga
diikuti dengan kaki satunya, jadi akan terasa efeknya dan tidak perlu
mengeluarkan banyak tenaga.”
Melihat cara melangkahnya
seperti itu gua langsung mengikutinya dan tidak lama gua langsung merakasan
efeknya. Jalan gua pelan tapi berasa naiknya, dari pada cara berjalan
konvensional yang menghabiskan banyak tenaga untuk naik satu langkah saja. Teknik
tersebut gw lakuin terus sampai di dekat puncak, tapi kadang-kadang gua juga
pakai teknik konvensional di beberapa trek Hehe.
Ketika matahari sudah mulai
terbit yang berarti sunrise point, saat itu gua sudah seperempat lagi sampai di
puncak mahameru, tapi mau dikejar sampai puncak pun tidak akan sampai melihat tenaga
gua yang masih tersisa, untuk naik selangkah saja perlu beberapa detik untuk
mengumpulkan tenaga. Sunrise kala itu gua nikmati dengan duduk dikemiringan 60
derajat sambil memakan coco croucnh yang dalam bentuk seperti beng-beng. Munculnya
sinar mentari di atas trek menuju mahameru menjadi momen yang harus diabadikan
dengan kamera dari hp meskipun tidak begitu bagus hasilnya 😊. Sinar
matahari membuat seluruh tubuh ini mendapatkan energi baru untuk terus melangkah
ke atas yang bentuknya sudah kelihatan, Dengan gaya merangkak gua terus melangkah
untuk mencapai puncak semeru.
Akhirnya gua sampai juga di
puncak para dewa atap tertinggi jawa yaitu Puncak Mahameru. Setelah sampai gua duduk
terdiam sebentar sambil melihat alam jawa timur yang mempersona. Hijau dan biru
pemandangan yang ada di depan mata ini tidak lupa suara dentuman dan letupan
kawah semeru yang memberikan ciri khasnya jika sampai di puncak tertinggi ini. Bersyukur
mungkin kata yang tepat ketika gua sampai di atap tertinggi jawa sambil mengeluarkan
air yang sudah tidak tertampung di mata ini.
Setelah termenung melihat keindahannya,
gua langsung mencari bang ipran yang sudah sampai duluan di puncak untuk
meminta air. Tapi, setelah gua berkeliling puncak dan melihat beberapa pendaki lain,
ternyata bang ipran tidak ada!. Gua mulai panik ketika tau tidak ada bang ipran
di atas puncak, yang ada di dalam pikiran gua pada saat itu adalah menunggu
teman-teman yang lain di trek masuk menuju puncak.
Dan benar, tidak lama kemudian
muncul mas adjie yang menjadi sweeper rombongan kami pada saat itu. Gua langsung
senang sekali akhirnya ada rombongan gua yang sampai puncak dan begitu pun rasa
panik yang perlahan menghilang. Ehh tapi kenapa cuma mas adjie? Kn dia sweeper
dirombongan kami. Ternyata yang lain sudah berada tidak jauh dari puncak dan tugas
sweeper sudah diserahkan ke bang ipran.
Loh kok bang ipran di
belakang? Bukannya tadi di depan y?. Pas gua tanya mas adjie, ternyata bang
ipran tadi pagi sudah sampai di puncak
terlebih dahulu sekitar jam 05.00, tapi beliau turun kembali untuk menjemput
teman-teman yang tertinggal di belakang. LUAR BIASA… dia udah turun terus naik
kembali untuk membantu teman-teman yang tertinggal di belakang, Dasar ROBOT! 😊. Sekitar
jam 09.15, teman-teman yang lain mulai sampai di puncak, ucapan selamat pun
tidak lupa gua berikan ke teman-teman yang lain. Terlihat sekali wajah lelah
mereka ketika sampai di puncak mahameru, tidak lama kemudian wajah lelah itu
berubah menjadi wajah kegembiraan yang tidak lagi sanggup menahan rasa senang di
atap tertinggi jawa. Tetapi tidak semua rombongan kami sampai ke puncak hanya
beberapa orang saja dan ternyata topik jg tidak sampai ke puncak dia memilih
balik arah kembali ke kalimati.
Di atas semeru gua, mas adjie
dan bang ipran memasak air untuk menyeduh kopi dan memasak beberapa perbekalan
yang kami bawa dari kalimati. Teman-teman yang lain masih sibuk berfoto-foto
ria mengabadikan momen di puncak para dewa. Dentuman dari kawah jonggring
saloko beberapa kali mengagetkan gua karena menyemburkan asap yang membumbung
tinggi dan jarak antar gua dan kawahnya tidak lebih dari 2 km kalau tidak salah
karena di dekat kami terdapat alat pemantau kegempaan di puncak semeru.
Setelah menyantap beberapa perbekalan
dan foto bersama di atas puncak, kami memutuskan untuk kembali turun. Udara panas
yang menyengat menemani perjalanan turun kami ke basecamp kalimati begitu berat,
yang terberat tentu saja menahan rasa haus yang tak tertahankan. Kenapa ga minum?
Persediaan air gua sudah habis di perjalan naik tadi.
Saran: jika ingin ke puncak semeru
pastikan persediaan air kalian terpenuhi baik naik maupun turun ya.
Di beberapa trek perjalanan
turun masih ada beberapa pendaki yang mencoba naik untuk sampai ke puncak
semeru, bahkan ada beberapa pendaki yang tertidur di trek puncak mahameru! Wah
BAHAYA! bisa-bisa tertimpa bebetuan yang jatuh dari atas. Gua dan teman turun gua
berusaha untuk bertanya kepada pendaki tersebut apakah di sedang menunggu
temannya dari atas puncak atau memang sedang istirahat. Dan ternyata pendaki tengah
tertidur lelap di atas pasir puncak semeru. Gua memutuskan untuk meninggalkan
pendaki tersebut untuk terus melanjutkan perjalanan turun.
Sedikit lagi sampai di Arcopodo
di depan trek turun gua terdapat trek yang terkenal di kalangan para guide
semeru yakni trek Blank 75. Trek ini sering menjadi menyesatkan para pendaki
yang turun dari puncak mahameru, karna berupa trek berpasir dalam yang menuntun
kita ke trek yang berbeda dari kita naik dan sering kali banyak pendaki yang
tersesat berhari-hari bahkan tidak sedikit berujung kepada kematian.
Hampir sampai di kalimati ada
kejadian horror yang menimpa gua. Berniat hanya ingin mendahului rombongan di
depan tapi perasaan gua tiba-tiba aneh. Iseng gua bertanya kepada rombongan
tersebut ada masalah apa, karna mereka menghalai trek turun para pendaki.
Mereka pun menjelaskan kepada gua ternyata teman cewe mereka gelagatnya terlihat
aneh, tubuhnya lemas dan hampir hilang kesadaran. Pas gua lihat cewe itu dia
langsung melotot cuy! dan ketika gua turun melewati cewe itu, tiba-tiba cewe
itu beranjak dari tempatnya lalu berusaha mengejar gua tapi teman-temannya
dengan cepat menahan cewe itu. Melihat kejadian itu gua langsung mengeluarkan
jurus seribu langkah untuk meninggalkan rombongan itu. Jujur gua takut terjadi
apa-apa ketika melihat gelagat cewe serem cuy.
Sampai juga gua di kalimati
bertemu dengan teman-teman yang sudah menunggu. Gua langsung mengambil air
untuk menahan dehidrasi yang sudah akut ini dan mengambil beberapa cemilan untuk
mengganjal rasa lapar. Di basecamp tenda kalimati gua menyempatkan diri untuk
rebahan dan memejamkan mata sebentar untuk memberikan hadiah mata ini untuk
istirahat sejenak. Sekitar 15 menit beristirahat gua dibangunin untuk menyantap
makan siang yang sudah dibuat oleh mbak nur. Tanpa pikir panjang gua langsung
mengambil nasi dan lauk yang telah disediakan, tapi entah kenapa gua tidak begitu
napsu untuk makan. Pas dipikir lagi, gua harus makan! Meskipun hanya sedikit
untuk mendapatkan tenaga balik ke ranu kumbolo.
Habis makan siang, kami
langsung berkemas kembali untuk balik camp di ranu kumbolo. GILA.. baru juga turun
dari puncak semeru langsung disuruh berkemas kembali dan jalan lagi kurang
lebih 5 km ke ranu kumbolo. Benar-benar fisik gua dikuras habis di gunung ini bahkan
beberapa kali gua harus berhenti untuk beristirahat karna tenaga gua sudah habis
terkuras saat turun dari puncak tadi.
Tiba juga gua di ranu kumbolo,
dengan suasana sore harinya seperti sebuah misteri, berkabut, gersang dan udara
dingin yang menusuk tulang. Sesampainya di ranu kumbolo kami langsung mendirikan
tenda untuk menyiapkan makan malam. Disini gua langsung tepar di dalam tenda karna
rasa kantuk yang sudah tak tertahankan dan badan sudah berasa tidak lagi fit.
Sekitar jm 19.00 gw dibangunin untuk makan malam tapi napsu untuk makan malam
rasanya sudah tidak lagi ada yang ada hanya rasa haus dan ngantuk. Meski begitu
gua sadar klo gw ga makan kesehatan gua akan lebih menurun lagi dengan rasa
dipaksakan akhirnya gua makan dengan sayur dan lauk yang disajikan. Walaupun
gua pada malam itu makan tidak banyak, gua rasa cukup untuk mengganjal perut
sampai besok pagi. Setelah makan malam gua kembali ke dalam sleeping bag untuk
melanjutkan tidur yang tertunda.
Pagi pun tiba, suara alarm
handphone teman setenda berdering sangat kencang menyambut sunsire ranu
kumbolo. Namun sayang pagi itu sinar mentari yang terbit dari timur tertutup
awan mendung menahan cantiknya danau hidup dipagi hari. Walau begitu tidak menghapus
kecantikan alam yang ada di bawah bukit cinta ini. Refleski cahaya dari air
danau menjadi potret indah untuk wallpaper handphone disambut dengan sinar mentari
yang terus meninggi. Kecantikan ranu kumbolo memang membuat para penikmatnya
ingin kembali dan terus kembali. Pagi itu juga terasa special banget karena flysheet
dan rerumputan di sekitar kita berubah menjadi warna putih. SALJU? Bukan ini
hanya embun pagi yang sudah berubah menjadi lapisan es. Kebayangkan gimana
dinginnya pagi di ranu kumbolo suhu saat itu mungkin mendekati 0 derajat.
Sarapan pagi ini yang tersisa
dari logistic rombongan kami hanya mie dan beberapa biskuit untuk perjalanan pulang
nanti. Eits sudah pasti ada kopi yang selalu setiap perjalanan yang panjang
ini. Kopi mungkin menjadi logistic yang wajib ada untuk setiap perjalanan
panjang, karena kopi menjadikan rasa lelah dan keheningan menjadi senyuman 😊.
Setelah sarapan dan berfoto-foto gua mulai packing barang-barang dan ternyata
barang yang gua bawa pada saat berangkat dan pulang beratnya hampir sama ☹
bahkan mungkin lebih berat, karna gua membawa tenda yang masih basah karna
embun.
Kemudian setelah semuanya selesai
packing barang-barang masing-masing kami siap untuk kembali ke ranu pani. Ehh
tiba-tiba bang ipran selaku guide kami memberitahu kalau kita kembali ke ranu pani
tidak melewati jalur seperti berangkat, melainkan lewat jalur para masyarakat
setempat yakni jalur ayak-ayak. Pemandangan di jalur ini memang sudah tidak
diragukan lagi keindahannya, berjalan dipinggir antara perbukitan di tengah savana
yang hijau serta luas membuat mata ini takjub akan keindahannya. Dibalik
keindahan itu jalur ini menyimpan misteri yang membuat gua geleng-geleng
kepala. Di ujung savana indah ini kami dihadapkan dengan trek menanjak lagi.
Berbeda dengan jalur utama trek menanjaknya hanya saat naik dari ranu kumbolo
dan itu treknya lumayan landai. Tapi di jalur ayak-ayak ini kita harus menanjak
melewati satu bukit dengan kemiringan 60-80 derajat. Jalur ini membuat gua
beberapa kali harus berhenti untuk istirahat mengumpulkan tenaga untuk melangkah
disetiap tanjakannya. Fisik gua sepertinya masih kelelahan akibat turun dari
puncak dihari sebelumnya dan kurangnya sarapan tadi pagi. Namun gua harus tetap
melangkah sampai puncak bukit di atas sana sudah menunggu buah semangka yang
sangat lezat untuk disantap.
Setelah selangkah demi selangkah
akhirnya gua sampai di puncak bukit dan gua menjadi orang terkhir yang sampai di
atas. Langsung taruh keril dan mengambil semangka yang dijejerkan oleh pedagang
yang ada di atas bukit. Harga persemangka saat itu Rp 2.500 perpotongnya ada
buah lainnya juga seperti melon dan juga aneka macam gorengan yang mereka bawa
dari bawah. Di atas bukit itu kami istarahat cukup lama sambil menyantap makanan
yang ada sampai kira2 membuat kita punya tenaga untuk melanjutkan perjalanan.
Dari puncak bukit ini trek yang dilalui turun sampai ke ranu pani jadi tidak
terlalu menguras tenaga. Jalur ini memiliki pemandangan hutan taman nasional
gunung semeru yang berada dipunggungan bukit dari jalur ini terlihat hutan di
gunung ini masih sangat hijau dan alami. Bahkan sebenarnya jalur ini sering
dipakai masyarakat setempat dan petugas kehutanan untuk menjadi jalan pintas
evakuasi jika ada pendaki yang mengalami kecelakaan.
Tibalah kami di jalur sebuah
perkebunan milik warga kampung ranu pani, disini bang ipran memberikan arahan
dari pada kita balik ke ranu pani lebih baik kami menunggu perkampungan ini
sambil menunggu jeep yang datang. Jadi di jalur percabangan ini kami berpisah
dengan bang ipran, dia ke arah ranu pani kami lanjut sampai ke SD ranu pani,
dan nanti bang ipran yang akan melapor ke basecamp ranu pani sekaligus menjemput
kami di SD ranu pani dengan mambawa jeep sewaan. Di perkampungan ranu pani gua
sempat foto-foto sebentar di atas sekaligus menyimpan keindahan perkampungan
tersebut dalam sebuah foto. Jujur ketika sampai diperkampungan ini gua udah lapar
banget tapi di perkampungan ini tidak ada warung makan yang ada hanya warung
sembako. Disini gua hanya membeli minuman untuk menghilangkan rasa haus setelah
perjalanan turun tadi. Di perjalanan turun menggunakan jeep ini kami melewati
jalan yang sama ketika berangkat dan kami tidak sempat mampir ke coban pelangi
untuk bermain air sekaligus bersih-bersih. Kami mengejar jadwal kereta yang
sudah mepet sekali.
Ketika sampai tumpang, kami
berpisah dengan teman-teman yang dari malang disini mereka pulang ke rumahnya
masing-masing sedangkan gua, topik dan teman-temannya melanjutkan ke stasiun
malang untuk balik ke Jakarta. Di tumpang kami menyewa angkot untuk sampai di
stasiun malang. Dari Tumpang – Stasiun Malang memakan waktu sekitar 1 jam
perjalanan di dalam angkot kami malah sibuk berbagi foto antar handphone 😊.
Kami tiba di stasiun malang,
disini gua berpisah dengan teman-teman topik, dikarenakan kita berbeda kereta.
Mereka naik kereta Matarmaja berangkat jam 16.30 sedangkan gua dan topik naik
kereta Majapahit yang berangkat jam 18.30. Di stasiun malang gua dan topik masih
sempat untuk mandi, bersih-bersih dan solat magrib terlebih dahulu sambil
menunggu waktu keberangkatan. Selepas solat magrib gua dan topik langsung masuk
ke stasiun malang untuk menunggu kereta yang akan membawa gua kembali ke Jakarta.
Di depan pintu pemeriksaan indentitas gua sempat diperiksa oleh petugas stasiun,
mereka ingin memastikan bahwa kami tidak membawa tabung gas yang masih ada
isinya karena membahayakan jika terjadi kebocoran di dalam gerbong kereta.
Setelah diperiksa keril kami aman dan diperbolehkan naik ke peron stasiun.
Tidak lama kemudian kereta pun datang untuk membawa kami ke tujuan sebenarnya
dari sebuah perjalanan yaitu pulang ke rumah 😊.