Musim panas 2015, saya memberanikan diri untuk merencakan mendaki gunung tertinggi di pulau jawa. Pendakian ini merupakan pendakian pertama saya dengan jarak tempuh perjalanannya mencapai 3-4 hari untuk mencapai puncaknya! (hanya untuk perjalanan). Pasti teman-teman sudah tau semua gunung yang gua maksud adalah Gunung Semeru, yang puncaknya yang sering dikatakan sebagai puncak tertinggi para dewa yakni Mahameru.
Gunung semeru merupakan salah
satu gunung api yang masih aktif yang setiap hari masih mengeluarkan asap dari
atas puncaknya. Gunung semeru memiliki ketinggian 3676 Mdpl yang merupakan
gunung tertinggi di pulau Jawa!. Untuk mencapai puncaknya kalian harus
benar-benar memiliki fisik dan mental yang kuat. Bahkan tidak sedikit pendaki
yang meninggal dunia, tresasar dan hilang di perjalanan naik ke puncak maupun
turun dari puncak. Jadi jika teman-teman ingin ke Semeru pastikan mempunyai
fisik dan mental yang kuat.
TIKET KERETA HABIS!
Bulan Mei 2015 kalau tidak
salah, ada hari kejepit antara rabu dan kamis gua sama teman gua, Topik
langsung merencakan untuk pergi mendaki gunung semeru. Dan kebetulan juga
teman-teman Topik juga sedang ingin mendaki kesana dan sudah merencakan sejak
lama. Namun saat itu waktu gua dan topik
baru fix untuk ikut dengan rombongan temannya itu sekitar 2 minggu
sebelum keberangkatan, setelah gua cek tiket kereta Matarmaja (Jakarta-Malang)
untuk tanggal keberangkatan sudah Ludess
terjual! *maklum saat itu kereta Matarmaja merupakan kereta dengan tarif paling
murah untuk tujuan Malang dan menjadi kereta paporit para pendaki gunung karna
harganya Cuma Rp 105.000.
Setelah tau tiket kereta sudah
ludes terjual, gua langsung mencari alternatif transportasi lain, pilihannya
saat itu ada pesawat atau bus. Setelah mengecek tiket pesawat ternyata harganya
untuk tujuan Malang, WOW sekali ya.. Hahahaha. Otomatis langsung gua hapus dari
list transportasi untuk ke malang dengan budget para pendaki kere kayak gua.
Abis itu gua dan topik langsung mencari dan mengecek harga tiket bus untuk
tujuan Malang, pada tahun itu agen bus belum memiliki tiket online dan gua
harus menanyakan harga tiket bus langsung ke agennya satu persatu.
Saat itu gua punya 2 referensi
bus untuk ke Malang, pertama bus Lorena dengan harga tiket Rp 330 rb dan bus
Gunung Harta harga Rp 290 rb. Setelah gua berdiskusi dengan topik akhirnya kita
berdua memutuskan naik bus Gunung Harta dari agen Bekasi *kebetulan gua pesen
tiketnya di agen Bekasi karena agen di terminal Rawamangun sudah tidak ada.
Memang harga tiket bus untuk tujuan Jawa Timur tidak ada yang murah seperti
tiket kereta. Namun untuk perjalan pulang ke Jakarta gua dapat tiket kereta
Majapahit,yang harganya tidak begitu jauh dengan kereta Matarmaja.
Hari keberangkatan pun tiba, gua
janjian dengan topik untuk menjemputnya di stasiun Bekasi. Dari stasiun tidak
langsung pergi ke agen bus tapi ke rumah gua dulu untuk mengecek perlengkapan
dan logistik apa saja yang belum lengkap. Ada kejadian menarik saat gua melihat
perlengkapan dengan membuka isi keril topik, ternyata dia belum bisa menyusun
keril dengan benar! dan susunanya sama dengan saat pertama kali gua packing
keril untuk mendaki gunung Ciremai waktu itu, matras yang seharusnya menjadi
pelindung dan pembentuk keril malah digulung lalu diletakkan di bagian luar
kiri keril. Isi keril susunanya juga berantakan, logistic yang berat berada di
posisi paling bawah dan tidak tanggung-tanggung logistik yang dia bawa, ada
beras yang beratnya mencapai 7 kilo!!. Wow.. saat itu pun gua langsung
tercengang dan menanyakan hal tersebut:
“BUAT APA pik beras sebanyak
ini??”
Topik: Gua di suruh temen gua
bawa beras segitu untuk 10 orang, yaudah gua bawa”
“Hmmm… yakin pik?”
Topik: kata nya sih
itung-itunganya segitu”
“Baiklah…”
Tidak hanya beras yang berat,
ternyata jua dia membawa Sereal Oatmeal ukuran 1 kg!. Alaah mak jang…pantes
berat banget ini keril pas gua angkat, Hahahaaa.
Setelah gua bantu packing
kembali keril topik dengan benar sesuai standart susunannya, gua juga mengecek
peralatan dan logistic apa yang belum ada. Keril gua sendiri juga sudah gua
susun sejak malam sebelum keberangkatan, jadi keril gua tinggal langsung angkut
tanpa perlu menghabiskan waktu untuk menyusun kembali.
Akhirnya gua pun berangkat
menuju agen bus Gunung Harta yang terletak di samping pom bensin Depsos,
Bekasi. Di tiket, jam keberangkatannya adalah jam 2 siang, tetapi busnya datang
jam 14.30 dan berangkat jam 15.00 dan diperkirakan gua sampai Malang pagi hari,
keesokkan harinya .
REM BLONG
Saat perjalanan menuju Malang
bus yang saya tumpangi memang berjalan sangat cepat menembus Jalan Pantura
(saat itu tol Cipali ada) yang saat itu merupakan pas hari libur Panjang,
otomatis jalur pantura macet!. Sopir pun langsung mencari jalan alternatif yang
lancar dan sepi. Di jalan pantura yang sudah malam bus mulai berjalan agak
aneh, banyak mengerem mendadak entah itu ada truk atau motor yang berhenti
tiba-tiba gua hanya melihat sekelebat karna sangat ngantuk sekali.
Akhirnya sekitar jam 12 siang
gua sampe di Malang, tepatnya di terminal Arjosari. Tapi ketika gua pengen
turun sopir bus malah menawarkan untuk mengantar sampai pertigaan jalan menuju
Tumpang, saat itu bus itu ingin pulang ke pool nya yang terletak di Jl
Patimura, Malang. Tanpa pikir panjang gua dan topik pun setuju untuk ikut, tapi
supir dan kenek bus bilang ingin makan siang dulu di terminal Arjosari, Malang.
Namun ada cerita seru saat bus
berhenti di pom bensin untuk mengisi Solar, supir sempat bercerita kepada gua
dan topik, bahwa rem bus blong!! Atau tidak pakem saat mengerem. Oooo pantes
malam nya bus sering ngerem mendadak tanpa bisa mengerem dengan halus, ternyata
blong toh Hahahaaa... Gua dan topik hanya bisa tertawa terbahak-bahak tanpa
bisa berpikir “kalo beneran blong apa kabar nasib kita yang duduk di belakang
sopir?”.
Abis makan siang, gua langsung
naik bus itu kembali dan supir serta kenek mengantarkan gua sampai pertigaan
menuju Tumpang. Saat itu topik terus dihubungi teman-temannya yang sudah sampai
di Malang jam 10 siang dan menunggu di salah satu basecamp di Tumpang. Ya
memang perkiraan gua meleset, biasanya bus sampai pagi hari ternyata akibat
kemacetan di jalur pantura kami tiba di Malang siang hari. Gua langsung mencari
angkot menuju Tumpang dan harga nya pada saat itu hanya Rp 7500 per pendaki. *
kalo bukan pendaki mah Cuma Rp 3000 perak
Sekitar jam dua siang gua dan
topik sampai Tumpang langsung mencari temannya topik yang sudah menunggu.
Tenyata temannya topik tidak ada di basecamp utama Tumpang, tetapi di salah
satu basecamp rumahan yang berada di atas basecamp utama tumpang. Setelah
komunikasi dengan temannya, gua dan topik disuruh menunggu di basecamp tumpang
untuk dijemput. Tidak lama menunggu akhirnya jemputan pun datang, ternyata yang
menjemput bukan temannya topik tapi teman dari malang yang akan ikut mendaki
bersama kami nanti.
Sampailah gua di basecamp
tempat temannya topik yang sudah menunggu dari siang. Disana gua tidak sempat
beristirahat karena sudah terlewat jauh dari jadwal pendakian untuk sampai di
Ranupani. Saat itu sudah menunjukkan jam 13.30, rombongan kami pun langsung
bergegas naik ke jeep yang sudah stand by disana yang mengantarkan kami ke Ranupani.
Kami hanya menyewa satu jeep bak terbuka yang diisi sekitar 8 pendaki dan itu
sudah lebih dari cukup, karena teman mendaki dari malang membawa motor.
Di tengah perjalanan gua dan
rombongan sempat berhenti sebentar di sebrang bukit teletubies gunung bromo, ya
memang jalur menuju ke Ranupani kami melewati jalur jeep yang mengarah ke gunung
bromo via Tumpang. Pada saat itu teman-teman langsung mengeluarkan hape-hape nya
untuk berfoto-foto layaknya para alayers yang tidak bisa melihat pemandangan
bagus sedikit langsung foto-foto.
Disitu gua dan rombongan tidak
terlalu lama berfoto-foto, kami langsung melanjutkan perjalanan menuju Ranupani
yang kurang lebih memakan waktu sekitar 1,5 jam dari basecamp Tumpang. Jalan
menuju ranupani menanjak dan berkelok-kelok layaknya jalan menuju puncak
Penanjakan Gunung Bromo.
RANU PANI
Sekitar jam 15.00 kami sampai
di Ranupani, ternyata disana guide kami sudah menunggu dari siang hari. Ya
karena menunggu gua dan topik yang datang terlambat ke Tumpang.. Maaf ya abang-abang…
Setelah sampai di Ranupani,
kami tidak langsung menuju pos Ranupani, tetapi kami packing kembali untuk
membagi beban, terutama beban logistik yang banyak sekali. Sekitar 30 menit
kami packing dan siap untuk berangkat ke pos Ranupani untuk melapor dan memulai
pendakian.
Setibanya di pos Ranupani bang
Ipran yang bertugas guide kami melapor kepada petugas untuk mendata berapa
jumlah rombongan kami, yang berjumlah pada saat itu sampai 12 orang. Cukup
banyak memang untuk mendaki sebuah gunung yang sangat fenomenal dikalangan para
pendaki pemula yang terbuai oleh film 5 cm.
Tepat pukul 15.30 WIB kami pun
memulai pendakian dari pos Ranupani, saat itu cuacanya cukup berkabut jarak
pandang di sekitar Ranupani hanya 2 meter dan udara yang sangat dingin membuat
gua harus memakai jaket untuk memulai pendakian. Tidak jauh dari pos Ranupani
terdapat ‘plang’ atau tanda pintu masuk Taman Nasional Bromo Tengger Semeru
(TNBTS) yang menjadi icon pendakian gunung semeru. Rombongan kami pun tidak
lupa mengabadikan ‘plang’ tersebut untuk berfoto bersama. Disekitar situ juga
terdapat sumber air yang dapat para pendaki minum dan mengisi botol minum untuk
perbekalan di perjalanan menuju Ranu Kumbolo.
Baru juga jalan sebentar, langkah kaki gua
langsung berhenti untuk beristirahat dan mengambil nafas sejenak. Memang saat
itu gua lupa untuk aklimatitasi ketinggian, yang membuat tubuh gua gampang drop
karena cuaca disana yang sangat dingin untuk tubuh gua yang kurus ini Hahahaa.
Di sebuah shelter tempat gua beristirahat, gua memberanikan diri untuk membuka
jaket yang sudah basah kuyup dangan keringat. Bukannya kalo baju basah terus
kena angin akan menambah dingin? Iya Betul, itu jika kita berhenti terlalu
lama, tapi jika kita terus bergerak suhu badan akan terus terjaga meski udara
dingin.
Setelah itu gua pun langsung
melanjutkan perjalanan, Tapi… bang Ipran membawa kami ke jalan pintas menuju
pos 1, jalan tersebut masih ditumbuhi alang-alang setinggi dada orang dewasa
dan di akhir jalannya berupa tanjakan curam yang membuat gua lumayan kesulitan
untuk melewatinya. Tidak hanya gua, topik bahkan tidak kuat untuk melintasi
tanjakan tesebut dengan membawa keril miliknya. Akhirnya bang Ipran membantu
Topik untuk membawakan kerilnya ke atas tanjakan tersebut yang memang berat
sekali. Ketika sampai di atas tanjakan tersebut bang Ipran langsung membongkar
isi kerilnya topik dan membagi beban logistic ke daypack miliknya yang ternyata
isinya masih lumayan kosong.
Tidak lama setelah itu, gua
dan teman-teman lainnya disuruh melanjutkan perjalanan menuju pos 4 Ranu
Kumbolo oleh bang Ipran. Ternyata jalan pintas itu tembus di trek tepi jurang
di jalan utama menuju pos 2, dan tembusnya lumayan cukup jauh dari punggungan
bukit saat kami beristirahat tadi.
Sekitar jam 17.00 WIB gua
sampai di pos 2 gunung semeru, di pos tersebut gua dan teman-teman yang lain
beristirahat sejenak untuk minum dan makan cemilan. Di pos 2 ini gua juga
menunggu topik yang tertinggal jauh di belakang bersama bang Ipran. Di pos 2
ini sudah ada warga yang berdagang aneka macam makanan dan minuman. Mulai dari gorengan, buah semangka, pop mie,
minuman botol dan kaleng dan lain-lain.
Tidak lama kami menunggu, akhirnya
yang ditunggu pun tiba, Topik dan bang Ipran sampai di pos 2 dan ternyata pada
saat perjalanan ke pos 2 Topik sempat bermasalah dengan kakinya yang kram.
Setelah topik tiba, gua langsung melanjutkan perjalanan menuju ke Ranu Kumbolo.
Perjalanan gua menuju ranu kombolo tidak semudah yang dibayangkan di kepala
gua, yang jarak normalnya bisa ditempuh selama 4 jam saja dari pos Ranupani.
Pada saat menuju pos 3 hari sudah mulai gelap dan gua sempat berhenti sejenak
untuk mendengarkan adzan magrib yang terdengar dari hape. Tidak lupa gua sambil
mempersiapkan senter sebagai penerangan di malam hari, tapi saat itu gua males
untuk mengambil senter yang gua letakkan di dalam keril dan akhirnya gua hanya
mengandalkan senter hape yang lumayan terang.
#Mohon bagi teman-teman
pendaki pemula jangan di contoh cara gua menempatkan senter di bagian terdalam
keril, yang benar adalah taruh senter di tempat yang mudah dijangkau dan
diambil jika kalian membutuhkannya.
RANU KOMBOLO
Akhirnya setelah melawati keheningan
malam hutan TNBTS gua sampai di pos 4 gunung semeru. Pos 4 ini letaknya tepat
di atas ranu kumbolo atau sebelum turunan ke Ranu Kumbolo, dari pos 4 ini kita
bisa langsung melihat hamparan lampu tenda di sekitaran Ranu Kumbolo ketika
malam hari. Yang bikin gua terkejut di pos 4 adalah ADA bang Ipran yang sudah
sampai disana duluan, padahal gua liat dia masih di belakang bersama dengan
topik dan teman dari malang yang jalan bersama-sama.
Di pos 4 bang Ipran sudah
menyalakan api unggun bersama dengan temannya sesama ranger dari TNBTS. Gua pun
bertanya-tanya, kapan dia lewatin gua, dan teman-teman lainnya? Atau dia lewat
jalan pintas lainnya yang tidak dilewati oleh pendaki lainnya?. Hmm rasa
penasaran gua juga tidak sampai disitu, ternyata bang Ipran di pos 3 meninggalkan
Topik dan bergantian teman dari Malang yang menemani Topik di belakang.
Ketika gua sampai di pos 4 ini
ternyata sudah mencapai pukul 23.00 WIB!. WAGELASEH ini sudah di luar akal
sehat gua dari rencana yang ada di kepala tadi siang. Ranupani-Ranu Kumbolo
yang normalnya hanya memakan waktu 4 jam perjalanan, ini sampai 7 jam!. Keadaan
tersebut membuat hati gua bergetar hebat, kok bisa? Ternyata banyak faktor yang
membuat perjalanan gua menjadi molor begitu lama. Pertama, karena jalan gua dan
rombongan yang lambat. Kedua, karena gua terlalu lama berhenti di setiap pos dan
shelter-shelter yang ada di jalur pendakian. Ketiga, karena gua berjalan di
malam hari, yang membuat kita harus ekstra hati-hati dalam memilih trek yang
benar di dalam hutan, karna saat kami mendaki semeru beberapa minggu sebelumnya
telah terjadi longsor di jalur pendakian menuju Ranu Kumbolo.
Jam 23.30 WIB gua sudah berada
di campsite Ranu Kumbolo sebelah timur, tanpa pikir panjang gua dan teman-teman
yang sudah berada di Ranu Kumbolo langsung mendirikan tenda. Mau tau gimana
rasanya udara di Ranu Kumbolo tengah malam? Dinginnnn Bangeetttttt….! Klo tubuh
kita tidak terus bergerak sudah dapat dipastikan kita akan terkena hipotermia.
Saat itu mungkin suhu udara disana mencapai 5 derajat celcius, yang membuat gua
harus cepat-cepat memakai jaket tebal. Pada saat memasang tenda saja jari-jari
gua sudah mulai mati rasa, bentar-bentar jari gua masukkan ke kantong celana
untuk menghangatkan sejenak. Dan tenda yang harus kita dirikan ada 5 tenda
dengan kapasitas berbeda-beda.
Tenda telah berdiri,
teman-teman yang saat itu berada di rombongan paling belakang pun mulai
berdatangan. Mereka langsung masuk ke tenda untuk menghangatkan badan tidak
terkecuali Topik yang saat itu memang terlihat sudah lelah sekali.
Gua dan teman-teman lain yang
kelaparan langsung memasak makanan yang kami bawa. Saat itu makanan ‘jadi’ yang
kami bawa enak-enak rendang, nugget, sarden dan ikan teri dicabein. Makanan itu
menjadi menu ternikmat setelah 7 jam perjalanan yang melelahkan. Tapi beberapa
teman yang sudah sangat kelelahan hanya makan dan minum teh sedikit dan
langsung tidur. Sekitar jam 00.30 WIB gua langsung masuk tenda dan sleeping bag
untuk menghangatkan tubuh dari serangan udara dingin di Ranu Kumbolo.
Pagi harinya kita bangun
sekitar jam 7 pagi, keluar tenda langsung disambut dengan pemandangan indah
Ranu Kumbolo. Banyak dari teman-teman langsung mengeluarkan hape mereka untuk
berfoto-foto, teman-teman yang lain menyiapkan sarapan pagi untuk teman-teman
yang semalam tidak sempat makan malam.
To Be Continue... [Part 2]